Judul: On the Way to Jannah
Penulis: Muhammad Amin
Penerbit: Bunyan (PT Bentang Pustaka)
Terbitan: Pertama, Juli 2013
Tebal: 272 halaman
ISBN: 978-602-7888-37-1
Dimuat di: Dakwatuna.com
Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah waqina adzab al-nar (Berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta selamatkanlah dari siksa api neraka).
Doa sapu jagat tersebut adalah doa paling masyhur yang sering dipanjatkan kaum muslimin. Sekalipun kata-katanya singkat dan sederhana maknanya sangat dalam dan luas. Dan setiap doa dengan beragam redaksi pada intinya merujuk pada kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.
Memang setiap orang menginginkan surga yang di bawahnya mengalir air bening nan suci yang penuh kenikmatan. Ya, kenikmatan surga di dunia hingga akhirat. Semua berlomba-lomba menggapainya, dan hal itu memang tidak salah karena surga bukan sesuai yang tak tergapai, tapi sesuatu yang bisa diusahakan.
Namun, terkadang ada yang salah dalam upaya mencapai kenikmatan surga. Karena terlalu mengagumi gemerlap surga dunia dan sudah merasa puas terkadang lupa untuk menggapai surga akhirat. Demikian juga sebaliknya. Padahal, surga, sebagaimana doa yang sering dipanjatkan, bisa diperoleh mulai di dunia yang akan fana ini sampai di akhirat kelak.
Nabi Ibrahim dan keluarganya serta Kanjeng Nabi Muhammad telah membuktikan dan merasakan hal itu. Agar tidak tersesat di jalan yang justru semakin jauh dari surga, cukup mencontoh manusia paripurna yang telah mencicipi nikmatnya surga itu. Rumahku surgaku adalah konsep istana yang telah dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Dari keduanya lahir keturunan shalih-shalihah yang merupakan kenikmatan tiada tandingannya.
Hanya keluarga shalih-shalihah yang akan mencicipi surga sebelum surga. Tatkala semua aktivitas hidup terinspirasi dari Allah maka akan disibukkan dengan menanam benih kebaikan (hlm. 9). Ketika selalu disibukkan dengan menanam benih surga, tak ada kecemasan dan kekhawatiran dalam menjalani hidup. Hidup selalu tenang dan bahagia bak di surga.
Ridha dalam menjalani hidup adalah kunci surga. Menerima keputusan adalah amal yang akan semakin memperluas surga di akhirat (hlm. 10). Rumah yang dipayungi keteduhan dan ketenangan, cinta dan kasih sayang senantiasa tak akan pernah mengeluh. Malah tak akan henti-hentinya memanjatkan syukur tanda terima kasih.
Dimulai dari lingkungan paling dalam dan sempit istana surga bisa dikembangkan semakin luas dan lebar. Dengan modal apa membangun istana yang lebih luas? Allah menganugerahkan amal terbaik yang bisa dijadikan modal membangun surga. Sekalipun nilainya tidak sebanding dengan ganjaran yang diterima, Allah Maha Pengasih dan Penyayang.
Ada sebuah cerita yang sudah cukup populer mengenai seorang pelacur dan seekor anjing. Perempuan yang setiap hari menjual kehormatan dan kesuciannya kepada para hidung belang diampuni dosa-dosanya dengan sebab memberikan minum pada anjing yang kehausan. Meski amal ringan dan kecil, jika berkenan di sisi-Nya serta mendapat ridha-Nya, itulah amal yang mengantarkan ke jannah-Nya (hlm. 3).
Kisah tersebut bagian dari prasasti yang akan terus dikenang. Al Qur’an menyebut dengan istilah atsar, yaitu bekas amal sosial. Atsar merupakan hubungan horizontal atau hubungan terhadap sesama makhluk-Nya (habl min al-nas). Prasasti ini akan terus memberikan manfaat sehingga pelakunya terus teraliri pahala sekalipun telah berbaring di alam kubur (hlm. 18).
Melayani kepentingan umum dan menebar kasih sayang bagian dari prasasti yang harus dibangun. Dengan hal ini, maka seseorang akan dicintai banyak orang di dunia dan di akhirat kelak akan dilayani dan mendapat salam dari Rabb-nya.
Nikmatnya surga dunia bisa diperoleh dengan membangun prasasti sebanyak mungkin. Namun, untuk masuk surga juga harus berprestasi. Dalam Al Qur’an disebut ma qaddama, yaitu apapun yang telah dilakukan, yang disebut sebagai amal shalih individu. Hubungan vertikal seorang dengan Allah (habl min Allah) [hlm. 17].
Keshalihan individu adalah menjaga hubungan baik dengan Allah supaya dicintai dan diridhai oleh-Nya. Ketika dicintai maka yang terjadi tidak ada lagi kecemasan dalam diri, istiqamah dalam ketaatan maka malaikat diutus untuk mengayomi sehingga tak ada lagi kesedihan dalam hidup. Hidup dirasakan layaknya benar-benar surga (hlm. 17).
Mudah bukan untuk mendapat surga dunia sebelum mendapat surga di akhirat? Jika masih was-was atau tidak tahu cara menggapai dua surga, buku On the Way to Jannah memberikan panduan. Tinggal mempraktekkan saja jika bersungguh-sungguh ingin menggapainya.
Dengan bahasa sederhana namun cukup menggugah, disertai beberapa kisah hikmah, buku terbitan Bunyan (PT Bentang Pustaka) tersebut membuat alam bawah sadar pembaca tergugah. Buku yang sangat penting di tengah semakin individualis-pragmatisnya kehidupan bermasyarakat. Selamat menikmati surga sebelum surga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar