Senin, 19 Agustus 2013

Perjuangan Melawan Kematian

Judul Buku : Jangan Paksa Aku Menyerah (True Story)
Penulis : Ida Cholisa
Penerbit : Metagraf, (Tiga Serangkai, Solo)
Tahun : I, 2013.
Tebal : 148 halaman.
ISBN : 978-602-9212-69-3
Dimuat di: Koran Madura 16 Agustus 2013

Kanker payudara jenis penyakit yang menjadi momok bagi kaum hawa. Peringkat kelima penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di dunia itu hingga saat ini belum ditemukan obat mujarab yang dapat menyembuhkan. Ketika dokter menvonis sebagai penderita kanker payudara siapa yang tak akan sedih. Dunia ini sepertinya runtuh.

Memang setiap yang bernyawa dimuka bumi pasti mengalami yang namanya maut. Dan tidak ada yang tahu kapan datangnya ajal. Tapi, dengan vonis menderita kanker payudara kematian rasanya sudah di depan mata, tinggal menunggu saja. Perasaan menjadi pesimis menjalani hidup.

Kesedihan juga menyelimuti Ida Cholisa, setelah dokter menvonis menderita menyakit kanker payudara studium 3 B. Dan hanya bisa bertahan hidup sekitar lima tahun lagi. Namun, penulis buku Jangan Paksa Aku Menyerah itu tak mau merapi dan pasrah begitu saja tanpa usaha. Sekalipun enggan mengikuti saran dokter untuk segera dioperasi, ia berusaha mencari penyembuhan dengan pengobatan alternatif.

Ia yakin penyakit yang dideritanya bisa sembuh tanpa melalui operasi atau kemoterapi. Apalagi hasil USG payudara dan bone scan menyebutkan sel kankernya belum menyebar ke tulang belakang. Usaha kesana kemari mencari pengobatan aman tanpa operasi atau kemoterapi didapat. Beberapa informasi pengobatan alternatif masuk ke telepon genggam dan pesan di jejaring sosialnya.

Hasil diagnosa terapis yang lebih ringan dari vonis dokter membuatnya semakin yakin kanker yang bersarang bisa diobati tanpa pengangkatan payudara. Terapis menyebut benjolanan di bagian dadanya hanya tumor. Saran terapis untuk mengonsumsi obat yang telah diramu walaupun harganya Rp. 14 juta untuk tiap paket yang hanya cukup untuk dua minggu pun diikuti. Sampai proses sembuh kira-kira harus menyiapkan biaya sekitar Rp. 180 juta (hlm. 60-67).

Sebelumnya, sambil menjalani bone scan juga menjalani pengobatan alternatif. Biaya Rp. 9.500.000 dikeluarkan demi menebus obat yang terbuat dari ramuan rempah yang digiling habis. Dan katanya banyak pasien penderita tumor dan kanker yang sembuh dengan obat tersebut tanpa operasi (hlm. 51-52). Pengobatan melalui bekam juga dilakukan demi hanya untuk mengusir kanker tanpa proses operasi (hlm. 70-72).

Namun, dari berbagai pengobatan alternatif tersebut tak ada tanda khasiat obat yang dikatakan sangat manjur. Yang terjadi malah sebaliknya, benjolanan semakin besar dan tentu kanker semakin menyebar ke bagian anggota tubuh yang lain. Dengan sangat terpaksa, kemoterapi dan operasi tetap harus dijalani.

Sambil menlajani operasi pengangkatan payudara dan kemoterapi sebanyak enam kali, ia terus bekerja semampunya. Hari-harinya hingga sembuh dihabiskan dengan menulis. Banyak tulisan yang telah ditelurkan. Menurutnya, di tengah keterbatasan beraktivitas yang dipikirkan bukan seberapa tahun lagi akan bertahan hidup, tapi seberapa banyak manfaat dan benih kebagian yang telah ditabur (hlm. 144).

Perjuangan melintasi ujian yang begitu rumit dan terjal satu persatu terbalaskan. Penyakit yang dideritanya sembuh. Beberapa karya yang ditulis pada masa-masa sulit diterbitkan dan banyak menginspirasi banyak orang. Bahkan, saat ini telah selesai menunaikan rukun Islam yang kelima, studi strata dua, dan berkesempatan mengikuti pelatihan tingkat ASEAN.

Namun, cobaan yang diterima sebelum menerima sederet kebahagiaan tersebut tak hanya berhenti pada menderita kanker payudara. Penyakit mematikan tersebut belum sembuh, ibunya dijemput malaikat maut. Satu minggu kemudian suami dan putranya sakit hingga harus menjalani rawat inap. Tapi pada akhirnya berjalan indah jika bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Sesudah kesulitan selalu ada kemudaan. Sesudah penderitaan selalu ada kebahagiaan.

Itulah yang saat ini dialami Ida Cholisa setelah ikhlas dan sabar menjalani masa-masa sulit. Setiap manusia yang tak pernah lepas dari masalah perlu memetik hikmah dari buku setebal 148 itu. Setiap rumah perlu dihiasi buku tersebut sehingga anak cucu kelak bisa membaca buku tersebut. Dengan bahasa sederhana namun penuh makna pembaca mudah mencerna setiap penggalan kisah nyata tersebut.

Minggu, 11 Agustus 2013

Inspirasi dari Anak Berkebutuhan Khusus

Judul: Indonesia Menginspirasi
Penulis: Ciptono Jayin
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbitan: Pertama, Juni 2013
Tebal: xiv+161 halaman
ISBN: 978-602-7888-28-9
Dimuat di: Jawa Pos Radara Madura, 11 Agustus 2013

Manusia terdiri atas kekuatan dan kelemahan, kelebihan da kekuatan, serta kecerdasan dan kebodohan (Denis Diderot)

Manusia tidak ada yang sempurna. Dan hal ini bukan karena Tuhan gagal menciptakan manusia yang sempurna. Tuhan Mahakuasa tapi terkadang tidak menghendaki. Sebagai penyempurna, Tuhan menutupi kekurangan dengan potensi. Potensi ini yang perlu digali untuk menutupi kelemahan.

Demikianlah prinsip Ciptono Jayin dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Ia memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat anak yang memiliki keterbatasan. Mereka yang hidup minoritas dan bahkan terkadang dikucilkan diibaratkan bintang-bintang yang bersinar terang. Bintang yang tak hanya terang tapi juga bisa menyinari (baca: menginspirasi).

Prinsip tersebut diperjuangan dengan mendidik anak yang memiliki hambatan. Pengabdian itu perjuangan menantang yang butuh keberanian. Selain mendapat cibiran karena dinilai mengeksplorasi ABK, Pak Cip, panggilan akrabnya, terkadang dipukul, ditentang, atau ditampar siswanya. Namun, Pak Cip berusaha membuat anak-anak nyaman hingga potensinya terasah.

Kucuran keringan perjuangan itu kini telah mulai membuahkan hasil. Siswa-siswi Pak Cip bahkan mampu menginspirasi banyak orang. Ratusan orang yang semula dikucilkan saat ini hidup sejajar dengan orang lain pada umumnya, bahkan lebih menonjol. Dan beberapa dari mereka telah menerima penghargaan sebagai pemecah rekor MURI.

Delli Meladi adalah satu alumnus SLB yang telah menginspirasi banyak orang. Pada 2 Agustus 2008 masuk rubrik Sosok, Kompas, dan pernah menjadi tamu Kick Andy, Metro TV. Keberhasilan masuk koran dan TV membuat tunanetra tersebut nyaris tanpa cacat. Kemampuan pemecah rekor MURI itu menghafalkan 1000 lagu menutupi bahwa ia memiliki keterbatasan penglihatan (114-121).

Hasil didikan lain Pak Cip adalah Gigih. Anak tunadaksa yang kedua tangannya tidak berfungsi itu dapat memaksimalkan kedua kakinya untuk menghasilkan karya tas dari manik-manik hingga menjadi pemecah rekor MURI. Selain dia ada Andi Wibowo, anak tunagrahita, juga mendapat penghargaan serupa berkat talenta piawai mengaggambar dua gambar berbeda dengan masing-masing tangannya. Tak kalah hebat, Bambang Muri, anak tunagrahita, mendapat mendapat penghargaan dari MURI karena mampu menghafal 200 lagu (hlm. 95-96).

Institusi pendidikan yang dikelola penerima Kick Andy Heroes itu benar-benar memanusiakan manusia. Setiap anak didik yang mau belajar, apapun kekurangnnya, tidak pernah ditolak. Prinsip Pak Cip: mereka tidak butuh dikasihani tapi butuh diberi kesempatan. Pak Cip melalui Rumah Instansi memberi ruang kepada mereka untuk berkarya dan berekspresi.

Di tengah carut-marut sistem pendidikan dan pro kontra penerapan kurikulum 2013, buku Indonesia Menginspirasi bukan hanya perlu tapi harus dibaca setiap orang yang memiliki perhatian kepada dunia pendidikan. Pembaca akan menemukan jawaban bagaimana kurikulum ideal yang telah disusun pemerintah bisa didialogkan dengan kondisi siswa yang penuh hambatan.

Selebihnya dari itu, cerita-cerita menarik dari anak-anak cacat yang mampu mengasah talentanya membuat pembaca terperangah dan terketuk. Jika mereka yang cacat bisa kenapa kita yang tidak cacat tidak bisa. Buku Indonesia Menginspirasi sungguh menginspirasi.