Selasa, 29 Oktober 2013

Menebar Kemaslahatan Menuai Kekayaan

Judul: Jawara Menulis Artikel
Penulis: Yurnaldi
Penerbit: IV Media, Palembang
Terbit: Pertama, Mei 2013
Tebal: xxviii+122 halaman
ISBN: 978-602-17637-1-1
Dimuat di: annida-online.com

Manusia sejatinya adalah hewan. Bedanya dengan ayam, kambing dan sapi, manusia hewan yang dianugerahi akal (hayawan an-natiq). Dengan akal manusia bisa membedakan baik dan buruk. Dengan akal pula manusia menjadi terhormat. Namun, hanya manusia yang bisa menggunakan akalnya dengan baik yang dihormati.

Dengan pemberian akal ini, Allah menurunkan manusia ke muka bumi sebagai khalifah (pemimpin). Manusia mendapat kepercayaan menjadi wakil Allah untuk menebar kemaslahatan.

Menebar ilmu dan amal melalui tulisan bagian dari upaya menebar kemaslahatan. Saling berbagi pengalaman dan gagasan melalui tulisan sangat efektif untuk mencapai tujuan dimaksud. Ilustasinya, sekali menulis dan dimuat di media, misalnya, gagasan penulis dibaca ratusan bahkan puluhan ribu orang. Hebatnya lagi, tulisan tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan.

Jika setiap pembaca bisa mengambil manfaat dari gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, secara tidak langsung sang penulis telah beramal. Pahala sedekah dari tulisan itu akan terus mengalir sepanjang tulisan masih memberikan kebaikan kepada orang lain. (hlm. 48).

Ganjaran yang diterima tak hanya kelak. Allah juga menjamin hambanya yang memberikan maslahat kepada orang lain dengan kebahagiaan hidup. Dan kebahagiaan hidup oleh kebanyakan manusia dikonotasikan dengan kekayaan harta. Memang, menulis juga bisa membuat kaya.

Penulis buku Jawara Menulis Artikel, yang telah 30 tahun menjadi penulis dan wartawan telah membuktikan hal itu. Saat masih mahasiswa honor jadi penulis lepas yang diterima sudah melebihi gaji PNS, bahkan gaji guru besar. Dalam setiap bulan honor yang diterima lebih dari Rp. 1 juta. Sementara gaji PNS ketika itu hanya Rp. 150.000 per bulan.

Lain lagi cerita penulis buku. Asma Nadia minimal menerima royalti Rp. 30 juta tiap tiga bulan. Hilman, penulis novel Lupus, menerima royalti Rp. 800 juta dalam lima tahun terbitan. Mohammad Fauzil Adhim dari buku Ku Pinang Engkau dengan Hamdalah saja telah mendapatkan royalti antara Rp. 15 juta - Rp. 25 juta per bulan. Sementara penulis yang lekat dengan tema pernikahan dan parenting itu telah menulis 20 judul buku. Berapa royalti yang diterima? Tinggal mengalikan saja.

Kebebasan pers semakin memungkinkan kita menebar kemaslahatan dan menuai kekayaan dari menulis. Sampai Juni 2009, data Dewan Pers mencatat ada 951 lembaga penerbitan pers dengan total tiras 21.362.988. Riciannya, surat kabar harian sebanyak 315 dengan total tiras 8.462.513 eksemplar. Surat kabar mingguan sebanyak 218 dengan tiras 2.052.454 eksemplar. Tabloid sebanyak 153 dengan tiras 5.352.355 eksemplar. Majalah sebanyak 262 dengan tiras 5.487.857 eksemplar. Buletin ada 3 dengan tiras 7.809 eksemplar (hlm. 71).

Hampir masing-masing media menyediakan rubrik artikel, essai, cerpen, resensi buku, puisi, yang ditulis oleh penulis di luar redaksi. Ganjaran yang diterima penulis yang tulisannya dimuat untuk tulisan resensi buku dihargai Rp. 350.000 sampai 500.000, cerita pendek Rp. 250.000 sampai Rp 1.000.000, artikel Rp. 250.000 sampai Rp. 1.000.000 (hlm. 72).

Sungguh rugi orang menganggur karena tidak kesampaikan mendapatkan pekerjaan dikantoran yang bisa mendatangkan uang, dan celaka bagi orang yang tidak bisa memberikan kontribusi untuk kemaslahatan orang banyak.

Namun, sebagian orang dan bahkan kebanyakan orang masih punya masalah dengan dunia tulis menulis, khususnya menulis karya non fiksi. Yurnaldi, mantan wartawan Kompas yang telah menulis dikurang lebih 50 media cetak berbagi pengalaman dan kiat cara menulis artikel. Buku seri jurnalistik wartawan hebat ini didasarkan atas pengalaman pribadi, sehingga tidak rigit dan jelimet seperti buku yang tersebar selama ini.

Selain itu, pemaparannya yang komunikatif dan ringan, dan disertai contoh tulisan langsung semakin membuat buku tersebut perlu dibaca, khususnya bagi penulis yang masih memiliki banyak kendala karena tulisannya hanya masuk tong sampah redaksi.

Sayang, kualitas hasil cetakan buku terbitan IV Media itu kurang bagus, dan terdapat beberapa kata yang salah ketik. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar