Pak Saleh mungkin satu-satunya pemilik salon yang masih bertahan dengan harga Rp 3000. Saya sudah dua kali ke salonnya; pertama diajak teman dan beberapa pekan lalu saya sendiri yang potong rambut. Dari pengalaman saya kesana dua kali, salonnya selalu ramai.
Mungkin karena keakraban Pak Saleh dengan pengunjung membuat orang yang datang betah menunggu giliran dan tak pindah haluan ke salon lain walaupun terkadang harus menunggu cukup lama. Tentu juga selain harganya yang sangat terjangkau. Saya kemarin hanya menunggu sekitar 10 menit karena sudah sore, tapi setelah saya masih ada dua orang lagi yang antre.
Dari kelakar bapak enam anak yang menginginkan keturunan selusin itu ada beberapa ucapan yang saya anggap serius. Omongan ngalor ngidul mulai dari presiden galau, korupsi raskin, bupati yang baru saja menikah hingga ajaran tasawuf. Salah satu omongan yang saya ingat: Syaikh Siti Jenar wali Allah yang tiada duanya. Derajat kewalian Wali Songo kalah pada Siti Jenar. Menurutnya, sesuatu yang istimewa tunggal.
Kenapa derajat kewalian Siti Jenar dibilang lebih tinggi dari Wali Songo? Mungkin pertanyaan itu meliputi otak semua orang yang ada di ruangan yang sempit itu. Sambil memotong rambut, ia mengurai maksud ucapannya.
Siti Jenar disebut wali tunggal karena tidak pernah meminta dan mengeluh, berbeda dengan wali yang lain. Setiap untaian doa yang dipanjatkan isinya ucapan terima kasih. Katanya, minta kekayaan dan kokohnya keimanan kurang benar. Yang benar mensyukuri kekayaan yang telah diberikan dan keimanan yang masih tertanam dalam hati.
"Jika kamu bersyukur maka Saya (Allah) tambah kenikmatan yang telah diberikan," terangnya mengutip QS. An-Nisa' [4] ayat 147 dengan yakin.
Pak Saleh mengaku murid Siti Jenar. Sekalipun harga salon yang lain naik mengikuti harga BBM dan komuditas, ia tetap dengan harga salon sejak dibangun pertama kali beberapa tahun lalu. Ia menikmati dan bersyukur atas pendapatan yang diperoleh dari memotong rambut sekalipun tidak banyak.
Sekalipun pendapatan dari setiap orang yang potong rambut tidak seberapa, keiklasan melayani dan mensykuri nikmat, Allah ganjar dengan balasan yang lain: pengunjung setiap hari membludak. Kata pepatah: sedikit demi sedikit akhirnya jadi bukit.
Ia menikmati pekerjaannya dan tak tergiur untuk meramaikan bursa calon anggota legislatif 2014 mendatang. Sekalipun juga menginginkan hidup kaya raya; harta melimpah, Pak Saleh tak ingin gedung perwakilan rakyat dijadikan tempat untuk memperkaya diri. Dirinya tak ingin kaya dengan cara-cara yang tidak benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar