Kamis, 13 Februari 2014

Hidup Mulia di Usia Remaja

Judul : Yang Muda yang Bahagia

Penulis : Wajihudin Alantaqi
Penerbit: Marja, Bandung
Terbitan: Pertama, September 2013
Tebal : 166 halaman
ISBN : 979245723-2
Dimuat di: Nabawia.com

Peranan pemuda tak bisa diremehkan sekalipun masih ada sebagian orang yang meragukan kiprahnya. Peringatan sumpah pemuda pada tiap tanggal 10 November bukti kiprah pemuda dalam perjuangan bangsa. Proklamator sekaligus Presiden pertama RI Soekarno mengatakan hanya membutuhkan 10 orang pemuda untuk mengubah dunia.

Kemerdekaan yang kita nikmati saat ini tidak lepas dari ambil bagian anak muda dalam mengusir penjajah. Jika masih meragukan keterlibatan pemuda dalam perjuangan, euforia reformasi yang sedang berjalan juga karena perjuangannya. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raga demi masa depan bangsa yang lebih baik. Dalam diri pemuda memang terdapat idealisme dan keberanian melawan segala bentuk penindasan.

Jika menoleh ke sejarah umat terdahulu di luar sana, remaja-remajanya juga melakukan hal serupa. Di antara mereka ada Nabi Ibrahim, Nabi Daud, Nabi Yusuf, ashabul ukhdud, ashabul kahfi, dan para sahabat Rasulullah. Mereka pribadi-pribadi unggul dan kuat sejak muda dalam berjuang mewujudkan perubahan yang sangat dibutuhkan zamannya (hlm. 16-23).

Bagaimana dengan remaja masa kini? Menyaksikan pola tingkah anak muda yang diekspos di televisi dan surat kabar begitu mengkhawatirkan. Keterlibatannya dalam perilaku tak terhormat begitu memprihatinkan. Memang tidak semua remaja demikian, namun yang demikian lebih dominan dan menonjol ketimbang remaja yang berdedikasi dan berprestasi.

Seks bebas, narkoba, miras, tauran dan segala macam perbuatan tidak terhormat lainnya mulai menjadi budaya dan dianggap gaul dikalangan remaja. Hal itu terjadi salah satunya disebabkan kesalahan cara pandang hidup. Masa muda dianggap kesempatan untuk bersenang-senang dan foya-foya (hlm. 13-14).

Menikmati kebahagiaan memang bukan hal yang salah selama dalam koridor yang benar dan tak menyalahi norma. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Pada saat yang bersamaan datangnya kematian tidak terpikirkan. Padahal tidak ada yang tahu dengan rahasia Ilahi. Sehingga dalam keseharian tidak banyak aktivitas yang diorientasikan kepada kehidupan setelah mati. Oleh karenanya, penting mengingat kematian sejak remaja untuk menghindari sikap berlebih-lebihan dalam hidup dan memotivasi diri berbuat yang terbaik untuk publik (hal. 82-83).

Pergantian tahun memontem untuk refleksi (muhasabah) atas aktivitas selama satu tahun. Malam pergantian tahun bukan diperingati dengan hura-hura, apalagi dengan melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan keperjakaan/keperawanan sebagaimana telah menjadi rahasia umum. Sangat tak rasional menjadikan hal itu sebagai kenangan-kenangan.

Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Karena mulai saat dikategorikan sebagai orang baligh segala ketentuan syariat mulai berlaku. Demikian juga dengan undanga-undanga negara. Perbuatan-perbuatan yang dianggap gaul anak muda, sebagain besar, selain melanggar norma agama juga melanggar hukum. Ketika perilaku tersebut menyeret ke balik jeruji besi polisi dan penjara akhirat masihkah dikatakan perbaikan mulia?

Wajihudin Alantaqi melalui buku Yang Muda yang Bahagia memberikan tuntutan hidup mulia nan bahagia bagi para remaja. Dalam buku terbitan Marja setebal 166 itu dieksplorasi bagaimana mestinya remaja bertindak dan bersikap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar