Minggu, 05 Juli 2015

Istanbul di Mata Pamuk

Judul: Istanbul; Kenangan Sebuah Kota
Penulis: Orhan Pamuk
Penerbit: Serambi
Terbitan: Pertama, April 2015
Tebal: 561 halaman
ISBN: 978-602-290-036-8
Dimuat di: Koran Madura

Turki salah satu kota destinasi wisata. Sedikitnya ada 11 situs yang diakui sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO yang tersebar di negara seluas 750.000 kilometer tersebut. Salah satu objek wisata favorit berlokasi di Istanbul, seperti bangunan blue mosque dan jembatan Bosphotus.

Istanbul selalu menjadi dambaan wisatawan yang berpelesir ke Turki. Kemurungannya ditutupi oleh gemerlap Bosphorus. Jika Istambul berkisah tentang kekalahan, kehancuran, kehilangan, kesedihan, dan kemiskinan, Bosphorus berkisah tentang kehidupan, kesenangan dan kebahagiaan (hlm. 67).

Namun, berabad-abad sebelum abad ke delapan belas, kota ini hanya terdiri dari beberapa desa nelayan Yunani, dan Bosphorus hanya sebagai jalur air, sebuah tempat yang indah dan, selama dua ratus tahun terakhir, sebuah lokasi yang tepat untuk istana-istana musim panas (hlm. 67).

Tapi kebangkitan Republik Turki dan nasionalisme Turki di abad kedua puluh memusnahkan bangunan yang dibangun keluarga besar Usmani. Kemolekan Istanbul sedikit tercemari. Andai saja warisan masa lalu dipertahankan, Istanbul akan makin mempesona.

Yali–puri tepi laut yang sangat indah menghadap ke laut, dipandang sebagai model identitas dan arsitektur yang sudah usang sehingga tak lagi bisa dinikmati. Pamuk hanya bisa menyaksikan keindahan yali-yali dari lukisan yang diproduksi Melling dalam Memoirs of Bosphorus.

Dari lukisan-lukisan Melling, Pamuk merasa bahagia sekaligus sedih. Terpesona melihat masa lalu yang penuh kejayaan, sedih mengetahui yang digambarkan dalam lukisan akan kejayaan masa lalu sebagian telah tidak bisa dinikmati.

Pamuk menceritakan kegirangan kenangan masa kecil menikmati keindahan Istanbul, dan kesedihan melihat kotanya saat ini yang sudah berubah secara detail dalam Istanbul; Kenangan Sebuah Kota. Pembaca diajak menyusuri Istanbul hingga bagian paling dalam.

Pamuk begitu lihai meracik sebuah cerita tentang sesuatu yang sederhana menjadi jauh dari membosankan. Dalam menikmati kemegahan dan keindahan kotanya saat ini selalu dihubungkan dengan kondisi masa lalu. Pamuk seakan menjadi penghubung peradaban masa lalu dengan masa kini.

Sebagaimana karya-karya Pamuk lainnya, buku setebal 561 halaman terbitan Serambi diwarnai dengan bahasan dan pesona terhadap sastra dan lukisan. Nyaris dalam setiap halaman, pembaca disuguhi lukisan Istanbul dari masa lalu. Sebuah buku yang sangat penting dibaca penyuka pelesir dan penikmat sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar