Selasa, 18 Desember 2012

Pemilukada, Dari Cium Tangan Hingga Blokir Jalan

Politik identik dengan intrik. Trik dan intrik kadang tak terelakkan untuk sebuah pilihan politik. Negative campaign hingga black campaign pun ditempuh demi sebuah kemenangan-kekuasaan.

Pemilu pesta yang kerap menuai intrik. Antar calon bersaing secara tidak sehat. Konflik bahkan tumpah darah antar simpatisan dan pendukung harus terjadi. Perbedaan pilihan politik berimbas pada ketegangan hubungan sosial.

Pemandangan pesta demokrasi di negeri ini membuat sebagian orang geram bahkan apatis dengan politik, dan menganggap politik dunia hitam dan kelam yang harus dihindari dan dijahui. Politik bertolak dari budaya ketimuran: kesantunan.

Pesta demokrasi Kabupaten Pamekasan yang akan digelar pada 9 Januari mendatang, mementahkan anggapan politik dunia yang busuk dan penuh dengan intrik. Keakraban antar calon membuktikan masih adanya politik santun, saling menghormati dan persaingan sehat antar pasangan calon.

Pada acara pengambilan nomor urut capub-cawabup, ada pemandangan unik yang mengejutkan hadirin yang datang di KPUD Pamekasan, Minggu (9/11). Dua pasangan calon yang hadir guna mengambil nomor urut terlihat akrab dan sesekali berkelakar mencairkan suasa yang dijaga ketat aparat kepolisian.

Pasangan calon yang kemudian ditetapkan sebagai pasangan nomor urut dua, Khalilurrahman-Masduqi (Kompak), tiba di Kontor KPUD Pamekasan Jl. Brawijaya tepat pukul 09:12. Berseragam putih-putih. Dalam ruangan sudah duduk manis pasangan calon lain yang datang terlebih dahulu, Anwari Khalil-Khalil Subki (Ahok).

Pas saat berhadapan sebelum pasangan Kompak duduk disebelah pasangan Ahok, Khalilurrahman menjulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Anwari Khalil. Saat mengulurkan tangan, Anwari tak hanya sekeder menerima jabatan tangan. Namun, cabup Anwari terlihat takdim dan mencium telapak tangan cabup incumbent Khalilurrahman.

Peristiwa singkat tersebut mengejutkan awak media yang hadir. Para fotografer berusaha mengabadikan peristiwa singkat tersebut untuk dipertontonkan kepada publik dan mementahkan anggapan politik adalah dunia yang busuk. Hal senada juga dilakukan wakil cabup nomor urut satu, Khalil Subki, kepada Khalilurrahman.

Panas, mengerikan, mencekam terlihat di Kabupaten Bangkalan. Suasana politik Bangkalan berbeda dengan di Kabupaten Pamekasan yang terlihat adem ayem dan sekilas tanpa intrik. Di Bangkalan, intrik pilbup terlalu kentara. Isu yang berkembang di tengah masyarakat, tidak ada upaya KPU untuk naik banding atas putusan PTUN Surabaya yang menyebabkan gugurnya pasangan calon tertentu diduga bagian dari trik calon tertentu yang merasa akan tersaingi dan khawatir kalah.

Pasangan Imam Buchori dan Zainal Alim dinilai pasangan yang kuat dan kemungkinan besar akan menang. Tidak terima dengan sikap KPU yang terkesan diam diri dengan pencoretan nomor urut satu itu, simpatisan dan pendukung Imam Zain menggelar sejumlah aksi turun jalan beberapa hari sebelum KPU menggelar pemungutan suara, Rabu (12/12).

Protes dan kekesalan pendukung Imam-Zain diluapka dengan memblokir jalur lalu lintas di Jalan Halim Perdana Kusuma, Bangkalan. Salam Demokrasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar