Oleh : M. Kamil Akhyari
Bulan Rabiul Awal termasuk salah satu bulan yang diagugkan oleh negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama islam, serta di banyak negara yang terdapat komunitas umat islam seperti India dan Kanada, termasuk juga di dalamnya Indonesia. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam setiap tanggal 12 Rabiul Awal (bagi kalangan Sunni dan tanggal 17 Rabiul Awal bagi kalangan Syiah) merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Kalau kita lacak asal usul peringatan Maulid Nabi Muhammad, para ahli sejarah berbeda pendapat dalam menetapkan siapakah yang pertama kali merayakan Maulid Nabi. Al Maqrizy dalam buku "Al Khutath" menyebutkan bahwa peringatan Maulid Nabi dirayakan pertama kali oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke IV Hijriyah. Pada awal penaklukan Mesir Al Muiz Lidinillah (raja pertama) membuat enam perayaan sekaligus dan salah satu perayaan yang digelar adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Sementara sejarawan yang lain menyebutkan, peringatan kelahiran Nabi Muhammad pertama kali dilakukan oleh Salahuddin Al-Ayyubi dalam rangka membangkitkan semangat umat islam untuk memperebutkan kota Yerussalem yang pada saat itu sedang direbut oleh pasukan kristen Eropa (Prancis, Inggris dan Jerman). Dan sebagian yang lain mengatakan, orang yang memperingati pertama kali adalah Abu Said al-Qakburi (Gubernur Irbil) di Irak pada masa pemerintahan Salahuddin Al-Ayyubi, bahkan ada yang menyebutkan idenya dari Salahuddin Al-Ayyubi.
Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, Maulid Nabi Muhammad mulai diperkenalkan kepada rakyat nusantara oleh Walisongo. Perayaan Maulid Nabi diperkenalkan pertama kali oleh Sunan Kalijaga sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam.
Berkat prakarsa Sunan Kalijaga, sampai saat ini peringatan Maulid Nabi Muhammad tetap lestari dengan baik sekalipun ekspresi perayaannya berbeda, mulai ritual yang sangat sederhana sampai yang sanggat elite, dari upacara yang hanya dilakukan di Mushalla sampai di lapangan, dari yang hanya sekedar baca Barzanji atau Diba’sampai dengan mengirimkan masakan special untuk tetangga sekitar.
Sekalipun Maulid Nabi Muhammad sudah menjadi ritual tahunan umat islam di Indonesia, sebagian umat Islam masih beranggapan Maulid Nabi adalah bid’ah yang tidak perlu kita lestarikan karena sepanjang hayarnya Rasulullah tidak pernah merayakan. Namun bagi warga Nahdlatul Ulama, ritual Maulid Nabi hukumnya “fardhu ain” yang tidak boleh dilewati begitu saja karena sekalipun ritual Maulid Nabi tidak ada pada masa Rasulullah esensinya tidak keluar dari ajaran islam.
* * *
Peringatan Maulid Nabi saat ini hampir bersamaan dengan perayaan Valentine’s Day, keduanya hanya berselang satu hari. Maulid Nabi jatuh pada tanggal 15 Februari (12 Rabiul Awal) dan Hari Valentine tanggal 14 Februari. Sekalipun mayoritas penduduk Indonesia beragama islam, Hari Valentine bukan hal yang asing dan baru, khususnya dikalangan kaula muda, bahkan tidak hanya dirayakan umat Katolik saja.
Jika kita tilik asal mula Valenine’s Day diantara para sejarawan terjadi perdebatan. Dalam “The World Book Encyclopedia” di sebutkan, setiap tanggal 13-18 Februari bangsa Romawi kuno merayaan upacara pensucian yang dikenal dengan Lupercalia. Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta, Juno Februata. Dan pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan serigala.
Ketika Kristen menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani dengan mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Untuk lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari.
Sebagian yang lain menyebutkan, Valentine’s Day berasal dari nama seorang pendeta yang hidup di Roma pada abad ke-III di bawah pimpinan Kaisar Claudius. Kaisar Claudius yang kejam berambisi memiliki pasukan militer yang besar, sehingga ia melarang laki-laki untuk menikah. Claudius beranggapan kalau laki-laki tidak menikah penduduknya akan senang untuk bergabung dengan militer.
Tapi langkah yang ditempuh Kaisat ditentang oleh masyarakat Romawi. Valentine sebagai pendeta tetap menikahkan pasangan yang sedang dirundung jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi rahasia Valentine pada akhirnya di ketahui oleh kasar dan mendapatan peringatan, sekalipun Valentine sudah mendapatkan peringatan valentine tidak mengubrisnya dan tetap melakukan aksinya. Pada akhirnya ia dihukum mati dan di penggal lehernya pada tanggal 14 Februari sebagai hukuman. Berawal dari itulah setiap tanggal 14 Februari umat Kristiani memperingati kematian Valentine sebagai hari kasih sayang.
Setelah tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai hari kasih sayang, masyarakat penjuru dunia merayakannya untuk mengenang Pendeta Valentine. Ekspresi kecintaan yang ditonjolkan sangat beragam, di Denmark orang menyambutnya dengan membuat puisi dan memberikan permen snowdrop, di Amerika dirayakan dengan saling bertukar kartu.
Di Indonesia perayaan Valentine’s Day lebih banyak dimeriahkan oleh kaula muda dengan memberikan ucapan selamat dan coklat kepada kekasihnya.
Muhammad dan Valentine
Kanjeng Nabi Muhammad dan Pendeta Valentine adalah dua sosok agung yang tidak akan pernah kering untuk kita timba pengalamannya. Sekalipun tiap tahun umat Islam merayakan kelahiran Nabi Muhammad dan umat Kristiani mengenang kematian Pendeta Valentine, ritual tersebut belum banyak mewarnai keseharian kita, kehidupan kita masih jauh dari prilaku hidup beliau.
Mengenang dua sosok agung tersebut yang tahun ini hanya berselang satu hari, mungkinkah untuk dipadukan. Bisakah dua peringatan tersebut jadi sama-sama baik untuk semua umat manusia. Pasalnya, peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Valentine’s Day cenderung hanya dilihat sebatas hitam putih. Maulid Nabi baik dan Valentine’s Day tercela. Dari pemahaman yang sempit dan melihat secara lahiriah inilah lalu keluar fatwa-fatwa haram. Benarkah demikian?
Kalau kita merenung sejenak, esensi peringatan Maulid Nabi dan Valentine’s Day keduanya sama, sama-sama mengenang, meneladani dan mengapresiasi kecintaan kita kepada sosok yang diagungkan. Namun, hal ini cenderung hanya dilihat dengan mata telanjang, sehingga keduanya tidak ada kaitannya, bahkan bertolak belakang.
Nabi Muhammad adalah sosok yang patut kita teladani bersama (tidak hanya umat islam). Ditengah budaya konsumerisme ini kita harus mengaca kepada beliau yang terkenal dengan hidup sederhana dan dermawan.
Pendeta Valentine juga demikian, ia bukan hanya teladan untuk umat kristiani. Di tengah kondisi sosial semakin tipisnya rasa cinta sosial, kita harus mengaca kepada Pendeta Valentine. Umat islam juga harus belajar kepada Valentine tentang cinta sejati. Jika umat islam meneladani kecintaan Valentine kepada umatnya, kenapa Valentine’s Day harus haram.
Namun tidak sedikit yang menangkap pesan moral dari ritual keagamaan tersebut. Peringatan keagamaan hanya dijadikan ajang konsumerisme, sehingga kehidupan kita tidak pernah berubah. Pasca merayakan Maulid Nabi dan Valentine’s Day kita tetap tamak, serakah dan anti sosial. Peringatan Maulid Nabi Muhammad dan Valentine’s Day tahun ini jangan hanya dijadikan sebatas ritual keagamaan yang kering makna dan sama dengan tahun-tahun sebelumnya.
Selamat merayakan Maulid Nabi dan Valentine’s Day!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar