Judul: Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir
Peulis: Rita Triana Budiarti
Penerbit: Konstitusi Press, Jakarta.
Cetakan: Pertama, Maret 2013
Tebal: xxxii+614 halaman
ISBN: 978-602-18634-8-0
Sekalipun orang Madura selalu jadi bahan lelucon dan tertawaan karena stigma negatif yang sudah berkembang, tidak sedikit putra Madura yang telah berhasil mengisi jabatan negera tingkat nasional dan sukses meniti karir di ibu kota, bahkan luar negeri.
Dari sederet tokoh nasional dari Madura, Mahfud MD orang yang paling mudah dikenali sebagai orang Madura. Saat mendengar nama Mahfud MD yang terbayang adalah pulau garam, Madura. Setidaknya ada dua ciri yang membuat nama pria kelahiran Sampang itu mudah ditebak sebagai orang Madura.
Pertama, kata 'MD' di belakang nama 'Mahfud'. Tidak jarang orang beranggapan, 'MD' adalah singkatan dari Madura. Penambahan kata 'MD' (Mahmudin, orang tua Mahfud) secara tidak sengaja oleh gurunya saat belajar di Pendidikan Guru Agama (PGA) untuk membedakan dengan siswa lain yang juga bernama Mahfud tampaknya juga menjadi berkah tersendiri buat suku Madura.
Kedua, logat bicara khas Madura yang masih sangat kental. Sekalipun Mahfud MD besar di Yogyakarta dan berkarir di Jakarta, logat bicara tanah kelahirannya tidak berubah. Ia tidak gengsi dan merasa malu mempertahankan logat bicara bahasa ibu di depan publik.
Buku Biografi Mahfud MD, Terus Mengalir, secara implisit Rita Triana Budiarti semakin meneguhkan Moh. Mahfud MD sebagai orang Madura. Selain dua ciri tersebut, banyak budaya, watak dan karakter orang Madura yang melekat pada diri Mahfud MD, yang tak banyak diketahui orang.
Anda yang ingin mengenali pribadi sosok yang disebut-sebut calon presiden 2014 secara lebih mendalam sekaligus mengetahui karakter orang Madura yang selalu dikesankan tempramen, kasar dan bodoh, seyogyanya membaca buku setebal 614 halaman itu.
Selain menapaktilas perjalanan hidup alumni pondok pesantren kecil di Kecamatan Waru Pamekasan, yang berhasil mengisi trias politica negeri ini, Anda yang suka dengan hukum dalam setiap lembarnya akan mendapat pelajaran ilmu hukum.
Tidak salah belajar dari pengalaman orang yang tak punya lobi dan upeti meraih kesuksesan diluar cita-citanya yang hanya ingin jadi guru. Namun, bukan lantas buku karya mantan wartawan majalah Gatra tersebut tanpa catat. Tiadanya indeks membuat buku ini kurang sempurna.
Karakter Madura
Mahfud MD memiliki karakter tatag, karakter yang mulai jarang dimiliki pemimpin negeri ini. Tatag yang diekspresikan Mahfud menggambarkan karakter asli orang Madura: berani karena benar bukan karena dibayar, apalagi membela kepentingan. Berani mempertanggung jawabkan apa yang diucapkan dan dikerjakan (Koran Madura, 24 Desember 2012).
Bukan hanya sekali Mahfud MD melontarkan statemen berani: akan berhenti dari jabatannya sebagai Ketua MK jika lembaga yang dipimpinannya terlibat korupsi. Ia buktikan bersihnya lembaga yang dipimpinnya. Berbagai tuduhan yang dialamatkan pada lembaganya sampai dirinya purna tugas, 1 April 2013, tidak ada yang terbukti.
Opini Rafly Harun berjudul "MK Masih Bersih?" di harian Kompas, 25 Oktober 2010, dengan beberapa tuduhan yang meyakinkan publik, misalnya, kebenaran tulisan tersebut tidak terbukti. Untuk membuktikan kebenaran tuduhan itu dan hasilnya objektif, MK melakukan investigasi dengan menunjuk Rafly sebagai koordinator tim investasi didampingi pakar-pakar hukum. (hlm. 445-455).
Ungkapan Mahfud MD, MK institusi bersih dari KKN tampaknya bukan pepesan kosong. Hasil tim investigasi tidak menemukan pembenaran tuduhan Rafly yang dimuat di Kompas tersebut. Ia juga pernah menantang Mensesneg Sudi Silalahi saat menyebut MK pernah melanggar undang-undang dan Ketua MA Harifin Tumpa yang mengatakan tidak ada lembaga pemerintahan yang bersih. Namun, Sudi dan Harifin tampaknya hanya gertak sambal dan tidak bisa membuktikan ucapannya ketika ditantang Mahfud.
Sikap kontroversi dan tatag Mahfud tidak menurunkan kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin bersih yang disegani, tapi malah membuat namanya semakin melejit dan digolongkan pemimpin bernyali. Pemimpin yang dibutuhkan negeri ini.
Sikap keras orang Madura yang sering dicitrakan negatif tampaknya juga jadi watak Mahfud MD. Tanpa tedeng aling-aling, sikap keras Mahfud mudah membuncak saat melihat ketidakadilan dan pelanggaran hukum. Tak segan melontarkan kritik, kepada siapapun. Namun sekaligus lemah lembut. Keras tapi ares, watak orang Madura.
Semasa menjadi pembantu Presiden Gus Dur sebagai Menteri Pertahanan, Mahfud MD orang yang bersikeras mencegah Gus Dur mengeluarkan dekrit saat hubungan Presiden dan DPR merenggang, sebelum akhirnya Gus Dur lengser (hlm. 298-301). Mahfud MD pula yang mengungkap borok korupsi mantan Bendahara Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin (hlm. 469-480).
"Kelemahan saya adalah suka ngomong, karena suka menyerempet lembaga dan pejabat lain. Tapi, kelebihan saya adalah suka ngomong, sehingga berani mengatakan hal-hal yang orang lain rikuh atau tak berani mengatakannya. Sebab, sering ada orang yang tak mau meneriakkan kebenaran hanya karena rikuh pada pejabat lain atau takut mengemukakannya," kata Mahfud (hlm. 435-436). Sebab itulah, mungkin, ia digemari pers dan beberapa kali menerima penghargaan dari media massa.
Mahfud MD berani bersikap keras dan tatag karena memang bersih. Tidak pernah neko-neko dengan proyek. Siti Khadijah, ibu Mahfud MD, mendidik putra-putrinya sejak kecil untuk selalu berbuat jujur dan tidak meminta-minta. Meminta bukan tidak boleh tapi tidak baik (juba’). Pola tingkah juba' (buruk) dan bagus (baik) inilah yang selalu ditekankan orang tua Mahfud pada anak-anaknya.
Penolakan Mahfud MD saat menjadi menteri menerima hibah tanah 6.000 m2, satu tas uang dan dua unit apartemen dari pengusaha apartemen Hanry Leo rupanya didasarkan pada pertimbangan juba' dan bagus yang diajarkan orangtuanya di kampung. Seandainya guru besar ilmu hukum itu hanya mempertingkan dari sisi ilmu hokum, hibah tersebut sudah pasti diterima karena pada saat itu belum ada undang-undang gratifikasi.
"Pajekjek ma' sodek, bile lendu ma' ta' agundek" peribahasa Madura yang selalu dipegang teguh Mahfud MD, sampai saat ini, sehingga tak gentar dengan tuduhan-tuhan yang kerap kali dialamatkan pada lembaga dan pribadinya.