Minggu, 31 Agustus 2014

Ingin Sarjana Sebelum Buta

Judul: Hadiah untuk Mama
Penulis: Rianti Setiadi
Penerbit: Gramedia
Terbitan: Pertama, 2014
Tebal: 139 halaman
ISBN: 978-602-03-0295-9
Dimuat di: Okezone

Dokter memvonis tiga bulan lagi sepasang mata mahasiswi itu akan buta total. Sekarang, satu matanya memang sudah tidak bisa digunakan untuk melihat. Sebelum dunia betul-betul gelap untuknya, dia ingin menuntaskan kuliah. Ingin menyandang gelar sarjana sebelum kebutaan datang menimpanya.

Pasca-vonis dokter, selama tiga bulan berkutat dengan skripsi; tugas akhir untuk memperoleh gelap sarjana. Jelang akhir bulan ketiga, mahasiswi itu berhasil menyelesaikan skripsinya. Lalu dia maju ujian skripsi dan lulus dengan nilai memuaskan, kemudian diwisuda. Dia dikukuhkan sebagai sarjana sebelum vonis dokter tiba.

Setelah lulus dan menjadi sarjana, dia menyampaikan hasil penelitiannya kepada pemimpin perusahaan tempat mengambil data. Dalam analisis data skripsi terungkap kesalahan manajemen perusahaan. Kesalahan itu selama ini tidak terdeteksi.

Perempuan dari keluarga kurang mampu itu lalu diminta bekerja di perusahaan tersebut untuk membenahi kesalahan yang menghambat kemajuan perusahaan. Tapi, dia tak langsung mengiyakan. Dia berterus terang kepada pemimpin perusahaan bahwa tidak lama lagi dirinya akan buta total. Dokter sudah memvonisnya tiga bulan yang lalu.

Pemimpin perusahaan mengatakan sanggup membiayai pengobatan mata sarjana itu asalkan siap bekerja di perusahaannya. Dia pun menyanggupi tawaran itu. Kata pepatah, dia menyelam sambil minum airnya. Vonis dokter tidak terbukti masih diterima kerja lagi.

Itu adalah kisah pembuka (hlm. 3-7) dari 25 kisah inspiratif yang diangkat dari kisah nyata oleh Rianti Setiadi dalam buku Hadiah untuk Mama. Kisah-kisah itu bisa menjadi renungan untuk berlomba-lomba menjadi manusia paripurna.

Kisah lain adalah tentang mahasiswa yang berusaha menyelesaikan kuliah tepat waktu sebagai hadiah untuk ibunya yang sedang terbaring sakit. Namun, pembimbingnya mengatakan belum bisa maju ujian skripsi karena belum siap.

Kisah-kisah dalam buku terbitan Gramedia setebal 139 halaman itu bisa menjadi sumber pembelajaran yang sangat berarti dan tidak pernah ada habisnya. Nilai-nilai kisahnya menguatkan, menyatukan, menyentuh, bahkan kadang membuat empati dan solidaritas (hlm. XIV).

Rianti bercerita dengan gaya bertutur dan menggunakan sudut pandang orang pertama. Kisah semacam ini perlu disebarluaskan untuk menyeimbangi dominasi pemberian yang menebas pesimisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar