Senin, 25 November 2013

Jangan Lupakan Sejarah

Judul: Kutukan Seorang Ibu
Penulis: Syarif Yahya
Penerbit: Marja', Bandung
Terbitan: Pertama, Juni 2013
Tebal: 139 halaman ISBN: 979245762-3
Dimuat di: Kedaulatan Rakyat, 24 November 2013

Al Qur'an banyak memuat sejarah umat-umat terdahulu. Jumlah ayatnya mencapai ratusan. Hal ini menandakan bahwa sejarah sangat penting untuk diketahui. Peristiwa masa lampau bukan hanya sekadar dokumentasi, namun bagaimana umat setelahnya bisa mengambil inspirasi (QS. Yusuf: 111).

Dari saking dianggap pentingnya, hampir setiap bangsa memiliki pustaka hikayat yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi asupan pelajaran pertama bagi anak-anak sejak dalam timangan ibunya. Menyebut segelintir contoh, Irak populer dengan Alfu Laila wa Laila (Seribu Satu Malam), Persia terkenal dengan Shahnamah, dan India masyhur dengan Mahabrata dan Ramayana (hlm. 8).  

Kutukan Seorang Ibu adalah buku himpunan kisah-kisah bijaksana nan super inspiratif yang disusun Syarif Yahya dari beberapa literatur yang masih relevan untuk diambil hikmah. Dalam buku setebal 138 halaman itu terdapat 30 kisah yang terbagi dalam tiga bagian.

Salah satu cerita yang sangat menarik adalah tentang Lukman Hakim saat mengajari ilmu kepada anaknya dengan melakukan perjalanan dari satu desa ke desa yang lain. Di desa pertama Lukman menjadi gunjingan masyarakat setempat karena dirinya mengendarai keledai semenatara anaknya berjalan. Ia dinilai tidak punya belas kasihan. Di desa berikutnya, giliran anaknya yang mengendarai keledai dan Lukman yang berjalan kaki. Hal itu juga menjadi perbincangan karena anak Lukman dinilai tidak punya sopan santun kepada orangtua.

Perjalanan terus berlanjut. Di desa ketiga Lukman dan anaknya sama-sama mengendarai keledai. Namun, perbuatan tersebut kembali menuai reaksi dari masyarakat yang melihatnya. Lukman dan anaknya dinilai tidak punya belas kasihan kepada hewan yang ditunggangi. Memasuki desa berikutnya, Lukman dan putranya sama-sama berjalan kaki. Tapi aksinya kembali mendapat sorotan. Mereka dinilai bodoh karena hewan yang dibawa tidak ditunggangi.

Apa pelajaran yang bisa diambil dari kisah singkat tersebut? Kata Lukman Hakim: Wahai anakku, jika kau mengarungi dunia ini tanpa prinsip matang di hatimu, niscaya engkau akan terombang-ambing oleh ucapan manusia (hlm. 23).

Sangat menarik kisah-kisah dalam buku tersebut, namun penulis tak menyertakan sumber rujukan, sehingga otentisitas beberapa cerita masih dipertanyakan, apalagi ada sebagian cerita israiliyat (cerita tentang atau yang diriwayatkan oleh Bani Israil).

Rabu, 13 November 2013

Merefresh Jiwa

Judul: Pemulihan Jiwa 4
Penulis: Dedy Susanto
Penerbit: Gramedia
Terbitan: Pertama, 2013
Tebal: 152 halaman
Dimuat di: Koran Madura, 8 November 2013

Survei Yayasan SET terhadap kualitas acara televisi pada periode April-Mei 2009 menyebutkan bahwa 47,2 persen responden menilai acara televisi di Indonesia tidak memberi contoh dan perilaku yang baik. Hanya 32 persen responden yang menilai kualitas acara televisi baik. Acara terbaik didominasi program berita.

Saat ini sepertinya juga tidak jauh beda. Bahkan sebagian tayangan berita cenderung memojokkan lawan politik. Namun demikian belum banyak masyarakat yang cerdas memilah dan memilih tayangan televisi yang pas, utamanya untuk anak-anak yang usianya masih rentan. Karena disadari atau tidak tiap adegan yang mata lihat dan suara yang masuk ke telinga disimpan dalam memori otak dan membentuk imajinasi dan sugesti.

Dalam ilmu psikologi, apa yang kita lihat dan dengar sangat mempengaruhi pembentukan jiwa. Dan terhadap imajinasi itulah kita memberi makna, entah bahagia atau tidak. Artinya, orang yang sering melihat hal-hal positif tentu memiliki sugesti yang bagus dan kemudian membentuk yang bagus pula dalam persepsi dan perilaku, demikian juga sebaliknya (hlm. 90).

Imajinasi dan sugesti hal yang sangat membangun atau mengganggu seseorang. Hasil penelitian menyebutkan, anak yang sedari kecil sering menonton film kepahlawanan atau mendengar dongeng kepahlawanan punya kecenderungan memiliki karakter seperti tokoh difilm atau dongeng itu. Namun, kalau sedari kecil diberi tontonan film horor atau diceritakan cerita horor, bisa jadi anak itu tumbuh menjadi orang yang penakut atau suka menakut-nakuti orang lain (hlm. 91).

Agar tidak terjerumus ke dalam imajinasi dan sugesti negatif, kita perlu menyeleksi setiap imajinasi dan sugesti yang masuk, dan kalau sudah terjerumus masuk kita harus melakukan klarifikasi, sehingga kita tidak terganggu atau tersiksa. Karena kalau dibiarkan akan menarik dan menciptakan hal-hal negatif pula.

Dalam konteks ini, maraknya tauran pelajar seperti beberapa waktu lalu tidak menutup kemungkinan karena pengaruh imajinasi dari tontonan TV, karena hampir setiap saat dalam layar kaca kita diperlihatkan "tauran" antar pejabat negara. Kalau penilaian ini benar maka untuk memberantas tauran kiranya tidak cukup hanya memperkaya wawasan intelektual, tapi juga perlu memperkaya wawasan emosional.

Di negeri ini, orang yang terus memperkaya wawasan emosional masih belum banyak. Indikasinya, lembaga-lemabaga pemulihan jiwa belum seramai rumah sakit, padahal tidak sedikit orang yang sakit jiwanya. Bahkan, orang-orang yang mendatangi psikolog masih distigmakan negatif. Mereka biasanya orang-orang yang sakit jiwa. Dan sebagian orang malah masih menganggap profesi psikolog sebagai hal yang tabu.

Hal itu berbeda dengan di negara Barat. Di Eropa, keberadaan seorang psikolog seperti halnya dokter, bahkan ada yang dinamakan psikolog pribadi. Belum dianggap pentingnya menyisihkan tabungan untuk memeriksakan kondisi jiwa di negeri ini karena terkait dengan kebutuhan hidup. Ada yang dianggap lebih mendesak untuk dipenuhi ketimbang memeriksa kondisi jiwa, yaitu perut.

Namun kondisi ekonomi bukan alasan untuk membiarkan jiwa dalam keadaan gersang. Melalui buku Pemulihan Jiwa 4, kita bisa menyirami jiwa yang gersang untuk selalu sejuk tanpa harus mendatangi psikolog. Dalam buku setebal 152 halaman itu, Dedy Susanto memberikan teknik-teknik sederhana pemulihan jiwa yang sudah terlanjur terkontaminasi imajinasi dan sugesti negatif untuk kembali fitri. Sekalipun disampaikan dengan bahasa sangat sederhana, menerapakannya bukan hal yang mudah. Selamat Memulihkan Jiwa!

Senin, 11 November 2013

Belajar Bisnis dari Strategi Perang

Judul: Ilham Juara Berbisnis dari Strategi Perang Nabi
Penulis: Abdurrahman Sandriyanie Wahid
Penerbit: Diva Press, Yogjakarta
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 214 halaman
ISBN: 978-602-7695-19-1
Dimuat di: Radar Madura, 10 November 2013

Semasa hidupnya, Rasulullah memimpin perang sebanyak 17 kali, versi lain sebagaimana dikemukakan Abdullah ibn Buraydah sebanyak 19 kali. Rasulullah sendiri sebenarnya tidak menginginkan pertumpahan darah tersebut terjadi, namun teror dan intimidasi yang diterima Nabi dan pengikutnya sudah mengancam keselamatan jiwa. Genjatan senjata pun tak dapat dihindari.

Namun, sekalipun beberapa peperangan berada dibawah pimpinan langsung Rasulullah, bukan lantas semuanya mengembirakan. Suka duka dalam medan perang pernah dialami Nabi dan pengikutnya. Bahkan, orang-orang terdekat Rasulullah seperti Hamzah bin Abdul Muthalib wafat mengenaskan dalam peperangan akibat kekejaman kafir musyrik.

Dari pengalaman jatuh bangun, akhirnya umat Islam bisa melumpuhkan kafir musyrik, dan bisa membawa pulang kemenangan. Dampaknya, umat Islam saat ini sudah tak lagi memiliki rintangan dalam menjalankan ritual keagamaan sebagaimana pada masa Nabi. Bahkan, kuantitas umat Islam di negara minoritas muslim semakin mengembirakan. Di Eropa misalnya, pada tahun 2050 diperkirakan satu dari lima masyarakatnya akan beragama Islam.

Memang, melihat kuantitas umat Islam pada saat itu sulit rasanya untuk menang. Mustahil sepertinya dalam sebuah pertempuran, umat Islam yang hanya berjumlah sekitar 300 orang bisa mengalahkan lawan yang berjumlah 1000 orang, tapi jumlah yang sedikit tak membuat muslimin berkecil hati. Optimisme terbalaskan dengan kemenangan.

Tentu hal itu tidak lepas dari taktik dan strategi yang dilakukan Rasulullah, selain pertolongan Yang Maha Kuasa. Sekalipun Nabi tidak pernah mengenyam pendidikan kemiliteran, strategi yang dilakukan sangat membantu kemenangan Islam. Tak salah jika Fazlur Rahman menyebutnya sebagai bapak militer pertama.

Taktik dan strategi yang digunakan Rasulullah pada 14 abad lalu saat memimpin perang hingga kini masih relevan untuk diterapkan. Dan hal itu tidak hanya bisa diterapkan dalam kemiliteran. Pebisnis juga bisa mengadopsi strategi perang Nabi dalam menjalankan bisnisnya. Dan disadari atau tidak, strategi tersebut telah mengantarkan banyak pelaku usaha menggapai kesuksesan.

Pada Perang Badar, Rasulullah bersama pasukan muslim melancarkan strategi dengan menyerang habis-habisan dari berbagai sudut mulai dari aliansi, pasukan dan kota kompetitor, dan hal ini membuat musuh kalang-kabut.

Strategi menyerang pasukan pesaing menginspirasi HP buatan Cina di Indonesia yang marak dengan harga murah. Secara pelan-pelan, segmen pasar kelas menengah ke bawah sudah mulai beralih. Faktor pendorong persaingan bisnis yang semula menggunakan HP merek Motorola, Sony Ericsson, Samsung dan Nokia, mulai bergeser menggunakan HP produk Cina (hlm. 76).

Strategi menyerang kota pesaing yang dilakukan Rasulullah menginspirasi perusahaan Blackberry. Nokia yang semula menjadi brand dan gaya hidup Indonesia bisa digeser oleh Blackberry. Dan hal ini diakui Nokia hingga mengeluarkan HP yang fiturnya mirip produk Blackberry (hlm. 76).

Pelaku usaha juga mengambil pelajaran dari peperangan yang dimenangkan kafir musyrik. Strategi pertahanan Rasulullah di Lembah Uhud menginspirasi Microsoft, Apple dan FedEX untuk bertahan pada saat resesi pada era 70-an dan tumbuh berkembang di saat-saat sulit pada 1980-1982 (hlm. 81).

Dalam buku Ilham Juara Berbisnis dari Strategi Perang Nabi juga dikupas strategi perencanaan perang, mengepung dan menghadapi tantangan yang dilakukan perusahaan-perusahaan raksasa seperti Jagorawi dan Coca Cola.

Pembaca yang bermaksud terjun ke dunia usaha tak perlu ragu untuk menjalankan bisnisnya sekalipun tak pernah belajar di fakultas ekonomi dan bisnis. Abdurrahman Sandriyanie Wahid membedah strategi bisnis dari strategi perang Nabi.

Namun, beberapa tulisan yang salah ketik dalam buku tersebut membuat pembaca sedikit terganggu.  

Selasa, 05 November 2013

Pak Dubes Bicara TKI

Judul: Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar
Penulis: M. Indro Yudono
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 260 halaman
ISBN: 978-979-22-9803-1
Dimuat di: Kedaulatan Rakyat

Tenaga Kerja Wanita (TKW) kita sering bermasalah di luar negeri karena ada yang salah dalam penyaluran tenaga kerja. Pemerintah harus mengubah regulasi pengiriman tenaga kerja jika beriktikad melindungi para pahlawan devisa. Tak cukup hanya merasa prihatin tanpa berbuat untuk memperbaiki sistem yang berlaku.

TKW banyak bermasalah ternyata karena tidak mampu mengerjakan tanggung jawabnya, semisal mengoperasikan peralatan canggih seperti mesin cuci, oven listrik, dan vacuum cleaner (hlm. 133). Sudah jelas-jelas tidak profesional, PJTKI masih saja meloloskan. PJTKI hanya berorientasi bisnis, sehingga mendidik asal-asalan tanpa memperdulikan keselamatan seseorang dan martabat bangsa.  

Herannya, masalah klasik tersebut terkesan dibiarkan. Sejak zaman Orba hingga sekarang, Kementerian Luar Negeri tidak pernah diajak duduk bersama membahas persiapan pengiriman TKI, sehingga perwakilan pemerintah di luar negeri kesulitan untuk melindungi mereka karena tak mengantongi data tempat tinggalnya (hlm. 135). Paling-paling hanya terimbas getahnya jika sudah bermasalah.

Problem inilah yang coba dilkuak M. Indro Yudono melalui buku Mr. Ambassador: Dari Wartawan Foto Menjadi Duta Besar, dalam salah satu babnya memberikan masukan yang perlu segera dieksekusi jika pemerintah beriktikad melindungi warganya di luar negeri. Terlepas dari kekurangan isi buku setebal 260 halaman itu, semua pihak yang punya kepedulian dengan TKW perlu menyimak cerita mantan Dubes Swiss itu.