Senin, 13 Juli 2015

Pengabdian Dokter di Pedalaman

Judul: Dokter Rakyat
Penulis: dr. Andre Setiawan
Penerbit: Kompas
Terbitan: Pertama, 2015
Tebal: 186 halaman
ISBN: 978-979-709-920-6
Dimuat di: Tribun Jogja, Minggu 12 Juli 2015

Ikrar dokter untuk selalu mengabdi membulatkan hati dr. Andre Setiawan Suryadi dan istrinya, dr. Miranti Iskandar, mengikuti Program Dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) setelah menyelesaikan pendidikan dokter pada tahun 2011. Program Dokter PTT adalah salah satu program Kementerian Kesehatan untuk memajukan kesehatan nasional dengan menempatkan dokter-dokter di daerah terpencil yang masih sangat minim pelayanan kesehatan.

Dr. Andre memilih Kabupaten Bajawa, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai tempat tujuan PTT. Ia pun ditempatkan di Riung, kecamatan paling jauh dari Kabupaten Ngada. Daerah tersebut masih memiliki suplai listrik 12 jam. Listrik hanya menyala dari pukul 18.00 hingga pukul 06.00.

Kondisi Puskesmas Riung laksana penjara membuat PNS enggan ditempatkan di sana. Kering, panas, dan jauh dari pusat kota, puskesmasnya pun menjadi puskesmas terburuk dari 10 puskesmas di Kabupaten Ngada. Sementara masyarakatnya belum sepenuhnya sadar akan pentingnya kesehatan. Lini pertama pengobatan adalah dukun, kalau tidak sembuh baru ke bidan/mantri, dan bila tidak dapat diatasi lagi mereka akan segera berobat ke puskesmas. Biasanya penyakitnya sudah dalam keadaan berat (hlm. 97).

Rata-rata anak di sana memiliki perut yang agak buncit, dan sering menggaruk-garuk pantat pada malam hari. Ibu-ibu dalam membesarkan anaknya awam pendidikan gizi, tidak mengetahui makanan yang baik dan yang tidak untuk menunjang kebutuhan gizi anak. Selama beberapa tahun, tingkat kematian ibu dan anak-anak di Kecamatan Riung cukup tinggi. Kurang gizi dan kesadaran keluarga untuk melahirkan di puskesmas menjadi salah satu penyebabnya. Memang ibu-ibu lebih senang proses kelahiran berlangsung di rumah dengan bantuan dukun beranak (hlm. 161).

Pengabdian dr. Andre selama satu tahun membawa perubahan besar terhadap Puskesmas Riung. Pada 20 April 2011 Poli Bedah diresmikan di Puskesmas Riung, poli bedah pertama di puskesmas yang ada di Kabupaten Ngada. Sehingga pasien yang membutuhkan tindakan bedah tak lagi dilakukan di ruang UGD.

Buku Dokter Rakyat selain berkisah suka-duka pengabdian seorang dokter dengan segala keterbatasan di pedalaman juga mengungkap eksotisme alam tempat yang ditinggali. Buku sangat penting untuk dokter atau calon dokter yang akan mengikuti jejak dr. Andre untuk memajukan kesehatan nasional.

Minggu, 12 Juli 2015

Gaya Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz

Judul: Umar bin Abdul Aziz: Sosok Pemimpin Zuhud dan Khalifah Cerdas
Penulis: Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi
Penerbit: Tinta Medina, Solo
Terbitan: Pertama, Maret 2015
Tebal: 206 halaman
ISBN: 978-602-9211-01-6
Dimuat di: Radar Surabaya, 12 Juli 2015

Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin ideal yang perlu dicontoh pemimpin saat ini. Gaya kepemimpinannya relevan dengan era modern sehingga perlu diadopsi. Rakyat butuh pemimpin seperti Umar yang tegas dan pro-rakyat dalam mengambil kebijakan.

Rakyat adalah segalanya bagi Umar. Kebijakannya selalu diorientasikan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk memastikan kebijakannya pro wong cilik, Umar selalu hati-hati dalam mengambil kebijakan.

Sikap tidak gegabah yang dikedepankan Umar agar kebijakan yang diambil menjadi penyejuk bukan polemik apalagi konflik. Untuk memastikan hal itu, sebelum menandatangi peraturan terlebih dahulu meminta masukan dari para ulama dan cendekiawan di bidangnya masing-masing.

"Aku tidak akan memutuskan sebuah perkara, kecuali atas restu dan pendapat kalian. Jadi, seandainya kalian melihat ada bawahanku yang melakukan kezaliman, segeralah melapornya kepadaku," tegas Umar saat mengundang para ulama (hlm. 10).

Sementara terhadap keputusan yang telah dibuat, Umar bersikap keras dan tegas, tapi tak malu untuk merevisi jika menuai polemik di kemudian hari. "Tidak ada debu yang lebih mudah ditiup dari ketetapan yang telanjur ditulis, tetapi kemudian aku tahu bahwa itu salah, maka akan segera aku revisi," tegasnya pada kesempatan yang lain (hlm. 24).

Untuk memastikan kebijakan yang diambil dijalankan dengan baik, Umar tak segan mencopot bawahannya yang berkinerja buruk dalam memimpin. Ia tak mau terbebani bawahan yang tak bermutu tapi memakan biaya. Usamah bin Zaid at-Tanukhi (wali di Mesir) dan Tazid bin Abu Muslim (wali di Afrika) adalah orang yang terkena resuffle dari kepemimpinan Umar.

Umar menjatuhi hukuman kepada Usamah satu tahun penjara di Mesir, kemudian dipindah ke Palestina dengan tambahan penjara satu tahun lagi akibat berlaku zalim. Sementara Yazid langsung dicopot dari jabatannya karena berkinerja buruk (hlm. 22).

Semasa menjadi gubernur Hijaz, Umar tak segan memberikan kritik membangun kepada khalifah. Umar tidak merasa takut kepada siapa pun, hanya kepada Allah. Juga tidak anti kritik dan masukan, karena dirinya menyadari kebijakannya berpotensi menyimpang karena dibuat oleh manusia. Baginya bekerja bukan untuk pencitraan.

Rabu, 08 Juli 2015

Menjadi Duta Al Qur’an

Judul: Panduan Menghafal Al Qur’an Super Kilat
Penulis: Wiwi Alawiyah Wahid
Penerbit: Diva Press, Yogyakarta
Terbitan: Pertama, Mei 2015
Tebal: 180 halaman
ISBN: 978-602-255-892-7
Dimuat di: Duta Masyarakat, 28 Juni 2015

Allah telah menjamin kemurnian kitab suci umat Islam itu dari pengurangan maupun menambahan (QS. Al-Hijr: 9). Allah menjaga Al Qur’an melalui para hafidz dan hafidhah. Kita bisa ambil bagian menjadi bagian dari duta Al Qur’an dengan sejuta fasilitas dan keistimewaan yang akan diperoleh.

Namun tak semua orang bisa menghafalkan Al Qur’an. Menghafalkan Al Qur’an berbeda dengan menghafalkan karya lain. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menghafalkan Al Qur’an. Menghafalkan sesuatu yang suci selain butuh tekad dan disiplin tinggi, juga mensyaratkan hidup asketis.

Sesuatu yang suci tidak dapat dicapai kecuali dengan sesuatu yang suci pula. Perbuatan dosa adalah noda dan kotoran yang dapat mencemari kesucian orang yang menghafalkan Al Qur’an. Oleh karenanya, perbuatan dosa dapat menyulitkan menghafal Al Qur’an (hlm. 116).

Tekad, disiplin, sabar, dan menghindari dosa adalah syarat yang harus dilakukan seseorang sebelum mulai menghafal Al Qur’an. Jangan lupa pula meminta izin orang tua –izin suami untuk perempuan yang telah menikah– dan berdoa agar tak mengalami rintangan berarti dalam menghafalkan Al Qur’an.

Saat menghafal Al Qur’an, ada yang memulai dari juz 30, 29, 28 hingga juz 1 dengan alasan surat-suratnya relatif pendek. Sebaliknya, ada yang memulai dari juz 1, 2, 3 hingga juz 30 dengan alasan karena juz-juznya lebih mudah. Ada juga yang memulai dari juz 30, lalu juz 1, 2, 3 dan seterusnya hingga juz 29 atas perintah guru. Sementara yang biasa digunakan dari awal hingga akhir (hlm. 62).

Agar lebih mudah menguasai hafalan, metode cepat dan praktis dalam menghafalkan Al Qur’an adalah dengan membaca tiap ayat sebanyak 20 kali. Setelah membaca ayat 1-5 ulangi kembali dengan menggabungkan antar ayat sebanyak 20 kali. Demikian seterusnya dengan menghubungkan ayat yang telah dihafal dengan yang baru dihafal (hlm. 62-63).

Dalam menggunakan metode ini dianjurkan untuk menghafal dalam sehari satu atau dua halaman saja. Maksimal seperdelapan juz. Sebab jika menambah hafalan terlalu banyak dikhawatirkan yang sudah dihafal terbengkalai (hlm. 67-68).

Bisa juga menggunakan metode lain, yaitu dengan melihat mushafnya agar hafalan tersimpan dengan baik dalam otak melalui indra penglihatan. Baca secara berulang sebanyak 10 kali. Sesekali memejamkan mata dengan memasukkannya ke dalam otak (hlm. 68).

Dalam menggunakan metode ini, ada yang menggunakan metode membaca satu halaman mushaf dari baris pertama hingga terakhir secara berulang. Ada pula yang menggunakan metode bagian dengan menghafalkan ayat per ayat yang dirangkai menjadi satu kalimat penuh (hlm. 69-70).

Agar tak kesusahan dalam menghafalkan ayat yang panjang, solusi terbaik menghafal dengan cara memotong ayat menjadi beberapa bagian. Lalu dalam setiap bagian dihafalkan dan diteruskan dengan bagian yang lain (hlm. 70).

Untuk membedakan redaksi ayat yang mirip (mutasyabihat) perhatikan kata gantinya. Misalnya untuk membedakan Surah Al An’am ayat 151 dengan Surah Al Isra’ ayat 31, pada kata min diganti khasyah. Pada kata narzukukum diganti narzukuhum. Iyyahum diganti iyyakum (hlm. 90-91).

Yang tak kalah penting dari terus menambah hafalan adalah memelihara ayat yang telah dihafal. Metode paling mudah dengan melakukan takrir pada saat sedang melakukan shalat atau dijadikan wirid harian untuk murajaah.

Apabila setiap melakukan ibadah shalat fardu dalam satu waktu menghabiskan empat halaman, maka dalam setiap harinya telah membaca 1 juz. Jika ditambah dengan shalat sunah qabliyah, bakdiyah, dhuha, dan tahajut, bila tiap rakaatnya membaca dua halaman maka dalam setengah bulan bisa mengharamkan Al Qur’an (hlm. 106).

Buku Panduan Menghafal Al Qur’an Super Kilat memberikan kiat-kiat praktis cara menghafal Al Qur’an. Wiwi Alawiyah Wahid dalam menulis buku tersebut tak hanya berdasarkan kekuatan literatur, tapi juga pengalaman pribadi dalam menghafalkan 30 juz Al Qur’an.

Untuk menumbuhkan minat menghafal Al Qur’an dan memotivasi penghafal Al Qur’an agar tidak putus asa, pada bab terakhir dikisahkan profil singkat tiga penghafal Al Qur’an.

Minggu, 05 Juli 2015

Istanbul di Mata Pamuk

Judul: Istanbul; Kenangan Sebuah Kota
Penulis: Orhan Pamuk
Penerbit: Serambi
Terbitan: Pertama, April 2015
Tebal: 561 halaman
ISBN: 978-602-290-036-8
Dimuat di: Koran Madura

Turki salah satu kota destinasi wisata. Sedikitnya ada 11 situs yang diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO yang tersebar di negara seluas 750.000 kilometer tersebut. Salah satu objek wisata favorit berlokasi di Istanbul, seperti bangunan blue mosque dan jembatan Bosphotus.

Istanbul selalu menjadi dambaan wisatawan yang berpelesir ke Turki. Kemurungannya ditutupi oleh gemerlap Bosphorus. Jika Istambul berkisah tentang kekalahan, kehancuran, kehilangan, kesedihan, dan kemiskinan, Bosphorus berkisah tentang kehidupan, kesenangan dan kebahagiaan (hlm. 67).

Namun, berabad-abad sebelum abad ke delapan belas, kota ini hanya terdiri dari beberapa desa nelayan Yunani, dan Bosphorus hanya sebagai jalur air, sebuah tempat yang indah dan, selama dua ratus tahun terakhir, sebuah lokasi yang tepat untuk istana-istana musim panas (hlm. 67).

Tapi kebangkitan Republik Turki dan nasionalisme Turki di abad kedua puluh memusnahkan bangunan yang dibangun keluarga besar Usmani. Kemolekan Istanbul sedikit tercemari. Andai saja warisan masa lalu dipertahankan, Istanbul akan makin mempesona.

Yali–puri tepi laut yang sangat indah menghadap ke laut, dipandang sebagai model identitas dan arsitektur yang sudah usang sehingga tak lagi bisa dinikmati. Pamuk hanya bisa menyaksikan keindahan yali-yali dari lukisan yang diproduksi Melling dalam Memoirs of Bosphorus.

Dari lukisan-lukisan Melling, Pamuk merasa bahagia sekaligus sedih. Terpesona melihat masa lalu yang penuh kejayaan, sedih mengetahui yang digambarkan dalam lukisan akan kejayaan masa lalu sebagian telah tidak bisa dinikmati.

Pamuk menceritakan kegirangan kenangan masa kecil menikmati keindahan Istanbul, dan kesedihan melihat kotanya saat ini yang sudah berubah secara detail dalam Istanbul; Kenangan Sebuah Kota. Pembaca diajak menyusuri Istanbul hingga bagian paling dalam.

Pamuk begitu lihai meracik sebuah cerita tentang sesuatu yang sederhana menjadi jauh dari membosankan. Dalam menikmati kemegahan dan keindahan kotanya saat ini selalu dihubungkan dengan kondisi masa lalu. Pamuk seakan menjadi penghubung peradaban masa lalu dengan masa kini.

Sebagaimana karya-karya Pamuk lainnya, buku setebal 561 halaman terbitan Serambi diwarnai dengan bahasan dan pesona terhadap sastra dan lukisan. Nyaris dalam setiap halaman, pembaca disuguhi lukisan Istanbul dari masa lalu. Sebuah buku yang sangat penting dibaca penyuka pelesir dan penikmat sejarah.