Judul: Cara-Cara Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Canggih Modern
Penulis: M. Yusuf Abdurrahman
Penerbit: Diva Press
Terbitan: Pertama, Maret 2013
Tebal: 283 halaman
Saat belajar ilmu fisika, utamanya penjelasan tentang teleskop, teropong dan mikroskop, tokoh yang diperkenalkan dan dijadikan refrensi adalah Bacon dan Kepler. Servert, dokter berkebangsaan Portugis, rujukan mahasiswa kedokteran. Demikian juga dengan pelajar yang belajar sosiologi, orang yang diperkenalkan pertama kali sebagai bapak sosiologi adalah Auguste Comte.
Sekalipun tidak sedikit pelajar muslim yang belajar disiplin ilmu tersebut, dan gurunya juga muslim. Namun, tampaknya masih jarang sekali, untuk mengatakan tidak ada, guru yang memperkenalkan tokoh disiplin ilmu tersebut dari kalangan muslim sendiri. Sepertinya mereka merasa lebih gagah dan bangga kalau mengutip pendapat ilmuan Barat, padahal gagasan dan penemuan itu berasal dari ilmuan muslim.
Diakui atau tidak, sains modern yang saat ini berkembang pesat diprakarsai oleh orang Islam, seperti sosiologi. Beberapa abad sebelum Auguste Comte menelurkan gagasan ilmu kemasyarakatan, Ibnu Khaldun telah menulis buku Muqaddimah Ibn Khaldun yang menjelaskan peradaban umat manusia (sosiologi umum).
Distorsi terhadap kontribusi ilmuan muslim dalam bidang sains, pinjam istilah sejarawan Jack Goody, "pencurian sejarah". Lembaga penelitian Center for Islamic Philosophical Studies and Information (CIPSI) mencatat, setidaknya terdapat 756 ilmuan muslim yang memberikan kontribusi besar pada sains modern (hlm. 30).
Umat Islam yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan perlu memperkenalkan tokoh ilmuan tersebut kepada generasi muda. Dengan menghadirkan tokoh yang "hilang", Islam kembali jaya sebagaimana pada masa Daulah Abbasiah insya Allah bisa diraih kembali.
Buku Cara-Cara Belajar Ilmuwan-Ilmuwan Muslim Pencetus Sains-Sains Modern, buku yang mengungkap biografi dan penemuan ilmuan muslim tentang sains. M. Yusuf Abdurrahaman memperkanalkan 37 ilmuan muslim meliputi bidang astronomi, matematika, fisika, kimia, kedokteran, filsafat, sastra, geografi dan sejarah, sosiologi dan ilmu politik, arsitektur dan seni rupa, dan musik.
Sekalipun mereka ahli dalam bidang sains, penguasaan terhadap ilmu keislaman seperti fiqih, tauhid dan tasawuf tidak perlu diragukan lagi, bahkan mayoritas hafal Al Qur'an dan ribuan hadits nabi. Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq al-Kindi, misalnya, selain ahli agama, juga ahli sejarah, filsafat dan sains. Sumbangan sainsnya adalah dalam bidang astronomi, pengobatan dan kimia (130-133).
Palajar Indonesia sebagai penerus masa depan bangsa yang mayoritas muslim perlu membaca buku setebal 283 halaman terbitan Diva Press tersebut. Buku penuh inspirasi tersebut suntikan semangat untuk menghadirkan kembali sejarah Islam yang hilang. Wallahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar