Minggu, 30 Agustus 2015

Seruan Moral Syafii Maarif

Judul: Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan
Penulis: Ahmad Syafii Maarif
Penerbit: Mizan
Edisi/Terbitan: II/ Pertama, April 2015
Tebal: 405 halaman
Dimuat di: Radar Surabaya, 30 Agustus 2015

Buku Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan sebenarnya buku lama yang dicetak ulang. Namun refleksinya tetap signifikan dan aktual dengan kondisi Indonesia saat ini. Seruan-serual moralnya penting disimak dan diikuti.

Jika setiap masa memiliki penyeru moral, Ahmad Syafii Maarif adalah penyeru moral yang dimiliki Indonesia saat ini setelah ditinggal Cak Nur dan Gus Dur. Tulisan dalam buku setebal 405 halaman ini merupakan suara hati sang guru bangsa melihat kondisi Indonesia yang belum sedewasa usianya.

Syafii Maarif gerah melihat korupsi yang seakan telah menggurita, hukum yang tajam ke bawah namun tumpal ke atas, kemiskinan yang belum teratasi, kerusuhan lingkungan akibat ulah oknum serakah, dan menguatnya gerakan ekstrem-radikal yang merongrong keutuhan bangsa ini dan hendak mengganti dengan sistem lain. Anehnya, fenomena ini terjadi di Indonesia yang notabene berpenduduk mayoritas muslim. Antara ucapan sebagai muslim dengan perilaku sehari-hari berbanding terbalik. Nilai-nilai Islam yang diyakini Syafii Maarif tidak demikian. Islam menjunjung tinggi keadilan, kenyamanan, keamanan, dan perlindungan semua orang (hlm. 17).

Ia mengajak segenap warga bangsa, khususnya umat Islam sebagai mayoritas, untuk menjadi warga negara yang baik dengan mendukung dan memajukan demokrasi. Sudah bukan saatnya lagi mempertentangkan Islam dan demokrasi. Demokrasi adalah realisasi prinsip-prinsip yang diajarkan Al Qur'an (hlm. 148).

Namun demokrasi Indonesia belum terlaksana secara ideal seperti yang dicita-citakan para pendiri bangsa. Sederet persoalan di negeri ini indikasi nyata masih pasang surutnya demokrasi, dan hal ini terkait erat dengan laku para elite politik.

Lemahnyanya kultur kenegarawanan yang diidap sebagian besar politisi Indonesia membuat negeri ini saat ini sakit. Andai visi mereka jauh melampaui kepentingan terbatas, Indonesia yang masih memiliki SDM melimpah, tentu sudah terbang melambung tinggi dan dihormati negara-negara lain (hlm. 161).

Syafii Maarif optimis Indonesia pada saatnya nanti akan siuman. Sebagaimana dikatakan Hatta, demokrasi tidak mungkin tersungkur selama-lamanya di Indonesia harus kita pegang sebagai sebuah kebenaran politik (hlm. 162). Gagasan-gagasan Syafii Maarif tentang moralitas, keadilan, dan kebangsaan dalam buku ini penting disosialisasikan secara masif untuk menyiapkan lahirnya negarawan dan guru bangsa baru di tengah usia sang guru bangsa yang sudah senja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar