Minggu, 10 Agustus 2014

Pahlawan Penembus Batas

Judul: Kick Andy Heroes: Para Pahlawan Penembus Batas
Penulis: Wisnu Prasetya Utomo dan Tim Kick Andy
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbitan: Pertama, Februari 2014
Tebal: 162 halaman
ISBN: 978-602-291-010-7
Dimuat di: Tribun Jogja, 10 Agustus 2014

Di tengah lunturnya rasa sosial dan menguatnya sifat individual, ternyata masih ada segelintir orang yang menaruh perhatian untuk orang lain, lingkungan, dan alam. Orang-orang ini menebar kebaikan menembus dinding-dinding kesulitan untuk berbagi manfaat terhadap sekitar dengan penuh keterbatasan dan tanpa ada tendensi lain.

Daripada mengutuk kegelapan atas keterbatasan sifat kehambaan yang dimiliki manusia lebih baik menyalakan lilin, bergerak melakukan sesuatu. Itulah pesan yang kita bisa tangkap dari cerita pengorbanan tujuh para pahlawan penembus batas dalam buku Kick Andy Heroes. Pahlawan yang hanya memberi tak berharap pujian apalagi imbalan.

Apa yang mereka lakukan sebenarnya kita juga mampu mengerjakan karena bukan sesuatu yang sulit dan tak butuh banyak mengeluarkan duit. Berbekal semangat mereka bergerak dari sesuatu yang kecil dan sederhana, namun kegigihannya telah memberikan dampak yang cukup besar untuk orang lain, lingkungan, dan alam.

Seperti kiprah Musa Rumpedai, sang kakek penyu dari Inggrisau, Papua, dalam upaya melestarikan kearifan lokal berupa penyu dari ancaman kepunahan. Sudah hampir 30 tahun, tepatnya mulai tahun 1985, Tete Musa berjalan kaki lebih kurang sepanjang 10 kilometer tiap malam dari sekitar pukul 21.00 hingga menjelang subuh untuk menggali sarang dan mengambil telur penyu untuk diselamatkan (hlm. 35).

Pada siang hari, bergantian dengan istrinya, merawat tukik-tukik (bayi penyu) di sarang penangkapan di sebelum rumahnya. Ketika usianya sudah cukup, Tete Musa melepasnya ke laut. Suami Salina Ayomi itu memperlakukan penyu seperti manusia, bahkan tak jarang memberikan makanan berupa daging yang sudah dihaluskan hasil memancing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (hlm. 38).

Saat ini sudah tak terhitung berapa lubang yang digali dengan tangannya sendiri dan berapa banyak hewan yang dilindungi itu yang diselamatkan dari biawak dan anjing serta pemangsa.

Sekalipun sudah berusia 84 tahun dan minim perhatian dari pemerintah, pria kelahiran 5 Maret 1930 itu tiada henti menyelamatkan telur penyu langka, mulai dari menetaskan hingga melepas tukik-tukik penyu ke laut.

Kini, konsistensinya merawat dan menjaga penyu diganjar dengan beberapa penghargaan seperti sertifikat penghargaan dari Word Wildlife Fund for Nature (WWF), penghargaan dari Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kemeterian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2012, serta penghargaan Kalpataru 2013 dari Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Namun, upaya pelestarian lingkungan tak cukup hanya dipasrahkan kepada satu orang dan kita hanya mau bergerak ketika punya kepentingan yang bersifat politis-pragmatis.

Pasalnya, misalnya, dari 75 persen penyu belimbing di perairan barat Pasifik yang ada di Pantau Jamursba Medi, Papua Barat, dalam kurun waktu 29 tahun terakhir, jumlah sarangnya berkurang drastis sampai 78 persen. Pada 1984 sarang penyu belimbing masih ada sekitar 14.455, namun pada 2011 hanya tinggal 1.532 sarang (hlm. 49).

Itulah salah satu cerita pahlawan penembus batas pilihan Kick Andy. Selain tentang pengorbanan Musa Rumpedai melestarikan lingkungan, dalam buku setebal 162 halaman itu masih ada enam tokoh lain yang bergerak di berberbagai bidang seperti pendidikan, sosial, dan gender.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar