Minggu, 12 Juli 2015

Gaya Kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz

Judul: Umar bin Abdul Aziz: Sosok Pemimpin Zuhud dan Khalifah Cerdas
Penulis: Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi
Penerbit: Tinta Medina, Solo
Terbitan: Pertama, Maret 2015
Tebal: 206 halaman
ISBN: 978-602-9211-01-6
Dimuat di: Radar Surabaya, 12 Juli 2015

Umar bin Abdul Aziz adalah pemimpin ideal yang perlu dicontoh pemimpin saat ini. Gaya kepemimpinannya relevan dengan era modern sehingga perlu diadopsi. Rakyat butuh pemimpin seperti Umar yang tegas dan pro-rakyat dalam mengambil kebijakan.

Rakyat adalah segalanya bagi Umar. Kebijakannya selalu diorientasikan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Untuk memastikan kebijakannya pro wong cilik, Umar selalu hati-hati dalam mengambil kebijakan.

Sikap tidak gegabah yang dikedepankan Umar agar kebijakan yang diambil menjadi penyejuk bukan polemik apalagi konflik. Untuk memastikan hal itu, sebelum menandatangi peraturan terlebih dahulu meminta masukan dari para ulama dan cendekiawan di bidangnya masing-masing.

"Aku tidak akan memutuskan sebuah perkara, kecuali atas restu dan pendapat kalian. Jadi, seandainya kalian melihat ada bawahanku yang melakukan kezaliman, segeralah melapornya kepadaku," tegas Umar saat mengundang para ulama (hlm. 10).

Sementara terhadap keputusan yang telah dibuat, Umar bersikap keras dan tegas, tapi tak malu untuk merevisi jika menuai polemik di kemudian hari. "Tidak ada debu yang lebih mudah ditiup dari ketetapan yang telanjur ditulis, tetapi kemudian aku tahu bahwa itu salah, maka akan segera aku revisi," tegasnya pada kesempatan yang lain (hlm. 24).

Untuk memastikan kebijakan yang diambil dijalankan dengan baik, Umar tak segan mencopot bawahannya yang berkinerja buruk dalam memimpin. Ia tak mau terbebani bawahan yang tak bermutu tapi memakan biaya. Usamah bin Zaid at-Tanukhi (wali di Mesir) dan Tazid bin Abu Muslim (wali di Afrika) adalah orang yang terkena resuffle dari kepemimpinan Umar.

Umar menjatuhi hukuman kepada Usamah satu tahun penjara di Mesir, kemudian dipindah ke Palestina dengan tambahan penjara satu tahun lagi akibat berlaku zalim. Sementara Yazid langsung dicopot dari jabatannya karena berkinerja buruk (hlm. 22).

Semasa menjadi gubernur Hijaz, Umar tak segan memberikan kritik membangun kepada khalifah. Umar tidak merasa takut kepada siapa pun, hanya kepada Allah. Juga tidak anti kritik dan masukan, karena dirinya menyadari kebijakannya berpotensi menyimpang karena dibuat oleh manusia. Baginya bekerja bukan untuk pencitraan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar