Minggu, 20 Oktober 2013

 Melewati Masa Sulit dalam Rumah Tangga

Judul: For Better or Worse
Penulis: Christina Juzwar
Penerbit: Bentang
Terbitan: Pertama, Agustus 2013
Tebal: 348 halaman
Dimuat di: Jawa Pos Radar Madura, Minggu 20 Oktober 2013

Di tengah semakin meningkatnya angka perceraian, tak ada salahnya mengambil pelajaran dari kisah sebuah keluarga yang mampu melintasi fase rumit dan terjal dalam kehidupan rumah tangga. Buku For Better or Worse mengisahkan sebuah keluarga yang nyaris bercerai akibat konflik keluarga yang melilitnya.

Konflik dalam rumah tangga memang bisa menimpa siapa saja. Tak pandang bulu. Perselisihan juga bisa menimpa keluarga seorang direktur marketing. July Bernadeth yang sudah memasuki tahun ke-10 dalam membina keluarga dengan Martin hampir bercerai akibat kerasnya badai rumah tangga. Kehadiran wanita idaman lain dalam rumah tangganya membuat ibu dua anak itu sangat kecewa.

Keretakan dalam rumah tangga July berawal dari di-PHK-nya sang suami, Martin, oleh pabrik tempat selama ini bekerja. Pabrik yang berpusat di Jepang mengalami kebangkrutan, dan ratusan karyawan di Indonesia terkena PHK, termasuk Martin yang sudah puluhan tahun berkontribusi membesarkan perusahaan yang saat ini sedang kolap (hlm. 49). Sekalipun sudah menduduki posisi strategis, dia termasuk karyawan yang menerima surat pemutusan hubungan kerja.

Rumah tangga July seakan kiamat sejak peristiwa tersebut. Martin yang dulu terkenal romantis terhadap July dan perhatian terhadap dua buah hatinya, sejak di-PHK sudah mulai kurang intim dengan keluarga. Bahkan tak jarang menolak ajakan dua buah hatinya, Ernest dan Emilia, untuk bermain dan membantu mengerjakan PR. Barangkali Martin masih soch, apalagi selama enam bulan pasca PHK belum juga mendapat pekerjaan yang baru sekalipun sudah beberapa kali dipanggil tes wawancara.

Makin hari pasca PHK kondisi keluarganya semakin memprihatinkan. Martin bukan hanya mulai berani membentak July, tapi sering keluar rumah sampai larut malam dengan alasan tak jelas. Dan ketika di rumah hanya sibuk main game online di laptop. Martin tak lagi seperti yang July dulu kenal yang selalu bersemangat dan gigih.

Melihat Martin mulai kurang gigih mencari pekerjaan, July juga ikut mencari pekerjaan, tapi kali ini untuk dirinya sendiri bukan lagi untuk Martin. Sekalipun gaji yang diterima tidak seberapa, ia kembali bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang advertising agency dengan jabatan sebagai sekretaris (hlm. 98). July kembali terjun ke dunia kerja setelah sejak menikah "pensiun" dan hanya menghabiskan waktu sebagai ibu rumah tangga.

Alih-alih mengatasi masalah keuangan keluarga karena kepala keluarga tak lagi bekerja, masalah tidak berhenti sampai disitu. Martin keberatan setelah mengetahui istrinya bekerja di Crazymove. Pasalnya, direktur perusahaan tersebut Vincent, mantan pacar July waktu menempuh studi di fakultas ekonomi. Dia merasa cemburu istrinya bekerja dengan mantannya.

Demi mempertahankan keutuhan keluarga, July mundur. Ia hanya bertahan dua bulan di perusahaan tersebut. Pertimbangan lain menyatakan berhenti bekerja karena dua buah hatinya ibarat ayam yang kehilangan induknya. Selama July tidak ada di rumah, Martin bukan menggantikannya mengurus anak. Dia tetap sering keluar rumah dengan alasan tak jelas.

Apa sebenarnya aktivitas Martin di luar sampai sering pulang hingga tengah malam? Katanya sedang merintis bisnis. Namun sepandai-pandainya menyimpan bangkai baunya akan terendus. Martin di luar rumah ternyata mencari kesenangan dengan perempuan lain. Martin tertangkap basah sedang bermesraan di sebuah kedai kopi. July melihat secara tidak sengaja dengan mata telanjang saat hendak keluar dari kedai setelah puas menyeruput teh panas sepulang mengantar buah hatinya ke sekolah (hlm. 205-206).

Selama ini July sudah cukup mengalah. Namun, melihat perempuan di samping suaminya yang terlihat manja dan sesekali menaruh tangannya di lengan atas atau kaki Martin, kali ini stok kesabaran habis (hlm. 206). Terasa sangat berat untuk memaafkan. Ia meninggalkan rumah beserta dua buah hatinya untuk menenangkan diri. Martin tidak merasa pertemuannya siang hari tertangkap basah.

Selama dua bulan sejak minggat dari rumah, July tinggal di rumah saudaranya. July memanggil Kak Jeni. Dalam kegundahannya di rumah yang baru, July sempat ingin cerai meskipun Martin sudah beberapa kali mengunjungi dan meminta maaf. Berkat masukan saudara, teman, dan permintaan putranya untuk segera baikan, akhirnya July memaafkan Martin.

Sepulangnya kembali ke rumah, tak ada lagi kegelapan yang menyelimuti keluarga pasangan "baru" itu. Yang terlihat hanya terangnya keceriaan dan kebahagiaan. Lambat laun, Martin kembali mendapatkan pekerjaan, sementara July dipercaya mengelola kursus yoga. Mereka menikmati terangnya kehidupan setelah melewati lorong yang gelap gulita. Habis gelap terbitlah terang!   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar