Minggu, 15 Desember 2013

Macet














Tak kenal hari
Tak kenal situasi dan kondisi
Berebut saling mengdahului

Asap semakin membubung
Suara knalpot terus menderung
Peluh semakin deras mengucur

Kompas, 15 Desember 2013
Sumber Foto: www.soloblitz.co.id

Kamis, 05 Desember 2013

Saat Jilbab Mengundang Syahwat

Judul: Yuk, Berhijab
Penulis: Felix Y. Siauw
 Penerbit: Mizania
Terbitan: IV, September 2013
Tebal: 140 halaman
ISBN: 978-602-9255-67-6
Dimuat di: Majalah Annida

Kebebasan berekspresi tak lagi membuat perempuan muslimah yang bekerja di sektor publik terdiskriminasi untuk memakai jilbab atau kerudung. Saat ini sudah tak ada institusi pemerintah atau perusahaan yang melarang pegawainya mengenakan jilbab. Perempuan muslimah tak lagi takut untuk berjilbab, termasuk polwan yang beberapa waktu lalu sempat jadi pusat perhatian.

Beragam model busana muslimah semakin membuat perempuan tak lagi merasa risi untuk berjilbab di ruang publik. Tren fashion pakaian muslimah memanjakan kaum hawa untuk berlomba-lomba tampil sempurna. Bahkan jilbab tak lagi hanya sebatas identitas sosial (Persia), metolongi (Yunani), atau syarait agama.

Motivasi sebagian orang memakai jilbab tampaknya mulai mengalami pergeseran. Berjilbab bukan karena etika agama namun juga untuk memenuhi estetika. Dan estetika lebih menonjol daripada etika. Pergesereran makna ini cenderung mereduksi makna jilbab untuk melindungi keindahan (hlm. 112). Sehingga esensi syariah terabaikan hanya demi memenuhi keindahan.

Felix Y. Siauw melalui buku Yuk, Berhijab! mengingatkan kaum hawa untuk tidak lupa daratan menghadapi menjamurnya tren fashion muslimah. Karena disadari atau tidak sebagian desain busana yang dianggap muslimah justru mengeksploitasi keindahan perempuan. Berjilbab tapi auratnya tak tertutupi.

Model berpakaian muslimah saat ini ada yang masih melestarikan budaya jahiliyah. Muhammad Ali as Shobuni (2001) mengilustrasikan, masyarakat Arab sebelum datangnya Islam sudah biasa memakai jilbab. Kepala tertutupi namun dada dibiarkan terbuka. Model pakaian yang demikian kembali menjadi tren di kalangan muslimah.

Esensi Jilbab
Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan jilbab (khimar, miqna'ah). Namun semuanya sepakat bahwa jilbab setidaknya harus menutupi kepala sampai dada (hlm. 78-80). Kenapa patokannya sampai dada?

Sebuah penelitian mutakhir menyebutkan, kecenderungan pertama saat laki-laki melihat lawan jenis yang dipandang pertama adalah bagian dada. Dengan demikian, sekalipun perempuan muslimah memakai jilbab tapi bagian dadanya terlihat, esensi jilbab tak terpenuhi.

Desain jilbab saat ini banyak yang tak lagi memenuhi unsur jilbab sebagai pelindung kehormatan. Jilbab dianggap sebagai pengganti keindahan rambut hingga dibentuk menyerupai rambut dan dibentuk segala rupa untuk mendapat perhatian (hlm. 108). Nilai esensi dari jilbab kemudian menjadi tercerabut.

Rasulullah 14 abad yang lalu sudah mewanti-wanti untuk menghindari cara Berhijab dengan motivasi mengejar popularitas dan menjadi pusat perhatian. Allah mengancam mereka dengan akan mengenakan pakaian paling hina kelak (hlm. 109).

Sebelum pembaca dan keluarga terjerumus membeli dan terlanjur senang menggunakan fashion muslimah yang tak sesuai dengan syarait, perlu kiranya mengindentifikasi pakaian-pakaian yang betul-betul islami. Salah satu isi buku terbitan Mizania itu menjelaskan hal itu.

Dan yang tak kalah penting, motivasi yang menggugah tanpa menggurui untuk menutup aurat dengan dilengkapi komik. Sangat bagus untuk dibaca anak muda yang masih merasa gerah saat menutup aurat. Mulai saat, yuk, tutup aurat!

Minggu, 01 Desember 2013

Rahasia menjadi Dokter Kreatif

Judul: I am Doctorpreneur
Penulis: dr. Yusuf Alam Romadhon, M. Kes
Penerbit: Metagraf, Solo
Terbitan: Pertama, Juli 2013
Tebal: 136 halaman
ISBN: 978-602-9212-82-2
Dimuat di: Tribun Jogja

Saya pernah menyebarkan kuisioner kepada siswa SMK. Dari 25 siswa dalam satu kelas, profesi yang paling diminati setelah guru/dosen adalah dokter. 9 siswa bercita-cita ingin menjadi dosen, 6 siswa ingin menjadi dokter, sedangkan dari 10 siswa lainnya ada yang ingin menjadi penulis, pengusaha, pemain sepak bola, pebalap, mekanik dan lain-lain.

Survie kecil-kecilan tersebut menandakan bahwa profesi dokter masih cukup diminati, sekalipun biaya studi yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Masih banyak orang yang menaruh harapan kepada profesi mulya ini untuk mengatasi segala hal menjadi lebih mudah, terumata yang berhubungan dengan mencari pekerjaan dan membangun karier.

Hal ini dikokohkan dengan mitos-mitos seputar profesi kedokteran. Kuatnya kepercayaan bahwa dokter lebih mudah mencari pekerjaan, mendatangkan uang, memiliki mobil keren, rumah mewah, gadget terbaru, dan mitos-mitos lainnya membuat calon dokter terkadang tidak leluasa dalam mengembangkan diri (hlm. 25-35). Mereka terlanjur terbuai dengan mitos tersebut.

Buku I am Doctorpreneur menyadarkan kita bahwa mitos tersebut tidak sepenuhnya benar. Di era milenium seperti saat ini mengakses pekerjaan bukan hal mudah, termasuk menjadi dokter. Selain dibutuhkan waktu minimal 3,5 untuk menyelesaikan sarjana kedokteran, masih butuh waktu 1,5 tahun lagi untuk pendidikan co-ass dan ujian kompetensi dokter untuk sekedar mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR) praktik.

Pada era sebelum tahun 1990-an menjadi dokter PNS memang lebih mudah dibandingkan saat ini. Hampir pasti setiap dokter yang lulus praktik diangkat menjadi PNS. Namun, pasca itu, pemerintah hanya mampu mengangkat menjadi PTT, itupun hanya selama 3 tahun dan setelah itu harus mandiri. Di era reformasi dan sesudahnya, tuntutan kemandirian dokter lebih kuat lagi karena banyaknya calon dokter (hlm. 46).

Tidak sebandingnya rasio jumlah formasi tenaga dokter PNS yang dibutuhkan dengan jumlah pendaftar membuat dokter harus betul-betul mandiri. Saat dokter sudah berusaha keras menyelesaikan kuliah dan mengikuti ujian kompetensi untuk mendapat izin praktik dengan biaya mahal namun belum juga lulus jadi PNS, apa yang bisa dilakukan di tengah menunggu ketidakkepastian? Apakah hanya akan berpangku tangan menjadi penganggur intelektual dan menjadi beban negara?

Di tengah peliknya mendapatkan pekerjaan, dr. Yusuf Alam Romadhon, M.Kes mengajak para dokter menjadi tenaga kesehatan yang kreatif dan mandiri. Tidak bergantung kepada pemerintah untuk diangkat menjadi PNS.

Doctorpreneur adalah seni menjadi dokter kreatif dan mandiri yang ditawarkan dokter pengusaha itu. Secara sederhana doctorpreneur bisa diartikan dengan kapitalisasi bidang kesehatan tanpa mengurangi misi sosial (hlm. 74). Artinya, selain membantu orang lain sehat, dokter juga bisa menarik keuntungan tanpa membebani pasien.

Peluang menarik keuntungan yang bisa dilakukan dokter tidak melulu dalam wujud klinik dengan modal besar, dan terbatas pada penyembuhan orang sakit. Jika kebutuhan masyarakat diidentifikasi menjadi kelompok khusus banyak sekali cara-cara sederhana namun menguntungkan yang bisa dilakukan seorang dokter.

Dokter yang cakupan bidang garap bisnisnya menyasar ibu hamil dan menyusui misalnya, promosi kesehatan yang bisa lakukan mengedukasi ibu hamil tentang pendidikan kesehatan kehamilan dan pendidikan pengasuhan bayi.

Pada saat yang bersamaan dokter bisa mengadakan event organizer, bisnis buku kesehatan, rumah produksi dan atau klinik sebagai komunikasi marketing perusahaan (hlm. 75).

Dari keuntungan bisnis sederhana semacam ini dokter bisa merambah ke bisnis yang lebih besar. dr. Rosyid Ridho, teman dr. Yusuf Alam Romadhon, misalnya, mengonversi praktik solo menjadi rawat inap setelah jumlah kunjungan pasien tiap hari mencapai 100 orang, dan pada akhirnya rumah sakit.

Selain kisah pribadi penulis dan beberapa temannya merintis usaha kesehatan, dalam buku terbitan Metagraf ini juga dilengkapi tabel perencanaan bisnis yang bisa dicoba. Namun, penulis tidak banyak mengeksplor isi tabel tersebut. Dan bagi yang masih awam ilmu bisnis, dalam beberapa bagian penulis memberikan tips seputar dunia bisnis.

Buku setebal 136 halaman itu penting untuk menjadi dasar dimasukannya mata kuliah kewirausahaan di fakultas kedokteran, sehingga dokter muda lebih kreatif dan mandiri.

Senin, 25 November 2013

Jangan Lupakan Sejarah

Judul: Kutukan Seorang Ibu
Penulis: Syarif Yahya
Penerbit: Marja', Bandung
Terbitan: Pertama, Juni 2013
Tebal: 139 halaman ISBN: 979245762-3
Dimuat di: Kedaulatan Rakyat, 24 November 2013

Al Qur'an banyak memuat sejarah umat-umat terdahulu. Jumlah ayatnya mencapai ratusan. Hal ini menandakan bahwa sejarah sangat penting untuk diketahui. Peristiwa masa lampau bukan hanya sekadar dokumentasi, namun bagaimana umat setelahnya bisa mengambil inspirasi (QS. Yusuf: 111).

Dari saking dianggap pentingnya, hampir setiap bangsa memiliki pustaka hikayat yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi asupan pelajaran pertama bagi anak-anak sejak dalam timangan ibunya. Menyebut segelintir contoh, Irak populer dengan Alfu Laila wa Laila (Seribu Satu Malam), Persia terkenal dengan Shahnamah, dan India masyhur dengan Mahabrata dan Ramayana (hlm. 8).  

Kutukan Seorang Ibu adalah buku himpunan kisah-kisah bijaksana nan super inspiratif yang disusun Syarif Yahya dari beberapa literatur yang masih relevan untuk diambil hikmah. Dalam buku setebal 138 halaman itu terdapat 30 kisah yang terbagi dalam tiga bagian.

Salah satu cerita yang sangat menarik adalah tentang Lukman Hakim saat mengajari ilmu kepada anaknya dengan melakukan perjalanan dari satu desa ke desa yang lain. Di desa pertama Lukman menjadi gunjingan masyarakat setempat karena dirinya mengendarai keledai semenatara anaknya berjalan. Ia dinilai tidak punya belas kasihan. Di desa berikutnya, giliran anaknya yang mengendarai keledai dan Lukman yang berjalan kaki. Hal itu juga menjadi perbincangan karena anak Lukman dinilai tidak punya sopan santun kepada orangtua.

Perjalanan terus berlanjut. Di desa ketiga Lukman dan anaknya sama-sama mengendarai keledai. Namun, perbuatan tersebut kembali menuai reaksi dari masyarakat yang melihatnya. Lukman dan anaknya dinilai tidak punya belas kasihan kepada hewan yang ditunggangi. Memasuki desa berikutnya, Lukman dan putranya sama-sama berjalan kaki. Tapi aksinya kembali mendapat sorotan. Mereka dinilai bodoh karena hewan yang dibawa tidak ditunggangi.

Apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah singkat tersebut? Kata Lukman Hakim: Wahai anakku, jika kau mengarungi dunia ini tanpa prinsip matang di hatimu, niscaya engkau akan terombang-ambing oleh ucapan manusia (hlm. 23).

Sangat menarik kisah-kisah dalam buku tersebut, namun penulis tak menyertakan sumber rujukan, sehingga otentisitas beberapa cerita masih dipertanyakan, apalagi ada sebagian cerita israiliyat (cerita tentang atau yang diriwayatkan oleh Bani Israil).

Rabu, 13 November 2013

Merefresh Jiwa

Judul: Pemulihan Jiwa 4
Penulis: Dedy Susanto
Penerbit: Gramedia
Terbitan: Pertama, 2013
Tebal: 152 halaman
Dimuat di: Koran Madura, 8 November 2013

Survei Yayasan SET terhadap kualitas acara televisi pada periode April-Mei 2009 menyebutkan bahwa 47,2 persen responden menilai acara televisi di Indonesia tidak memberi contoh dan perilaku yang baik. Hanya 32 persen responden yang menilai kualitas acara televisi baik. Acara terbaik didominasi program berita.

Saat ini sepertinya juga tidak jauh beda. Bahkan sebagian tayangan berita cenderung memojokkan lawan politik. Namun demikian belum banyak masyarakat yang cerdas memilah dan memilih tayangan televisi yang pas, utamanya untuk anak-anak yang usianya masih rentan. Karena disadari atau tidak tiap adegan yang mata lihat dan suara yang masuk ke telinga disimpan dalam memori otak dan membentuk imajinasi dan sugesti.

Dalam ilmu psikologi, apa yang kita lihat dan dengar sangat mempengaruhi pembentukan jiwa. Dan terhadap imajinasi itulah kita memberi makna, entah bahagia atau tidak. Artinya, orang yang sering melihat hal-hal positif tentu memiliki sugesti yang bagus dan kemudian membentuk yang bagus pula dalam persepsi dan perilaku, demikian juga sebaliknya (hlm. 90).

Imajinasi dan sugesti hal yang sangat membangun atau mengganggu seseorang. Hasil penelitian menyebutkan, anak yang sedari kecil sering menonton film kepahlawanan atau mendengar dongeng kepahlawanan punya kecenderungan memiliki karakter seperti tokoh difilm atau dongeng itu. Namun, kalau sedari kecil diberi tontonan film horor atau diceritakan cerita horor, bisa jadi anak itu tumbuh menjadi orang yang penakut atau suka menakut-nakuti orang lain (hlm. 91).

Agar tidak terjerumus ke dalam imajinasi dan sugesti negatif, kita perlu menyeleksi setiap imajinasi dan sugesti yang masuk, dan kalau sudah terjerumus masuk kita harus melakukan klarifikasi, sehingga kita tidak terganggu atau tersiksa. Karena kalau dibiarkan akan menarik dan menciptakan hal-hal negatif pula.

Dalam konteks ini, maraknya tauran pelajar seperti beberapa waktu lalu tidak menutup kemungkinan karena pengaruh imajinasi dari tontonan TV, karena hampir setiap saat dalam layar kaca kita diperlihatkan "tauran" antar pejabat negara. Kalau penilaian ini benar maka untuk memberantas tauran kiranya tidak cukup hanya memperkaya wawasan intelektual, tapi juga perlu memperkaya wawasan emosional.

Di negeri ini, orang yang terus memperkaya wawasan emosional masih belum banyak. Indikasinya, lembaga-lemabaga pemulihan jiwa belum seramai rumah sakit, padahal tidak sedikit orang yang sakit jiwanya. Bahkan, orang-orang yang mendatangi psikolog masih distigmakan negatif. Mereka biasanya orang-orang yang sakit jiwa. Dan sebagian orang malah masih menganggap profesi psikolog sebagai hal yang tabu.

Hal itu berbeda dengan di negara Barat. Di Eropa, keberadaan seorang psikolog seperti halnya dokter, bahkan ada yang dinamakan psikolog pribadi. Belum dianggap pentingnya menyisihkan tabungan untuk memeriksakan kondisi jiwa di negeri ini karena terkait dengan kebutuhan hidup. Ada yang dianggap lebih mendesak untuk dipenuhi ketimbang memeriksa kondisi jiwa, yaitu perut.

Namun kondisi ekonomi bukan alasan untuk membiarkan jiwa dalam keadaan gersang. Melalui buku Pemulihan Jiwa 4, kita bisa menyirami jiwa yang gersang untuk selalu sejuk tanpa harus mendatangi psikolog. Dalam buku setebal 152 halaman itu, Dedy Susanto memberikan teknik-teknik sederhana pemulihan jiwa yang sudah terlanjur terkontaminasi imajinasi dan sugesti negatif untuk kembali fitri. Sekalipun disampaikan dengan bahasa sangat sederhana, menerapakannya bukan hal yang mudah. Selamat Memulihkan Jiwa!

Senin, 11 November 2013

Belajar Bisnis dari Strategi Perang

Judul: Ilham Juara Berbisnis dari Strategi Perang Nabi
Penulis: Abdurrahman Sandriyanie Wahid
Penerbit: Diva Press, Yogjakarta
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 214 halaman
ISBN: 978-602-7695-19-1
Dimuat di: Radar Madura, 10 November 2013

Semasa hidupnya, Rasulullah memimpin perang sebanyak 17 kali, versi lain sebagaimana dikemukakan Abdullah ibn Buraydah sebanyak 19 kali. Rasulullah sendiri sebenarnya tidak menginginkan pertumpahan darah tersebut terjadi, namun teror dan intimidasi yang diterima Nabi dan pengikutnya sudah mengancam keselamatan jiwa. Genjatan senjata pun tak dapat dihindari.

Namun, sekalipun beberapa peperangan berada dibawah pimpinan langsung Rasulullah, bukan lantas semuanya mengembirakan. Suka duka dalam medan perang pernah dialami Nabi dan pengikutnya. Bahkan, orang-orang terdekat Rasulullah seperti Hamzah bin Abdul Muthalib wafat mengenaskan dalam peperangan akibat kekejaman kafir musyrik.

Dari pengalaman jatuh bangun, akhirnya umat Islam bisa melumpuhkan kafir musyrik, dan bisa membawa pulang kemenangan. Dampaknya, umat Islam saat ini sudah tak lagi memiliki rintangan dalam menjalankan ritual keagamaan sebagaimana pada masa Nabi. Bahkan, kuantitas umat Islam di negara minoritas muslim semakin mengembirakan. Di Eropa misalnya, pada tahun 2050 diperkirakan satu dari lima masyarakatnya akan beragama Islam.

Memang, melihat kuantitas umat Islam pada saat itu sulit rasanya untuk menang. Mustahil sepertinya dalam sebuah pertempuran, umat Islam yang hanya berjumlah sekitar 300 orang bisa mengalahkan lawan yang berjumlah 1000 orang, tapi jumlah yang sedikit tak membuat muslimin berkecil hati. Optimisme terbalaskan dengan kemenangan.

Tentu hal itu tidak lepas dari taktik dan strategi yang dilakukan Rasulullah, selain pertolongan Yang Maha Kuasa. Sekalipun Nabi tidak pernah mengenyam pendidikan kemiliteran, strategi yang dilakukan sangat membantu kemenangan Islam. Tak salah jika Fazlur Rahman menyebutnya sebagai bapak militer pertama.

Taktik dan strategi yang digunakan Rasulullah pada 14 abad lalu saat memimpin perang hingga kini masih relevan untuk diterapkan. Dan hal itu tidak hanya bisa diterapkan dalam kemiliteran. Pebisnis juga bisa mengadopsi strategi perang Nabi dalam menjalankan bisnisnya. Dan disadari atau tidak, strategi tersebut telah mengantarkan banyak pelaku usaha menggapai kesuksesan.

Pada Perang Badar, Rasulullah bersama pasukan muslim melancarkan strategi dengan menyerang habis-habisan dari berbagai sudut mulai dari aliansi, pasukan dan kota kompetitor, dan hal ini membuat musuh kalang-kabut.

Strategi menyerang pasukan pesaing menginspirasi HP buatan Cina di Indonesia yang marak dengan harga murah. Secara pelan-pelan, segmen pasar kelas menengah ke bawah sudah mulai beralih. Faktor pendorong persaingan bisnis yang semula menggunakan HP merek Motorola, Sony Ericsson, Samsung dan Nokia, mulai bergeser menggunakan HP produk Cina (hlm. 76).

Strategi menyerang kota pesaing yang dilakukan Rasulullah menginspirasi perusahaan Blackberry. Nokia yang semula menjadi brand dan gaya hidup Indonesia bisa digeser oleh Blackberry. Dan hal ini diakui Nokia hingga mengeluarkan HP yang fiturnya mirip produk Blackberry (hlm. 76).

Pelaku usaha juga mengambil pelajaran dari peperangan yang dimenangkan kafir musyrik. Strategi pertahanan Rasulullah di Lembah Uhud menginspirasi Microsoft, Apple dan FedEX untuk bertahan pada saat resesi pada era 70-an dan tumbuh berkembang di saat-saat sulit pada 1980-1982 (hlm. 81).

Dalam buku Ilham Juara Berbisnis dari Strategi Perang Nabi juga dikupas strategi perencanaan perang, mengepung dan menghadapi tantangan yang dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa seperti Jagorawi dan Coca Cola.

Pembaca yang bermaksud terjun ke dunia usaha tak perlu ragu untuk menjalankan bisnisnya sekalipun tak pernah belajar di fakultas ekonomi dan bisnis. Abdurrahman Sandriyanie Wahid membedah strategi bisnis dari strategi perang Nabi.

Namun, beberapa tulisan yang salah ketik dalam buku tersebut membuat pembaca sedikit terganggu.  

Selasa, 05 November 2013

Pak Dubes Bicara TKI

Judul: Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar
Penulis: M. Indro Yudono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 260 halaman
ISBN: 978-979-22-9803-1
Dimuat di: Kedaulatan Rakyat

Tenaga Kerja Wanita (TKW) kita sering bermasalah di luar negeri karena ada yang salah dalam penyaluran tenaga kerja. Pemerintah harus mengubah regulasi pengiriman tenaga kerja jika beriktikad melindungi para pahlawan devisa. Tak cukup hanya merasa prihatin tanpa berbuat untuk memperbaiki sistem yang berlaku.

TKW banyak bermasalah ternyata karena tidak mampu mengerjakan tanggung jawabnya, semisal mengoperasikan peralatan canggih seperti mesin cuci, oven listrik, dan vacuum cleaner (hlm. 133). Sudah jelas-jelas tidak profesional, PJTKI masih saja meloloskan. PJTKI hanya berorientasi bisnis, sehingga mendidik asal-asalan tanpa memperdulikan keselamatan seseorang dan martabat bangsa.  

Herannya, masalah klasik tersebut terkesan dibiarkan. Sejak zaman Orba hingga sekarang, Kementerian Luar Negeri tidak pernah diajak duduk bersama membahas persiapan pengiriman TKI, sehingga perwakilan pemerintah di luar negeri kesulitan untuk melindungi mereka karena tak mengantongi data tempat tinggalnya (hlm. 135). Paling-paling hanya terimbas getahnya jika sudah bermasalah.

Problem inilah yang coba dilkuak M. Indro Yudono melalui buku Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar, dalam salah satu babnya memberikan masukan yang perlu segera dieksekusi jika pemerintah beriktikad melindungi warganya di luar negeri. Terlepas dari kekurangan isi buku setebal 260 halaman itu, semua pihak yang punya kepedulian dengan TKW perlu menyimak cerita mantan Dubes Swiss itu.

Selasa, 29 Oktober 2013

Menebar Kemaslahatan Menuai Kekayaan

Judul: Jawara Menulis Artikel
Penulis: Yurnaldi
Penerbit: IV Media, Palembang
Terbit: Pertama, Mei 2013
Tebal: xxviii+122 halaman
ISBN: 978-602-17637-1-1
Dimuat di: annida-online.com

Manusia sejatinya adalah hewan. Bedanya dengan ayam, kambing dan sapi, manusia hewan yang dianugerahi akal (hayawan an-natiq). Dengan akal manusia bisa membedakan baik dan buruk. Dengan akal pula manusia menjadi terhormat. Namun, hanya manusia yang bisa menggunakan akalnya dengan baik yang dihormati.

Dengan pemberian akal ini, Allah menurunkan manusia ke muka bumi sebagai khalifah (pemimpin). Manusia mendapat kepercayaan menjadi wakil Allah untuk menebar kemaslahatan.

Menebar ilmu dan amal melalui tulisan bagian dari upaya menebar kemaslahatan. Saling berbagi pengalaman dan gagasan melalui tulisan sangat efektif untuk mencapai tujuan dimaksud. Ilustasinya, sekali menulis dan dimuat di media, misalnya, gagasan penulis dibaca ratusan bahkan puluhan ribu orang. Hebatnya lagi, tulisan tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan.

Jika setiap pembaca bisa mengambil manfaat dari gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, secara tidak langsung sang penulis telah beramal. Pahala sedekah dari tulisan itu akan terus mengalir sepanjang tulisan masih memberikan kebaikan kepada orang lain. (hlm. 48).

Ganjaran yang diterima tak hanya kelak. Allah juga menjamin hambanya yang memberikan maslahat kepada orang lain dengan kebahagiaan hidup. Dan kebahagiaan hidup oleh kebanyakan manusia dikonotasikan dengan kekayaan harta. Memang, menulis juga bisa membuat kaya.

Penulis buku Jawara Menulis Artikel, yang telah 30 tahun menjadi penulis dan wartawan telah membuktikan hal itu. Saat masih mahasiswa honor jadi penulis lepas yang diterima sudah melebihi gaji PNS, bahkan gaji guru besar. Dalam setiap bulan honor yang diterima lebih dari Rp. 1 juta. Sementara gaji PNS ketika itu hanya Rp. 150.000 per bulan.

Lain lagi cerita penulis buku. Asma Nadia minimal menerima royalti Rp. 30 juta tiap tiga bulan. Hilman, penulis novel Lupus, menerima royalti Rp. 800 juta dalam lima tahun terbitan. Mohammad Fauzil Adhim dari buku Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah saja telah mendapatkan royalti antara Rp. 15 juta - Rp. 25 juta per bulan. Sementara penulis yang lekat dengan tema pernikahan dan parenting itu telah menulis 20 judul buku. Berapa royalti yang diterima? Tinggal mengalikan saja.

Kebebasan pers semakin memungkinkan kita menebar kemaslahatan dan menuai kekayaan dari menulis. Sampai Juni 2009, data Dewan Pers mencatat ada 951 lembaga penerbitan pers dengan total tiras 21.362.988. Riciannya, surat kabar harian sebanyak 315 dengan total tiras 8.462.513 eksemplar. Surat kabar mingguan sebanyak 218 dengan tiras 2.052.454 eksemplar. Tabloid sebanyak 153 dengan tiras 5.352.355 eksemplar. Majalah sebanyak 262 dengan tiras 5.487.857 eksemplar. Buletin ada 3 dengan tiras 7.809 eksemplar (hlm. 71).

Hampir masing-masing media menyediakan rubrik artikel, essai, cerpen, resensi buku, puisi, yang ditulis oleh penulis di luar redaksi. Ganjaran yang diterima penulis yang tulisannya dimuat untuk tulisan resensi buku dihargai Rp. 350.000 sampai 500.000, cerita pendek Rp. 250.000 sampai Rp 1.000.000, artikel Rp. 250.000 sampai Rp. 1.000.000 (hlm. 72).

Sungguh rugi orang menganggur karena tidak kesampaikan mendapatkan pekerjaan dikantoran yang bisa mendatangkan uang, dan celaka bagi orang yang tidak bisa memberikan kontribusi untuk kemaslahatan orang banyak.

Namun, sebagian orang dan bahkan kebanyakan orang masih punya masalah dengan dunia tulis menulis, khususnya menulis karya non fiksi. Yurnaldi, mantan wartawan Kompas yang telah menulis dikurang lebih 50 media cetak berbagi pengalaman dan kiat cara menulis artikel. Buku seri jurnalistik wartawan hebat ini didasarkan atas pengalaman pribadi, sehingga tidak rigit dan jelimet seperti buku yang tersebar selama ini.

Selain itu, pemaparannya yang komunikatif dan ringan, dan disertai contoh tulisan langsung semakin membuat buku tersebut perlu dibaca, khususnya bagi penulis yang masih memiliki banyak kendala karena tulisannya hanya masuk tong sampah redaksi.

Sayang, kualitas hasil cetakan buku terbitan IV Media itu kurang bagus, dan terdapat beberapa kata yang salah ketik. Wallahu a'lam.

Minggu, 20 Oktober 2013

 Melewati Masa Sulit dalam Rumah Tangga

Judul: For Better or Worse
Penulis: Christina Juzwar
Penerbit: Bentang
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 348 halaman
Dimuat di: Jawa Pos Radar Madura, Minggu 20 Oktober 2013

Di tengah semakin meningkatnya angka perceraian, tak ada salahnya mengambil pelajaran dari kisah sebuah keluarga yang mampu melintasi fase rumit dan terjal dalam kehidupan rumah tangga. Buku For Better or Worse mengisahkan sebuah keluarga yang nyaris bercerai akibat konflik keluarga yang melilitnya.

Konflik dalam rumah tangga memang bisa menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Perselisihan juga bisa menimpa keluarga seorang direktur marketing. July Bernadeth yang sudah memasuki tahun ke-10 dalam membina keluarga dengan Martin hampir bercerai akibat kerasnya badai rumah tangga. Kehadiran wanita idaman lain dalam rumah tangganya membuat ibu dua anak itu sangat kecewa.

Keretakan dalam rumah tangga July berawal dari di-PHK-nya sang suami, Martin, oleh pabrik tempat selama ini bekerja. Pabrik yang berpusat di Jepang mengalami kebangkrutan, dan ratusan karyawan di Indonesia terkena PHK, termasuk Martin yang sudah puluhan tahun berkontribusi membesarkan perusahaan yang saat ini sedang kolap (hlm. 49). Sekalipun sudah menduduki posisi strategis, dia termasuk karyawan yang menerima surat pemutusan hubungan kerja.

Rumah tangga July seakan kiamat sejak peristiwa tersebut. Martin yang dulu terkenal romantis terhadap July dan perhatian terhadap dua buah hatinya, sejak di-PHK sudah mulai kurang intim dengan keluarga. Bahkan tak jarang menolak ajakan dua buah hatinya, Ernest dan Emilia, untuk bermain dan membantu mengerjakan PR. Barangkali Martin masih soch, apalagi selama enam bulan pasca PHK belum juga mendapat pekerjaan yang baru sekalipun sudah beberapa kali dipanggil tes wawancara.

Makin hari pasca PHK kondisi keluarganya semakin memprihatinkan. Martin bukan hanya mulai berani membentak July, tapi sering keluar rumah sampai larut malam dengan alasan tak jelas. Dan ketika di rumah hanya sibuk main game online di laptop. Martin tak lagi seperti yang July dulu kenal yang selalu bersemangat dan gigih.

Melihat Martin mulai kurang gigih mencari pekerjaan, July juga ikut mencari pekerjaan, tapi kali ini untuk dirinya sendiri bukan lagi untuk Martin. Sekalipun gaji yang diterima tidak seberapa, ia kembali bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang advertising agency dengan jabatan sebagai sekretaris (hlm. 98). July kembali terjun ke dunia kerja setelah sejak menikah "pensiun" dan hanya menghabiskan waktu sebagai ibu rumah tangga.

Alih-alih mengatasi masalah keuangan keluarga karena kepala keluarga tak lagi bekerja, masalah tidak berhenti sampai disitu. Martin keberatan setelah mengetahui istrinya bekerja di Crazymove. Pasalnya, direktur perusahaan tersebut Vincent, mantan pacar July waktu menempuh studi di fakultas ekonomi. Dia merasa cemburu istrinya bekerja dengan mantannya.

Demi mempertahankan keutuhan keluarga, July mundur. Ia hanya bertahan dua bulan di perusahaan tersebut. Pertimbangan lain menyatakan berhenti bekerja karena dua buah hatinya ibarat ayam yang kehilangan induknya. Selama July tidak ada di rumah, Martin bukan menggantikannya mengurus anak. Dia tetap sering keluar rumah dengan alasan tak jelas.

Apa sebenarnya aktivitas Martin di luar sampai sering pulang hingga tengah malam? Katanya sedang merintis bisnis. Namun sepandai-pandainya menyimpan bangkai baunya akan terendus. Martin di luar rumah ternyata mencari kesenangan dengan perempuan lain. Martin tertangkap basah sedang bermesraan di sebuah kedai kopi. July melihat secara tidak sengaja dengan mata telanjang saat hendak keluar dari kedai setelah puas menyeruput teh panas sepulang mengantar buah hatinya ke sekolah (hlm. 205-206).

Selama ini July sudah cukup mengalah. Namun, melihat perempuan di samping suaminya yang terlihat manja dan sesekali menaruh tangannya di lengan atas atau kaki Martin, kali ini stok kesabaran habis (hlm. 206). Terasa sangat berat untuk memaafkan. Ia meninggalkan rumah beserta dua buah hatinya untuk menenangkan diri. Martin tidak merasa pertemuannya siang hari tertangkap basah.

Selama dua bulan sejak minggat dari rumah, July tinggal di rumah saudaranya. July memanggil Kak Jeni. Dalam kegundahannya di rumah yang baru, July sempat ingin cerai meskipun Martin sudah beberapa kali mengunjungi dan meminta maaf. Berkat masukan saudara, teman, dan permintaan putranya untuk segera baikan, akhirnya July memaafkan Martin.

Sepulangnya kembali ke rumah, tak ada lagi kegelapan yang menyelimuti keluarga pasangan "baru" itu. Yang terlihat hanya terangnya keceriaan dan kebahagiaan. Lambat laun, Martin kembali mendapatkan pekerjaan, sementara July dipercaya mengelola kursus yoga. Mereka menikmati terangnya kehidupan setelah melewati lorong yang gelap gulita. Habis gelap terbitlah terang!   

Kamis, 17 Oktober 2013

Menikmati Surga Sebelum di Surga

Judul: On the Way to Jannah
Penulis: Muhammad Amin
Penerbit: Bunyan (PT Bentang Pustaka)
Terbitan: Pertama, Juli 2013
Tebal: 272 halaman
ISBN: 978-602-7888-37-1
Dimuat di: Dakwatuna.com


Rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah waqina adzab al-nar (Berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta selamatkanlah dari siksa api neraka).

Doa sapu jagat tersebut adalah doa paling masyhur yang sering dipanjatkan kaum muslimin. Sekalipun kata-katanya singkat dan sederhana maknanya sangat dalam dan luas. Dan setiap doa dengan beragam redaksi pada intinya merujuk pada kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.

Memang setiap orang menginginkan surga yang di bawahnya mengalir air bening nan suci yang penuh kenikmatan. Ya, kenikmatan surga di dunia hingga akhirat. Semua berlomba-lomba menggapainya, dan hal itu memang tidak salah karena surga bukan sesuai yang tak tergapai, tapi sesuatu yang bisa diusahakan.

Namun, terkadang ada yang salah dalam upaya mencapai kenikmatan surga. Karena terlalu mengagumi gemerlap surga dunia dan sudah merasa puas terkadang lupa untuk menggapai surga akhirat. Demikian juga sebaliknya. Padahal, surga, sebagaimana doa yang sering dipanjatkan, bisa diperoleh mulai di dunia yang akan fana ini sampai di akhirat kelak.

Nabi Ibrahim dan keluarganya serta Kanjeng Nabi Muhammad telah membuktikan dan merasakan hal itu. Agar tidak tersesat di jalan yang justru semakin jauh dari surga, cukup mencontoh manusia paripurna yang telah mencicipi nikmatnya surga itu. Rumahku surgaku adalah konsep istana yang telah dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad. Dari keduanya lahir keturunan shalih-shalihah yang merupakan kenikmatan tiada tandingannya.

Hanya keluarga shalih-shalihah yang akan mencicipi surga sebelum surga. Tatkala semua aktivitas hidup terinspirasi dari Allah maka akan disibukkan dengan menanam benih kebaikan (hlm. 9). Ketika selalu disibukkan dengan menanam benih surga, tak ada kecemasan dan kekhawatiran dalam menjalani hidup. Hidup selalu tenang dan bahagia bak di surga.

Ridha dalam menjalani hidup adalah kunci surga. Menerima keputusan adalah amal yang akan semakin memperluas surga di akhirat (hlm. 10). Rumah yang dipayungi keteduhan dan ketenangan, cinta dan kasih sayang senantiasa tak akan pernah mengeluh. Malah tak akan henti-hentinya memanjatkan syukur tanda terima kasih.

Dimulai dari lingkungan paling dalam dan sempit istana surga bisa dikembangkan semakin luas dan lebar. Dengan modal apa membangun istana yang lebih luas? Allah menganugerahkan amal terbaik yang bisa dijadikan modal membangun surga. Sekalipun nilainya tidak sebanding dengan ganjaran yang diterima, Allah Maha Pengasih dan Penyayang.

Ada sebuah cerita yang sudah cukup populer mengenai seorang pelacur dan seekor anjing. Perempuan yang setiap hari menjual kehormatan dan kesuciannya kepada para hidung belang diampuni dosa-dosanya dengan sebab memberikan minum pada anjing yang kehausan. Meski amal ringan dan kecil, jika berkenan di sisi-Nya serta mendapat ridha-Nya, itulah amal yang mengantarkan ke jannah-Nya (hlm. 3).

Kisah tersebut bagian dari prasasti yang akan terus dikenang. Al Qur’an menyebut dengan istilah atsar, yaitu bekas amal sosial. Atsar merupakan hubungan horizontal atau hubungan terhadap sesama makhluk-Nya (habl min al-nas). Prasasti ini akan terus memberikan manfaat sehingga pelakunya terus teraliri pahala sekalipun telah berbaring di alam kubur (hlm. 18).

Melayani kepentingan umum dan menebar kasih sayang bagian dari prasasti yang harus dibangun. Dengan hal ini, maka seseorang akan dicintai banyak orang di dunia dan di akhirat kelak akan dilayani dan mendapat salam dari Rabb-nya.

Nikmatnya surga dunia bisa diperoleh dengan membangun prasasti sebanyak mungkin. Namun, untuk masuk surga juga harus berprestasi. Dalam Al Qur’an disebut ma qaddama, yaitu apapun yang telah dilakukan, yang disebut sebagai amal shalih individu. Hubungan vertikal seorang dengan Allah (habl min Allah) [hlm. 17].

Keshalihan individu adalah menjaga hubungan baik dengan Allah supaya dicintai dan diridhai oleh-Nya. Ketika dicintai maka yang terjadi tidak ada lagi kecemasan dalam diri, istiqamah dalam ketaatan maka malaikat diutus untuk mengayomi sehingga tak ada lagi kesedihan dalam hidup. Hidup dirasakan layaknya benar-benar surga (hlm. 17).

Mudah bukan untuk mendapat surga dunia sebelum mendapat surga di akhirat? Jika masih was-was atau tidak tahu cara menggapai dua surga, buku On the Way to Jannah memberikan panduan. Tinggal mempraktekkan saja jika bersungguh-sungguh ingin menggapainya.

Dengan bahasa sederhana namun cukup menggugah, disertai beberapa kisah hikmah, buku terbitan Bunyan (PT Bentang Pustaka) tersebut membuat alam bawah sadar pembaca tergugah. Buku yang sangat penting di tengah semakin individualis-pragmatisnya kehidupan bermasyarakat. Selamat menikmati surga sebelum surga!

Senin, 30 September 2013

Rahasia di Balik 'Dapur' Kompas

Judul: Jurnalisme Kompas
Penulis: Yurnaldi
Penerbit: IV Media, Palembang
Terbitan: Pertama, April 2013
Tebal: XXII+154 halaman
ISBN: 978-602-17637-0-4
Dimuat di: RimaNews.com

Harapan Presiden Soekarno --melalui pemberian nama Kompas-- agar Harian Umum Kompas menjadi tempat mencari referensi, tempat memperoleh informasi duduk perkara dan memperoleh solusi, terwujud. Media cetak yang digawangi PK Ojong dan Jakob Oetama itu menjadi kiblat media massa Indonesia.

Banyak sekali media cetak yang menginginkan seperti Kompas, bahkan ada yang 'menjiplak' Kompas. Namun, media yang saat ini berusia 64 tahun itu tetap tidak tersaingi. Barangkali, meminjam istilah Dahlan Iskan, karena koran sudah menjadi Kompas.

Apa rahasia di balik 'dapur' Kompas? Resep apa yang Kompas gunakan sehingga orang yang lapan dan haus informasi menjatuhkan pilihannya pada Kompas? Bukankah banyak sekali media massa yang menyuguhkan menu berita yang sama? Tentu hal ini tidak lepas dari kelihaian para 'koki' dalam mengolah dan menyajikan informasi.

Yurnaldi, wartawan Kompas yang sudah 16 tahun mewarnai media massa itu dalam buku Jurnalisme Kompas membuka rahasia 'dapur' Kompas. Buku tersebut terbilang langka karena tidak banyak buku tentang success story Kompas. Buku itu bukan hanya perlu tapi harus dibaca oleh pengelola dan pekerja media massa yang mengimpikan seperti Kompas.

Rahasia keberhasilan Kompas menjadi salah satu media terbesar di Asia tidak bisa dilepaskan dari kekuatan tiga pilar utama. Jakob Oetama menjelaskan tiga pilar itu adalah kualitas wartawan, kemampuan media menggunakan kacamata lain dalam melihat peluang, serta kuatnya riset media (hlm. 38). Pengelola bisnis media yang menginginkan seperti Kompas harus memperhatikan tiga hal itu.

Pertama,Wartawan Kompas sebagai garda terdepan dalam memburu dan mencari berita dituntut bisa mengolah informasi secara menarik dan bermakna. Bermakna diartikan bagaimana sebuah berita tidak hanya sekedar direkam dan lalu diberitakan, tapi juga memberikan interpretasi, lewat pemberian makna atas kejadian itu sendiri (hlm. 104).

Tentu untuk menghasilkan liputan yang demikian tidak mudahdan setiap orang bisa, sehingga setiap wartawan Kompas wajib memiliki setidaknya 10 kompetensi teknis. Betapa tidak mudah untuk menjadi wartawandanmenjalankan tugas sebagai karyawan Kompas.

Kerja profesional diganjaar dengan gaji yang menggiurkan. Kompas termasuk salah satu media yang memberikan gaji besar. Yurnaldi bercerita, dalam setahun bisa menerima 18 kali gaji pokok. Selain gaji pokok, ada beberapa tunjangan yang jika dijumlah total tidak kalah lebih besar dari gaji bupati/wali kota. Lain lagi fasilitas dan bonos lainnya.

Kompas betul-betul memperhatikan kesejahteraan wartawan, karena hal itu erat kaitannya dengan kualitas berita. Independensi dan kekritisan wartawan yang menerima imbalan dari nara sumber kalaupun masih ada mulai akan terkikis, dan hal itu terhakadang terpaksa harus dilakukan karena antara biaya peliputan dan gaji yang diterima dari perusahaan tidak mencukupi.

Sebagai ilustrasi, sebagaimana Yurnaldi kutip dari hasil penelitian Wina Armada Sukardi pada tahun 2007 terhadap sekitar 600 responden wartawan, hanya sekitar 90 orang (15,40 %) wartawan yang gajinya di atas Rp. 3 juta. Yang bergaji Rp. 2,5 sampai Rp. 3 juta sebanyak 102 orang (17,47 %). Pada kisaran gaji Rp. 2 juta sampai Rp. 2,5 juta sebanyak 226 orang (21,58 %). Wartawan bergaji Rp. 1,5 juta sampai Rp. 2 juta sebanyak 103 orang (17,64 %). Bergaji Rp. 1 juta sampai Rp. 1,5 juta sebanyak 122 orang (20,89 %). Sedangkan yang bergaji di bawah Rp. 1 juta sebanyak 14 orang (7,02 %) [hlm. 4].

Tak heran jika setiap Peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada tiap tanggal 8 Februari, wartawan selalu mempersoalkan kesejahteraan. Kalau wartawan masih berkutat dengan persoalan gaji, kapan pers akan melakukan kontrol secara maksimal.Wartawan Kompas sudah tidak lagi berbicara kesejahteraan.

Kedua, Rahasia keberhasilan Kompas karena mampu menggunakan kaca mata lain dalam melihat peristiwa. Tidak sedikit objek berita yang diturunkan Kompas juga turun di media lain, tapi di Kompas ada nuansa baru yang tidak tersentuh media lain.

Kita bisa bandingkan hasil liputan Kompas yang ditulis Yurnaldi tentang peluncuran buku biografi Titiek Puspa dengan media lain seperti Sinar Harapan dan media online www.kapanlagi.com (hlm. 78-85). Selain gaya bertutur yang lebih komunikatif dan naratif, ada banyak nilai lebih yang tidak tercatat di media lain.

Kemampuan Kompas melihat dari sudut pandang berbeda dari kebanyakan media, membuat media cetak tersebut tidak ketir tergerus oleh hadirnya media online. Tentu hal itu tidak lepas dari jurnalisme makna yang diterapkan.

Ketiga, semua orang mengacungi jembol liputan riset Kompas. Salah satu yang membedakan Kompas dengan hasil liputan media lain terletak pada kedalaman riset. Kompas tidak hanya memenuhi berita cover both side, tapi lebih dari itu: cover all side.

Riset-riset Kompas tidak sedikit yang berisi kritik atas kebijakan negeri ini. Namun, tidak membuat pihak-pihak tertentu merasa tersinggung apalagi sakit hati. Kompas berusaha menjauhi cara-cara kritik dengan menyakiti, sebaliknya membiarkan orang memperbaiki diri. Pedoman Kompas: Teguh dalam Persoalan, Tentur dalam Cara (hlm. 88).

Terlepas dari keberhasilan Kompas menjadi media besar yang disegani, tak ada gading tak retak. Dalam perjalanan Kompas selama 46 tahun, pasti mengalami jatuh bangun. Yurnaldi dalam buku tersebut tidak menyinggung sama sekali jatuh bangun Kompas sebelum besar seperti saat ini, atau setidaknya pengalaman pribadi yang kurang menyenangkan selama di Kompas, sehingga bisa diambil pelajaran oleh pekerja/pengelola media lain,dan setidak-tidaknya bisa diambil pelajaran oleh orang yang hendak jadi wartawan Kompas.

Namun, kehadiran buku tersebut perlu diapresiasi. Mahasiswa komunikasi, pekerja/pengelola, pemerhati media harus membaca buku itu. Kami tunggu buku seri jurnalistik wartawan hebat lainnya.

Jangan Pernah Menyerah

Judul: 12 Menit
Penulis: Oka Aurora
Penerbit: Noura (Mizan Grup)
Terbitan: Pertama, Mei 2013
Tebal: 343 halaman
ISBN: 978-602-7816-336
Dimuat di: Jawa Pos Radar Madura, Minggu 29 September 2013

Kesuksesan adalah imbalan atas jerih payah. Bukan pemberian cuma-cuma. Maka tak heran untuk menggapainya penuh kucuran keringat, air mata, bahkan darah. Jalan menuju kesukesan memang terkadang tidak mudah sehingga tak cukup hanya mengandalkan semangat, tapi juga butuh kesabaran.

Hal itu barangkali pengalaman pribadi Rene, pelatih Marching Band Bontang Pupuk Kaltim, untuk bisa mengenyam pendidikan di fakultas Music Education and Human Laerning di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Amerika, dan bergabung dengan marching band tingkat internasional. Ia harus melewati masa-masa sulit untuk meraih cita-cita.

Karakter "keras" dan pantang menyerah dirinya dalam menggapai cita-cita ditularkan kepada para pemain marching band yang diasuhnya. Ia tak segan membentak, bahkan sudah menjadi "sarapan" para pemain tiap kali latihan. Tiga kali dalam seminggu. Hal itu demi juara Grand Prix Marching Band (GPMB), perhelatan terakbar marching band se-Indonesia.

Rene tak tanggung-tanggung dalam upaya meraih juara GPMB. Ia tak kenal kompromi dalam memberikan sanksi kepada pemain yang kurang serius dalam bermain. Ia tak peduli dengan alasan cobaan hidup yang datang silih berganti dan pergulatan batin beberapa tokoh pemain yang nyaris mustahil bisa terselesaikan sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Yang ada dibenaknya, mereka harus selalu bersemangat untuk menyabet tropi. Apapun masalah yang dihadapi.

Lahang sang color guide, Tara yang bertugas memainkan snare drum, dan Elaine pemain biola adalah orang-orang yang selalu terkena sambaran kemarahan Rene. Dan mau tidak mau harus menerima hukuman. Hukumannya memang hanya membersihkan peralatan marching band dan pulang terlambat sesuai dengan keterlambatannya (hlm. 120). Tapi ocehannya membuat hati tersayat.

Ucapan-ucapan keras yang keluar dari mulut Rene bahkan sempat membuat Tara ingin keluar dari marching band. Tara tak lagi tertarik untuk jadi pemain inti marching band sekalipun perjuangannya untuk mengapai itu butuh waktu hampir setahun. Ocehan-ocehan Rene yang terkadang terlalu kasar hanya menambah sederet masalah yang dihadapi.

Sejak kecelakaan yang menewaskan bapaknya, Tara memang belum bisa beradaptasi sepenuhnya, apalagi pendengarannya sudah terganggu (hlm. 198-202). Ketika kangen bapaknya yang sudah tiada dan ibunya yang sedang menempuh studi di luar negeri, konsentrasinya pecah. Ketidakkonsentrasiannya dalam latihan selalu mengacaukan tim, sehingga Rene selalu mengomel pada Tara.

Namun, Tara bisa melewati masa-masa sulit tersebut berkat motivasi Oma, Opa, dan Rene sendiri. Tara yang sempat menghadap ke Rene untuk mengutarakan niatnya keluar dari marching band kini harus kembali lagi menghadap untuk membatalkan niatnya. Kata bijak Opanya yang melekat: kendaraan yang mogok ditanjakan harusnya bukan didorong sampai lewat tanjakan. Harusnya didorong sampai bengkel terdekat (hlm. 159). Artinya, potensi Tara bermain snare drum tidak cukup hanya diasah sampai jadi pemain inti. Tapi perlu terus diasah sampai menyabet juara.

Lain Tara, lain pula masalah Elaine. Josuke, ayah Elaine, sejak kecil menginginkan putrinya jadi ilmuwan. Marching band dianggap hanya hura-huara. Tapi apa boleh buat, Elaine setelah tumbuh besar terlanjur jatuh cinta pada marching band. Sekalipun sang bapak tak mengizinkannya, Elaine tetap bergabung dengan marching band. Ibunya adalah benteng pertahanannya dalam menghadapi sang ayah.

Sering datang terlambat ke tempat latihan dan menerima hukuman bukan beban berat bagi Elaine. Beban yang sangat besar ketika dihadapkan pada situasi harus memilih antara dua hal yang tak mungkin dia lakukan. Namun, Elaine tetap harus memilih antara mengikuti GPMB atau Olimpiade Fisika. Sementara jadwal persiapan olimpiade bersamaan dengan latihan, dan pelaksanaannya pun bersamaan pula (hlm. 154).

Tanpa memedulikan kemarahan bapaknya yang pasti kecewa besar kalau lebih memilih mengikuti GPMB, dan kekecewaan ibu kepala sekolah, Elaine lebih pemilih ke GPMB. Elaine menganggap lebih penting marching band demi kekompakan tim yang sudah dibina hampir satu tahun lamanya (hlm. 220-222).

Masalah yang dihadapi Lahang lebih rumit lagi. Lahang hampir mau pulang tidak mau mengikuti GPMB sekalipun sudah tiba di Jakarta karena bapaknya menghembuskan nafas terakhir. Ini merupakan kejadian kedua kalinya Lahang tidak bisa menyaksikan orang tersayangnya dicabut rohnya. Saat ibunya meninggal, Lahang juga tidak sedang di rumah.

Namun, Lahang membulatkan niatnya untuk mengikuti GPMB dan tidak jadi pulang. Pasalnya, Kalau Lahang pulang dia hanya akan menemui jenazah ayahnya yang sudah tidak ada yang bisa diperjuangkan kali. Namun, jika bertahan dia telah memperjuangkan dirinya. Jika nanti bawa pulang juara, perpisahan dengan bapaknya akan menjadi kenangan indah dan tentu bapaknya akan sangat bangga di sana (hlm. 319).

Ketekatan menghadapi masa-masa sulit terbalaskan. Sekalipun Tara bermain dalam keadaan pendengaran terbatas, Elaine bermain dengan penuh gejolak jiwa dan Lahang bermain dalam suasana duka, mereka bermain cukup serius, dan permainannya dinobatkan sebagai juara umum GPMB. Kenangan yang tak mungkin pernah terlupakan sepanjang hayat karena telah mengharumkan nama baik tempat lahirnya.

Perjuangan anak-anak muda yang tak takut meraih mimpi tersebut, Oka Aurora tulis sangat detail hingga gemericik bunyi drum dan nada terompet. Latar cerita Kalimantan Timur menambah pengetahun pembaca akan budaya dan tradisi Indonesia yang plural.

Namun, pembaca yang tidak bergelut dengan marching band dalam setiap lembarnya akan menemukan kosakata asing, istilah-istilah marching band, seperti rudiment, mallet, legato dan lain sebagainya. Tapi pada halaman akhir dilengkapi glosarium istilah-istilah tersebut. Vincero!

Minggu, 29 September 2013

Tetap Gaul Tanpa Pacaran

 Judul Buku: Udah Putusin Aja!
Penulis: Felix Y. Siauw
Penerbit: Mizania
Cet/Tahun : III, April 2013
Tebal : vii + 225 halaman
ISBN : 978-602-9397-99-4
Dimuat di: Koran Madura, Jumat 20 September 2013

Salah satu tren zaman modern dikalangan remaja adalah budaya pacaran. Budaya hubungan cinta kasih lawan jenis diluar nikah ini kini tak hanya menjadi tren pemuda yang hidup di kota, tapi juga pedesaan dan perkampungan.

Budaya pacaran mudah mengakar karena dikait-kaitkan dengan gaul tidaknya seseorang. Pemuda yang seumur-umur tak pernah mencicipi kehidupan pacaran dianggap kuno. Seakan “wajib” hukumnya pacaran untuk dikatakan anak gaul.

Banyak sekali motivasi remaja melakukan pacaran. Ada yang sekedar untuk dikatakan gaul. Namun, ada pula yang dimaksudkan sebagai cara yang digunakan oleh “calon pengantin” untuk saling mengenal lebih jauh dan mendalam tentang siapa dan bagaimana karakter calon pendamping hidup. Apakah dengan alasan sebagai ajang taaruf Islam membolehkan pacaran?

Islam tidak melarang pemeluknya untuk menjalin cinta kasih, bahkan sangat menganjurkan tapi harus disalurkan di jalan yang sah dan benar. Sehingga tak ada yang merasa dirugikan (hlm. 22). Rasulullah juga melarang umatnya untuk menikah dengan orang yang belum diketahui orangnya. Beliau menganjurkan umatnya untuk saling mengenal terlebih dahulu sebelum melangsungkan akad nikah. Tapi nabi bukan lantas memperbolehkan pacaran.

Sebelum memasuki pintu pernikahan, dalam Islam ada pertuangan (khitbah), bukan pacaran Islami. Sangat tidak pantas jika sepasang pemuda dan pemudi yang sedang dimabuk cinta berduaan di tempat yang sepi dikatakan pacaran Islami. Apalagi pacaran yang belum ada ikatan apa-apa antara kedua orang tua calon suami istri, yang sudah menjadi tunangan saja tidak diperbolehkan berduaan.

Apapun alasannya, pacaran tidak dibenarkan dalam Islam. Apalagi hampir tiap hari kita dijejali informasi pemudi ketahuan hamil akibat ulah pacaranya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat angka kehamilan anak diluar nikah mengalami peningkatan. Untuk tahun 2012 terdapat 4,8 persen kehamilan terjadi pada anak usia 10 hingga 11 tahun. Sedangkan pada usia produktif usia 15 hingga 19 sebanyak 48,1 persen terutama pada usia 17 tahun.

Sementara masyarakat cenderung mencibir ketika memiliki tetangga yang hamil diluar nikah. Apakah demikian yang dikatakan gaul. Yang sudah terlanjut punya pacar, udah putusin aja!

Kehadiran buku Udah Putusin Aja sangat penting dibaca anak muda dan orang tua yang menginginkan putra-putrinya tetap gaul tapi tidak terjerumus ke jurang kemaksiatan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari buku yang disampaikan dengan gaya bahasa remaja dan terkadang gaul.

Minggu, 08 September 2013

Menjadi Ibu Kreatif

Judul: Ibunda: Guru dan Sahabat Menuju Dewasa
Penulis: Maya Mar’atus Shalihah
Penerbit : Marja’ (Nuansa Cendekia Group)
Terbitan : Maret 2013
Tebal : 148 halaman
Dimuat di: era MADINA

Peranan seorang perempuan sangat vital dan penting. Sekalipun hanya bekerja di sektor domestik, peranannya tidak bisa disepelekan. Di balik kesuksesan seseorang selalu ada perempuan hebat yang mengiringi keberhasilannya. Bahkan, ada ungkapan perempuan adalah tiang negara yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa.

Islam sendiri sangat menjunjung tinggi martabat perempuan. Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW menghapus diskriminasi terhadap kaum hawa yang biasa dilakukan masyarakat jahiliyah. Telah bertebaran dalil-dalil dan praktik yang menunjukkan kemuliaan kedudukan perempuan. Menyitir satu dari banyak hadits tentang keutamaan perempuan, Rasulullah pernah mengeluarkan statement, “Surga berada di telapak kaki ibu”.

Dalam pandangan Islam, perempuan memiliki peran yang tidak ringan sekalipun hanya terbatas dalam rumah tangga. Istri sebagai mitra suami bertanggung jawab terhadap isi rumah pada saat suami tidak ada di rumah. Dan sebagai ibu bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak. Masa depan anak sangat bergantung kepada peran ibu.

Inayah Khan mengungkapkan bahwa pengasuhan anak yang diserahkan kepada suami/ bapak hasilnya kurang memuaskan dibandingkan ibu. Pasalnya, seorang laki-laki sepanjang hidupnya hanyalah seorang anak, dan setiap anak selalu membutuhkan bantuan ibu (hal. 130). Dan hal itu tidak bisa dibantah karena ibulah yang dikenal pertama anak.

Dengan demikian, betapa vitalnya peranan seorang ibu. Ibu adalah guru pertama dan utama bagi anak, dan rumah adalah madrasah pertama. Ibu bukanlah seorang baby sitter, lebih dari itu ia adalah murabbiyah. Sehingga menjadi sebuah keharusan menguasai ilmu cara mendidik anak sehingga lahir tunas-tunas bangsa yang berkualitas. Dan untuk melahirkan anak yang saleh dan salehah seorang ibu harus kreatif.

Apa yang dimaksud ibu kreatif? Ibu kreatif adalah ibu sejati yang bisa melebur dengan dunia anak. Bisa mengetahui setiap perkembangan dan kebutuhan anak, serta mampu mengarahkan pada hal-hal yang positif agar menjadi karakter saat kelak dewasa.

Untuk mengoptimalkan peran ibu sejati yang kreatif perlu jalinan komunikasi yang efektif, yaitu memosisikan diri sebagai sahabat yang ada kalanya harus menjadi pembicara dan ada kalanya jadi pendengar. Juga supervisor yang tidak menakutkan. Dengan menjadi pendamping yang tidak mengekang, anak akan lebih mudah mengembangkan potensinya (hal. 55-60).

Seorang ibu kreatif akan mampu mendidik. Problematika pada anak pun tak jadi masalah, malah menjadi bahan pembelajran berharga. Ketika menghadapi anak yang sering berkata kasar atau berbohong misalnya, ibu sudah punya sejurus solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

Buku berjudul “Ibunda: Guru dan sahabat Menuju Dewasa” ini membedah bagaimana cara menjadi ibu yang kreatif yang tentunya disenangi anak. Ibu yang tak berlu mengeluarkan “vitamin C” alias cubitan untuk membujuk anak melakukan atau meningalkan sesuatu.

Bagi pasangan yang akan menikah, khususnya kaum hawa, selain perlu belajar tuntunan mengarungi keluarga sakinah juga harus belajar bagaimana cara mendidik anak secara modern dan islami. Pasalnya, pendidikan anak termasuk perbuatan yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Buku setebal 148 tersebut menguraikan hal tersebut, khususnya mendidik anak usia dini. Selamat menjadi ibu kreatif.

Kisah Sedih Pahlawan Devisa

Judul: Tentang Sedih di Victoria Park
Penulis: Fransisca Ria Susanti
Penerbit: Nuansa Cendekia, Bandung
Cetakan: I, Mei 2013
Tebal: 228 halaman
Dimuat di: Berita99

Sudah jatuh masih tertimpa tangga. Begitulah nasib yang dialami sebagian besar buruh migran Indonesia. Sudah berpisah dengan keluarga bahkan terkadang harus rela kehilangan orang yang dicintai, di negeri orang diperlakukan secara tidak manusiawi.

Seperti nasib yang dialami Tri, buruh migran yang bekerja di Hong Kong. Sebelum bekerja, oleh agen/penyalur sudah dipalak dengan biaya penempatan yang sangat besar. Saat bekerja, upah yang diterima tidak sesuai dengan UMK dan kerap diperlakukan tidak manusiawi. Setelah selesai masa kontrak dan pulang kampung untuk mengobati rindu, rasa rindu dibalas dengan kekecewaan: perceraian, karena suaminya sudah pindah hati.

Kita bahkan juga pemerintah tidak tahu, dan seakan-akan tidak mau tahu bagaimana kehidupan sehari-hari "Tri-Tri" yang lain di negeri orang. Pemerintah terkesan hanya peduli dengan devisanya. Kita juga hanya tahu kabar mereka melalui media massa ketika ada yang tewas. Hal itu sebenarnya puncak gunung es dari perlakuan kasar yang kerap diterima saban hari.

Fransisca Ria Susanti dalam buku Tentang Sedih di Victoria Park bercerita pengalamannya selama empat tahun hidup dengan buruh migran di negeri yang dianggap paling manusiawi memperlakukan tenaga kerja. Dalam buku setebal 228 juga disebutkan solusi yang harus dilakukan pemerintah jika berniat untuk mengakhiri kisah sedih para pahlawan devisa.

Rahasia Belajar Efektif dan Kreatif

Judul: 10 Rahasia Pembelajar Kreatif
Penulis: Khrisna Pabichara
Penerbit: Zaman, Jakarta
Terbitan: Pertama, 2013
Tebal: 192 halaman
ISBN: 978-979-024-343-9
Dimuat di:Koran Madura, 6 September 2013

Usaha dan kerja keras bisa sama, namun hasilnya belum tentu sama. Apakah Anda pernah bertanya kenapa teman Anda lebih berprestasi dari Anda, padahal usahanya sama, tempat belajarnya sama, gurunya sama, buku yang dibaca sama, bahkan makanan yang dikonsumsi juga sama. Bagi orang yang malas berfikir dengan mudah akan menyalahkan Tuhan. Sudah takdir dari sono-nya.

Saya ketika belajar di pesantren dulu punya teman sekamar yang juga masih tetangga. Minatnya sama dengan saya. Saat saya menekuni belajar baca kitab kuning dia juga menekuni hal yang sama. Pada saat saya menekuni belajar tulis-menulis dia juga belajar menulis. Namun dia lebih pintar dari saya walaupun guru, tempat belajar, media belajar, bahkan tempat tidur dan makanan yang dikonsumsi sama.

Masalah ini barangkali juga menimpa banyak orang di negeri ini. Saya terus bertanya, namun tidak kunjung mendapat jawaban yang memuaskan kecuali jawaban sudah takdir Allah. Padahal, Allah telah berfirman tidak akan mengubah nasib seseorang kecuali seseorang itu sendiri yang mengubahnya (QS Arra'du [13]: 11). Allah juga tidak memberikan balasan kecuali atas apa yang diusahakan (QS. An Najm [53]: 39).

Buku 10 Rahasia Pembelajar Kreatif memberikan jawaban yang sangat memuaskan. Ternyata ada yang berbeda antara saya dan teman saya dalam menjalankan proses sekalipun usahanya terlihat sama. Dia lebih sukses karena belajarnya lebih efektif dari saya. Rahasia belajar efektif perlu kita cari sehingga sekalipun usahanya tidak berdarah-darah hasilnya sama.

Menurut Khrisna Pabichara, ada 10 rahasia yang harus kuasai seorang pembelajar sehingga belajarnya lebih efektif dan kreatif. Dengan membaca buku setebal 192 terbitan Zaman itu, Anda akan menemukan rahasianya. Belajar Anda dijamin lebih menyenangkan jika bisa menerapkan rahasia-rahasia belajar tersebut.

Bongkar
Cara belajar saya selama ini, mungkin juga Anda, ternyata ada yang salah. Hal itu membuat saya kewalahan menyaingi teman saya tadi. Kebiasaan itu perlu dibongkar dan dibuang karena hanya menghambat menuju pintu kesuksesan.

Kesalahan yang saya lakukan, sebelum belajar tidak beruasaha menemukan karakter belajar. Hanya bermodalkan kemauan dan kerja keras saja ternyata tidak cukup. Pembelajar harus menemuk karakter sebelum memulai belajar. Pembelajar harus bisa memetakan kekuatan yang menodong kesuksesan dan kelemahan yang menghambat kesuksesan. Dengan menemukan karakter belajar, pembelajar akan lebih mudah mencari jalan keluar untuk sukses (hlm. 22).

Lagi, tidak menyusun rencana belajar. Karena tidak punya rencana belajar keberhasilan yang diraih tidak terukur. Mestinya, sebelum belajar merancang tujuan dan waktu (hlm. 69-72) dan strategi belajar (hlm. 73-76). Dengan demikian, keberhasilan yang telah diraih bisa dievaluasi.

Namun, seorang pembelajar tidak cukup hanya menemukan karakter, semangat dan menyusun rencana belajar untuk mencapai keberhasilan. Tiga rahasia tersebut hanya syarat yang harus dipenuhi sebelum belajar. Untuk meraih kesuksesan juga harus menguasai rahasia saat belajar.

Seorang pembelajar harus memanfaatkan potensi yang telah Allah berikan saat belajar. Mulut digunakan untuk membaca dan bertanya, telinga digunakan untuk mendengar, tangan digunakan untuk menulis, dan otak digunakan untuk berfikir.

Saya telah menggunakan potensi tersebut saat belajar baca kitab kuning dan belajar menulis. Tapi ternyata tidak cukup hanya sekedar membaca, mendengar, menulis dan berfikir. Itulah yang membuat saya selalu terbelakang ketimbang teman tadi.

Anda yang ingin mengetahui rahasia agar membaca, menyimak, menulis, dan berfikir lebih efektif cukup membaca buku tersebut. Isilah kuesioner yang disediakan penulis untuk mengetahui posisi Anda, dan temukan rahasianya untuk lebih mudah menggapai kesuksesan. Selamat belajar efektif!

Senin, 19 Agustus 2013

Perjuangan Melawan Kematian

Judul Buku : Jangan Paksa Aku Menyerah (True Story)
Penulis : Ida Cholisa
Penerbit : Metagraf, (Tiga Serangkai, Solo)
Tahun : I, 2013.
Tebal : 148 halaman.
ISBN : 978-602-9212-69-3
Dimuat di: Koran Madura 16 Agustus 2013

Kanker payudara jenis penyakit yang menjadi momok bagi kaum hawa. Peringkat kelima penyakit dengan tingkat kematian tertinggi di dunia itu hingga saat ini belum ditemukan obat mujarab yang dapat menyembuhkan. Ketika dokter menvonis sebagai penderita kanker payudara siapa yang tak akan sedih. Dunia ini sepertinya runtuh.

Memang setiap yang bernyawa dimuka bumi pasti mengalami yang namanya maut. Dan tidak ada yang tahu kapan datangnya ajal. Tapi, dengan vonis menderita kanker payudara kematian rasanya sudah di depan mata, tinggal menunggu saja. Perasaan menjadi pesimis menjalani hidup.

Kesedihan juga menyelimuti Ida Cholisa, setelah dokter menvonis menderita menyakit kanker payudara studium 3 B. Dan hanya bisa bertahan hidup sekitar lima tahun lagi. Namun, penulis buku Jangan Paksa Aku Menyerah itu tak mau merapi dan pasrah begitu saja tanpa usaha. Sekalipun enggan mengikuti saran dokter untuk segera dioperasi, ia berusaha mencari penyembuhan dengan pengobatan alternatif.

Ia yakin penyakit yang dideritanya bisa sembuh tanpa melalui operasi atau kemoterapi. Apalagi hasil USG payudara dan bone scan menyebutkan sel kankernya belum menyebar ke tulang belakang. Usaha kesana kemari mencari pengobatan aman tanpa operasi atau kemoterapi didapat. Beberapa informasi pengobatan alternatif masuk ke telepon genggam dan pesan di jejaring sosialnya.

Hasil diagnosa terapis yang lebih ringan dari vonis dokter membuatnya semakin yakin kanker yang bersarang bisa diobati tanpa pengangkatan payudara. Terapis menyebut benjolanan di bagian dadanya hanya tumor. Saran terapis untuk mengonsumsi obat yang telah diramu walaupun harganya Rp. 14 juta untuk tiap paket yang hanya cukup untuk dua minggu pun diikuti. Sampai proses sembuh kira-kira harus menyiapkan biaya sekitar Rp. 180 juta (hlm. 60-67).

Sebelumnya, sambil menjalani bone scan juga menjalani pengobatan alternatif. Biaya Rp. 9.500.000 dikeluarkan demi menebus obat yang terbuat dari ramuan rempah yang digiling habis. Dan katanya banyak pasien penderita tumor dan kanker yang sembuh dengan obat tersebut tanpa operasi (hlm. 51-52). Pengobatan melalui bekam juga dilakukan demi hanya untuk mengusir kanker tanpa proses operasi (hlm. 70-72).

Namun, dari berbagai pengobatan alternatif tersebut tak ada tanda khasiat obat yang dikatakan sangat manjur. Yang terjadi malah sebaliknya, benjolanan semakin besar dan tentu kanker semakin menyebar ke bagian anggota tubuh yang lain. Dengan sangat terpaksa, kemoterapi dan operasi tetap harus dijalani.

Sambil menlajani operasi pengangkatan payudara dan kemoterapi sebanyak enam kali, ia terus bekerja semampunya. Hari-harinya hingga sembuh dihabiskan dengan menulis. Banyak tulisan yang telah ditelurkan. Menurutnya, di tengah keterbatasan beraktivitas yang dipikirkan bukan seberapa tahun lagi akan bertahan hidup, tapi seberapa banyak manfaat dan benih kebagian yang telah ditabur (hlm. 144).

Perjuangan melintasi ujian yang begitu rumit dan terjal satu persatu terbalaskan. Penyakit yang dideritanya sembuh. Beberapa karya yang ditulis pada masa-masa sulit diterbitkan dan banyak menginspirasi banyak orang. Bahkan, saat ini telah selesai menunaikan rukun Islam yang kelima, studi strata dua, dan berkesempatan mengikuti pelatihan tingkat ASEAN.

Namun, cobaan yang diterima sebelum menerima sederet kebahagiaan tersebut tak hanya berhenti pada menderita kanker payudara. Penyakit mematikan tersebut belum sembuh, ibunya dijemput malaikat maut. Satu minggu kemudian suami dan putranya sakit hingga harus menjalani rawat inap. Tapi pada akhirnya berjalan indah jika bisa melewati masa-masa sulit tersebut. Sesudah kesulitan selalu ada kemudaan. Sesudah penderitaan selalu ada kebahagiaan.

Itulah yang saat ini dialami Ida Cholisa setelah ikhlas dan sabar menjalani masa-masa sulit. Setiap manusia yang tak pernah lepas dari masalah perlu memetik hikmah dari buku setebal 148 itu. Setiap rumah perlu dihiasi buku tersebut sehingga anak cucu kelak bisa membaca buku tersebut. Dengan bahasa sederhana namun penuh makna pembaca mudah mencerna setiap penggalan kisah nyata tersebut.

Minggu, 11 Agustus 2013

Inspirasi dari Anak Berkebutuhan Khusus

Judul: Indonesia Menginspirasi
Penulis: Ciptono Jayin
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbitan: Pertama, Juni 2013
Tebal: xiv+161 halaman
ISBN: 978-602-7888-28-9
Dimuat di: Jawa Pos Radara Madura, 11 Agustus 2013

Manusia terdiri atas kekuatan dan kelemahan, kelebihan da kekuatan, serta kecerdasan dan kebodohan (Denis Diderot)

Manusia tidak ada yang sempurna. Dan hal ini bukan karena Tuhan gagal menciptakan manusia yang sempurna. Tuhan Mahakuasa tapi terkadang tidak menghendaki. Sebagai penyempurna, Tuhan menutupi kekurangan dengan potensi. Potensi ini yang perlu digali untuk menutupi kelemahan.

Demikianlah prinsip Ciptono Jayin dalam mendidik anak-anak berkebutuhan khusus (ABK). Ia memiliki sudut pandang berbeda dalam melihat anak yang memiliki keterbatasan. Mereka yang hidup minoritas dan bahkan terkadang dikucilkan diibaratkan bintang-bintang yang bersinar terang. Bintang yang tak hanya terang tapi juga bisa menyinari (baca: menginspirasi).

Prinsip tersebut diperjuangan dengan mendidik anak yang memiliki hambatan. Pengabdian itu perjuangan menantang yang butuh keberanian. Selain mendapat cibiran karena dinilai mengeksplorasi ABK, Pak Cip, panggilan akrabnya, terkadang dipukul, ditentang, atau ditampar siswanya. Namun, Pak Cip berusaha membuat anak-anak nyaman hingga potensinya terasah.

Kucuran keringan perjuangan itu kini telah mulai membuahkan hasil. Siswa-siswi Pak Cip bahkan mampu menginspirasi banyak orang. Ratusan orang yang semula dikucilkan saat ini hidup sejajar dengan orang lain pada umumnya, bahkan lebih menonjol. Dan beberapa dari mereka telah menerima penghargaan sebagai pemecah rekor MURI.

Delli Meladi adalah satu alumnus SLB yang telah menginspirasi banyak orang. Pada 2 Agustus 2008 masuk rubrik Sosok, Kompas, dan pernah menjadi tamu Kick Andy, Metro TV. Keberhasilan masuk koran dan TV membuat tunanetra tersebut nyaris tanpa cacat. Kemampuan pemecah rekor MURI itu menghafalkan 1000 lagu menutupi bahwa ia memiliki keterbatasan penglihatan (114-121).

Hasil didikan lain Pak Cip adalah Gigih. Anak tunadaksa yang kedua tangannya tidak berfungsi itu dapat memaksimalkan kedua kakinya untuk menghasilkan karya tas dari manik-manik hingga menjadi pemecah rekor MURI. Selain dia ada Andi Wibowo, anak tunagrahita, juga mendapat penghargaan serupa berkat talenta piawai mengaggambar dua gambar berbeda dengan masing-masing tangannya. Tak kalah hebat, Bambang Muri, anak tunagrahita, mendapat mendapat penghargaan dari MURI karena mampu menghafal 200 lagu (hlm. 95-96).

Institusi pendidikan yang dikelola penerima Kick Andy Heroes itu benar-benar memanusiakan manusia. Setiap anak didik yang mau belajar, apapun kekurangnnya, tidak pernah ditolak. Prinsip Pak Cip: mereka tidak butuh dikasihani tapi butuh diberi kesempatan. Pak Cip melalui Rumah Instansi memberi ruang kepada mereka untuk berkarya dan berekspresi.

Di tengah carut-marut sistem pendidikan dan pro kontra penerapan kurikulum 2013, buku Indonesia Menginspirasi bukan hanya perlu tapi harus dibaca setiap orang yang memiliki perhatian kepada dunia pendidikan. Pembaca akan menemukan jawaban bagaimana kurikulum ideal yang telah disusun pemerintah bisa didialogkan dengan kondisi siswa yang penuh hambatan.

Selebihnya dari itu, cerita-cerita menarik dari anak-anak cacat yang mampu mengasah talentanya membuat pembaca terperangah dan terketuk. Jika mereka yang cacat bisa kenapa kita yang tidak cacat tidak bisa. Buku Indonesia Menginspirasi sungguh menginspirasi.

Selasa, 30 Juli 2013

Sains Bumi Berbicara Al Qur’an

Judul : History of Earth: Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Quran
Penulis : Ir. Agus Haryo Sudarmojo
Penerbit : Bunyan (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan : I, Maret 2013
Tebal : xvi + 220 halaman
ISBN : 978-602-7888-18-0
Dimuat di: Madura Channel

Komaruddin Hidayat pernah mengatakan belajar Al Qur'an tidak cukup dengan hanya menguasai bahasa Arab. Tapi membutuhkan disiplin ilmiah. Ketika Al Qur'an bicara laut maka perlu ilmu kelautan, ketika bicara bintang butuh ilmu astronomi, ketika bicara kesehatan butuh ilmu kesehatan.

Namun tampaknya buku-buku tafsir yang mencoba mendialogkan ayat Al Qur'an dengan sains modern masih belum banyak. Agus Haryo Sudarmoko dalam buku History of Earth, mencoba menyingkap keajaiban bumi dalam Al Qur'an dengan tafsir ilmiah.

14 abad yang lalu, Allah telah berfirman: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi (At thalaq: 12). Sains modern membenarkan firman Allah tersebut. Struktur langit terdiri dari tujuh lapis, troposphere, stratosphere, ozonosphere, mesosphere, ionosphere, exsosphere, dan magnetosphere. Demikian juga bumi, terdiri dari crust (0-60 km), upper (60-400 km), transition region (400-650 km), lower mantle (650-2.700 km), discontinuity (2.700-2.890 km), outer core (2.890-5.150 km), dan inner core (5.150-6.378 km). (hal. 52-53) [hal. 152].

Dan pada Surat As-Sajadah ayat 4, Allah menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa. Pada ayat lain, Surat Fushshilat: 9 menyebut bumi diciptakan dalam dua masa. Berlandaskan pada umur meteorit tertua yang ditemukan, para ahli geologi menyatakan bahwa bumi berusia 4,56 x 109 tahun (hlm. 18).

Perbandingan umur bumi dan langit adalah 2 : 6 = 1 : 3, sehingga bisa dihitung umur langit 4,56 x 109 x 3 = 13,68 x 109 tahun atau 4,56 x 109 : 2 = 2,28 x 109 tahun. Jadi, umur alam semesta sejak pemisahan langit dan bumi versi Al Quran yaitu 6 x 2,28 x 109 tahun = 13,68 x 109 tahun.

Jika dibandingkan dengan versi sains yang mengatakan bahwa umur alam semesta sejak peristiwa Big Bang adalah 13,7 x 109 tahun, maka terdapat selisih sekitar 20 juta tahun. Dalam ilmu kosmologi, perbedaan ini dapat ditoleransi. Berdasarkan perhitungan sederhana tersebut, penulis menyimpulkan bahwa peristiwa Big Bang jelas terkait dengan kehadiran planet bumi yang tercipta kurang lebih sembilan miliar tahun setelah ledakan dahsyat kosmis tersebut (hlm. 19).

Namun, sayang corak perpaduan sains dan agama penulis hanya mendasarkan pada logika, sehingga kerangka penafsiran yang dikembangkan. Tapi buku tersebut tetap perlu diapreasi bahwa Al Qur’an relevan dengan perkembangan zaman. Walahu a’lam.

Rabu, 24 Juli 2013

Ijtihad Gus Yusuf Chudlori

Judul: Fikih Interaktif; Menjawab Berbagai Persoalan Sosial Umat Islam
Penulis: KH Muhammad Yusuf Chudlori
Penerbit: Marja’, Bandung
Terbitan: I, April 2013
Tebal: 200 halaman
Dimuat di: SantriNews.com

Rasulullah: Bagaimana engkau akan memutuskan apabila datang padamu suatu perkara?
Muadz bin Jabal: Saya akan memutuskan sesuai dengan kitabullah (Al Qur’an).
Rasulullah: Bagaimana bila tidak didapatkan di kitabullah?
Muadz bin Jabal: akan memberikan keputusan dengan sunah rasul.
Rasulullah: bagaimana bila tidak terdapat?
Muadz bin Jabal: Saya akan berijtihad dengan pikiran saya dan tidak akan mundur

Demikian dialog Rasulullah dengan Muadz bin Jabal sebelum diutus ke Yaman, sebagaimana diriwayatkan Abu Daud, dalam Sunannya nomor 3592 dan 3593.

Hadits tersebut mengilustrasikan bagaimana mestinya umat Islam bertindak dan mendasarkan tindakannya pada syariat agama. Rujukan pertama dan yang paling utama adalah Al-Quran. Sejak 14 lebih yang lalu, Allah SWT telah menurunkan wahyu sebagai petunjuk hidup bagi manusia agar bahagia, baik di dunia maupun akhirat. Wahyu tersebut telah sempurna dan tidak mungkin turun lagi.

Kendati demikian, tidak banyak peristiwa kontemporer yang dijabarkan Al Qur’an terkait status hukumnya secara eksplisit. Persoalan hukum dalam Al Qur’an hanya dijelaskan secara umum. Maka Rasulullah melalui hadits-hadits menafsirkan wahyu tersebut secara lebih terperinci.

Saat ini waktu terus bergulir dan zaman bergeser seiring dengan aktivitas manusia. Sementara pembuat keputusan telah tiada sejak 14 abad lebih yang lalu. Pertanyaannya, jika saat ini terdapat peristiwa yang tidak tercover secara gamblang dalam Al Qur’an dan hadits nabi bagaiamana cara mendialogkan peristiwa saat ini dengan hukum agama?

Jika umat Islam tidak ingin digerus oleh perkembangan zaman, mau tidak mau harus melakukan ijtihad. Berusaha secara sungguh-sungguh untuk memberikan status hukum terhadap peristiwa yang tidak ditemui padanannya dalam dua sumber utama hukum Islam.

KH Muhammad Yusuf Chudlori salah satu ulama yang concern dengan aktivitas ijtihad. Beliau meneruskan tradisi Muadz bin Jabal. Buku Fiqih Interaktif; Menjawab Berbagai Persoalan Sosial Umat Islam, bukti hasil aktivitasnya dalam memproduksi hukum Islam.

Dalam buku tersebut dijelaskan peristiwa-peristiwa kontemporer yang tidak ada padanan peristiwanya dalam Al Qur’an maupun sunah nabi, seperti transaksi jual beli online yang saat ini marak terjadi. Bagaimanakah Islam melihat transaksi elektronik tersebut? Anda akan menemukan jawabannya dalam buku terbitan Marja’ itu.

Terkait dengan hukum jual beli online, menurut Gus Yusuf Chudlori, boleh dan sah. Sekalipun barang yang dijual (mabi’) tidak ada di depan mata saat —syarat sah jual beli— saat kedua belah pihak melakukan transaksi, pembeli telah mengetahui sifat dan jenisnya terlebih dahulu.

Sedangkan terkait dengan ucapan serah terima, sesuatu yang pengertiannya sepadan dengan ucapan serah terima secara langsung seperti tulisan atau isyarat orang bisa hukumnya disamakan dengan melafalkan serah terima (hlm. 91-92).

Dalam buku setebal 200 halaman, pembaca akan menjumpai banyak pengetahuan baru seputar hukum Islam yang terjadi belakangan ini, dan mungkin masih sedikit ulama yang mengulas dan menjabarkannya. Termasuk akan menjumpai penetapan hukum yang selama ini masih menjadi kontroversi, seperti hukum menyeru kebaikan dan mencegah kemunkaran dengan cara-cara ekstrem dan arogan. Selamat membaca!

Minggu, 14 Juli 2013

Salah Kaprah di Sekitar Kita


Judul: Keterampilan Berbahasa Tetap Memilih Kata: Kasus Kebahasaan di Sekitar Kita
Penulis: Eko Prasetyo 
Penerbit: Indeks 
Cetakan: Pertama, 2013 
Tebal: 154 halaman 
ISBN: (10) 979-062-026-8
Dimuat di: Malang Post, Minggu 14 Juli 2013

Rusaknya bahasa Indonesia salah satunya disebabkan oleh bahasa media massa yang tidak mengindahkan kata baku. Media sebagai sarana edukasi mestinya menyajikan informasi yang mendidik, bijak, santun dengan berpijak pada kata baku sebagai sarana komunikasi.

Demikian teras (lead) berita berjudul Berita Semestinya Mendidik di Koran Madura edisi Senin 1 April 2013. Dalam tulisan itu disebutkan bahasa media massa saat ini yang memprihatinkan. Karena berlomba-lomba ingin jadi yang pertama menyiarkan, urusan tata bahasa terkadang dikesampingkan.

Editor Harian Jawa Pos, Eko Prasetyo, secara tidak langsung membenarkan hal itu. Dalam buku Keterampilan Berbahasa Tepat Memilih Kata: Kasus Kebahasaan di Sekitar Kita, mencatat beberapa dari sekian banyak judul media massa yang kurang benar (untuk tidak mengatakan salah).

Kutipan berita yang kurang benar: Ketum PPP "Digoda" untuk Tinggalkan Azas Islam (Republika, 17 Juni 2011), polisi dan pelaku pencurian sempat berkejar-kejaran (www.beritajatim.com, 28 Juni 2010), Miyabi Gagal Jadi Nominator FFI 2010 (okezone.com, 13 November 2010), DPRD Nilai Proyek Pedestrian Tak Berkualitas (Surya, 2 Juni 2010), Ben Stiller Jadi Pengangguran (Liputan6.com, 15 Februari 2010), Foto Seronok "Bupati Pekalongan" Muncul di Facebook (Kompas.com, 18 Februari 2010), SBY: Silahkan Warga NU Kritisi Pemerintah (vivanews.com, 17 Juli 2011).

Sepintas tak ada masalah dengan judul-judul berita di atas karena informasi yang hendak disampaikan terserap, dan orang lain faham dengan yang dimaksud. Namun, bagi orang yang melek bahasa, ada yang mengganjal dari judul berita yang dicetak miring tersebut.

Kata azas tampaknya tak hanya dipakai Republika, tapi juga Suara Merdeka dan vivanews.com. Namun, pada judul yang lain menggunakan kata asas. Lantas mana yang benar? Kata tersebut berasal dari bahasa Arab. Di dalam bahasa Arab, kata itu ditulis dengan huruf . Huruf ke-12 dalam abjad Arab itu diindonesiakan menjadi . Dengan demikian yang benar asas, bukan azas. Dalam KBBI, asas [n] bermakna dasar (hlm. 5-6).

Demikian pula dengan kata berkejar-kejaran. Harian Singgalang, www.beritajatim.com, www.wartaeradigital.com, www.anatara-sulawesiselatan.com, dan tentunya media-media lain, biasa menggunakan kata tersebut untuk menyebut mengejar. Dalam KBBI, berkejar-kejaran [v] bermakna berlari buru-memburu; saling (bergantian mengejar). Pada kasus berita tersebut bermakna polisi dan perampok saling buru-memburu. Sudah benarkah? (hlm. 15-16).

Sementara kata nominator diresap dari bahasa Inggris (nominate). Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nominator [n] bermakna orang yang mencalonkan (mengunggulkan). Sedangkan yang dimaksud dalam judul Miyabi Gagal Jadi Nominator FFI 2010, orang yang dicalonkan: nomine (hlm. 85-86).

Kata pedestrian cukup dikenal dalam laporan terkait dengan jalan. Pedestrian dalam KBBI berarti pejalan kaki. Frasa proyek pedestrian dan pembangunan pedestrian apakah sudah tepat secara logika? Bukankah yang dimaksud proyek jalur pedestrian (hlm. 91-92).

Pengangguran kata dasarnya anggur. Menurut kaidah pembentukan kata, pengangguran diartikan dengan proses, perbuatan, cara menganggur atau hal menganggur. Sudah tepatkan menggunakan kata pengangguran untuk menyebut orang yang menganggur/penganggur (hlm. 95-96).

Kata seronok di negeri ini cenderung dimaknai negatif. Namun, bagi masyarakat Melayu, khususnya Malaysia, memiliki nilai positif. Demikain pula dalam KBBI, seronok adalah menyenangkan hati; sedap dipandang. Bukanlah lebih jelas maknanya menggunakan kata lain untuk merujuk pada tindakan atau hal yang tidak sopan atau vulgar? (hlm. 131-132).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak ada kata silah. Yang ada sila. Sila bermakna (1) sudilah kiranya (kata perintah), (2) duduk dengan kaki berlipat dan bersilang, (3) aturan yang melatarbelakangi perilaku seseorang atau bangsa. Berdasarkan penjelasan tersebut yang benar adalah silakan (hlm. 133-134).

Selain media massa, MC/presenter, guru, pengurus publik juga sering mencontohkan kata-kata yang menurut kaidah bahasa Indonesia kurang benar, seperti ranking; gelar kesarjanaan S1, S2, S3.

Dalam buku setebal 154 halaman yang diterbitkan Indeks itu dipaparkan 63 kasus Kebahasaan di sekitar kita yang sering salah, tapi karena sudah kaprah dianggap benar. Dengan bahasa yang cukup komunikatif, buku itu bukan hanya sebaiknya, tapi harus dibaca oleh siapapun yang memiliki kepedulian dengan bahasa Indonesia.