Selasa, 20 Januari 2015

Rumah Cinta Rasulullah

Judul: Bilik-Bilik Cinta Muhammad SAW
Penulis: Dr. Nizar Abazhah
Penerbit: Zaman
Terbitan: Pertama, 2014
Tebal: 332 halaman
ISBN: 978-602-1687-22-2
Dimuat di: Kabar Madura, Jumat 16 Januari 2015

Kehidupan Rasulullah yang dibidik sejarawan lebih banyak posisinya di ruang publik dibandingkan di ruang privat. Sejarah tentang beliau yang mengemuka selalu berkaitan dengan peperangan, kepemimpinan, dan kerasulan. Sedangkan kehidupan rumah tangganya tak banyak dibidik.

Padahal, kehidupan rumah tangga Rasulullah tak kalah menarik untuk dipaparkan ke publik. Beliau panutan segala hal, termasuk sebagai suami dari istri-istrinya dan bapak dari anak-anaknya. Setiap mukmin perlu mencontoh beliau dalam mengatur kehidupan rumah tangga.

Rasulullah berhasil menghadapi banyak istri dengan beragam latar belakang, agama, dan karakter. Tak pernah sekalipun beliau melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam mengatasi masalah yang melilit rumah tangganya.

Saudah, istri Nabi Muhammad yang kedua, pernah mengeluarkan kata-kata yang menyakiti beliau. Tapi, Nabi tidak bertindak reaktif. Tak tampak sama sekali beliau marah. Nabi hanya memberi peringatan bahwa ucapannya tak sopan dan tak layak dilontarkan dari orang seperti dia (hlm. 84).

Pada kesempatan lain, Aisyah dan Hafshah bersekongkol memutarbalikkan fakta tentang madu istri Nabi yang lain, yaitu Zainab bint Jahsy. Setelah Al Qur'an membuka kedok keduanya, beliau hanya mencela tanpa diiringi kekerasan fisik (hlm. 95-97).

Lemah lembut Rasulullah bukan berarti tak berdaya menghadapi perempuan. Sanksi tetap diberlakukan untuk memberikan efek jera. Sanksi yang dijatuhkan Rasulullah lebih kepada menyentuh psikologis ketimbang dengan cara-cara kasar. Sangat tak pantas orang yang pada malam hari dikumpuli pada siang hari dipukuli (hlm. 153).

Rumah tangga Rasulullah digambarkan dengan miniatur surga; baiti jannati (rumahku surgaku). Bukan karena bangunannya yang megah dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah. Namun, bangunan rumah tangga yang selalu dihiasi cinta, romantisme, saling pengertian, keterbukaan, dan kasih sayang.

Secara fisik, rumah Rasulullah amat tidak layak dengan posisinya sebagai kepala negara dan pemimpin agama. Isi rumah yang ditempati Ummu Habibah (Ramlah bint Abu Sufyan), misalnya, hanya sebuah tikar dan alas tidur (hlm. 139). Tapi penghuninya tetap merasakan kehangatan di dalamnya.

Rasulullah selalu romantis dan menuruti kemauan para istrinya, selama tak bertentangan dengan agama. Tak segan beliau meminta disisir (hlm. 91), meminum dari bejana tapat pada tempat bibir istrinya (hlm. 99), bahkan mandi berdua dalam satu bejana (hlm. 156).

Hiperseks
Buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad SAW, bukan hanya penting dibaca untuk meneladani kehidupan Rasulullah dalam bergaul dengan istri dan buah hati. Dr. Nizar Abazhah sekaligun membantah tuduhan orientalis bahwa Rasulullah laki-laki hiperseks.

Perlu dipahami, termasuk juga oleh pihak yang memahami poligami secara literal-tekstual, dari 18 istri Nabi (11 perempuan merdeka, 2 budak, 5 bercerai sebelum pernah berkumpul), pernikahan Rasulullah bukan semata untuk menyalurkan hasrat biologis, tetapi lebih kepada misi pemberdayaan perempuan dan pengembangan dakwah.

Rasulullah menikah dengan Saudah untuk meringankan beban penderitaan sepeninggal suaminya dan menjaga fitnah dari kaumnya yang kafir yang sangat membencinya. Demikian pula dengan pernikahannya dengan Ummu Salamah; untuk meringankan beban hidupnya menanggung empat anak, bahkan satu di antaranya masih usia menyusui.

Hafshah dinikahi untuk diberdayakan setelah ditinggal mati suaminya dalam perang Uhud, semenatara umurnya masih 18 tahun. Setali tiga uang dengan pernikahan bersama Zainab bint Khuzaimah.

Satunya-satunya istri Rasulullah yang perawan hanyalah Aisyah bint Abu Bakar, selebihnya adalah janda bahkan telah memiliki anak. Lagian, beliau berpoligami saat usianya di atas kepala lima, yang secara biologis hasrat nafsunya sudah berkurang dan mentalnya matang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar