Selasa, 01 September 2015

Berguru pada Perempuan Penggetar Surga

Judul: Perempuan yang Menggetarkan Surga
Penulis: Haris Priyatna & Lisdy Rahayu
Penerbit: Mizania
Terbitan: Pertama, Februari 2015
Tebal: 257 halaman
ISBN: 978-602-1337-32-5
Dimuat di: Majalah Puspa Edisi 56, September 2015

Nabi Muhammad saat melakukan mikraj oleh Malaikat Jibril sempat dibawa mengunjungi neraka. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, beliau mendapati penghuni neraka didominasi kaum perempuan daripada laki-laki. Beliau sangat prihatin sehingga tiap kali teringan pemandangan tersebut selalu menitikkan air mata.

Namun dalam sabda Nabi Muhammad pada kesempatan lain, perempuan disebut manusia paling mudah dan simpel untuk masuk surga. Untuk memperoleh tiket masuk surga tak serumit dan sejelimet kaum laki-laki. Betapa mulya kedudukan perempuan.

Sabda Nabi Muhammad: Perempuan apabila shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya, dan taat kepada suaminya, maka masuklah dia dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki (HR. Ibnu Hibban).

Dari paparan dua hadits di atas tampak jelas bahwa yang menjadi penyebab masuk neraka bukan terletak pada jenis kelaminnya, namun lebih kepada sifat dan karakter pribadi yang mencerminkan penduduk neraka. Dengan demikian tidak benar jika hadits tersebut dituduhkan bias gender.

Memang dalam realitasnya, perempuan cenderung lebih mudah tergelincir dalam perbuatan dosa. Dengan daya pikatnya di depan laki-laki, perempuan cenderung jatuh pada kubang kemaksiatan. Demikian pula dalam mengontrol hawa nafsu, baik nafsu amarah maupun nafsu menumpuk harta (hlm. 2).

Perempuan tempo dulu cukup menjadi contoh perempuan masa kini dalam menjalani kehidupan. Apakah akan meniru perilaku Khadijah binti Khuwalid, Fatimah Az-Zahra, Asiyah binti Muzahim, Aisyah binti Abu Bakar, Maryam binti Imran, atau mau meniru Hindun istri Abu Lahab, Zulaikha sang penggoda Nabi Yusuf, istri Nabi Nuh, atau istri Nabi Luth?

Tentu semuanya ada dampak dan konsekuensi masing-masing. Jika meniru perilaku Khadijah dkk., tentu yang diperoleh kemuliaan dan kebahagiaan hakiki. Sebaliknya, jika mengikuti perilaku Hindun dkk., tentu yang diperoleh kehinaan di dunia plus penderitaan kelak di akhirat (hlm. 6).

Dari dua pilihan di atas, sudah barang tentu semua perempuan memilih kelompok yang pertama. Siapa yang tidak ingin kebahagiaan, ketenangan, ketentaraan, dan ketika orangnya telah tiada namanya dikenang baik. Dari ini, perempuan perlu berguru kepada para perempuan penggetar surga.

Nama mereka sampai saat ini tetap harum karena kuatnya pengaruh iman kepada Allah, bakti kepada orangtua, patuh pada suami, gemar ibadah, menjaga kehormatan dan lisan, menutup aurat, dan gemar berzikir (hlm. 19-40).

Buku Perempuan yang Menggetarkan Surga berkisah kehidupan sehari-hari Khadijah binti Khuwalid, Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim, Fatimah binti Muhammad, Aisyah binti Abu Bakar, Ummu Sulaim, dan Asma' binti Khubath.

Dari kisah inspiratif mereka, perempuan bisa meniru dan memetik hikmah untuk diamalkan dalam kehidupan sekarang. Dengan membaca buku setebal 257 akan selalu termotivasi untuk selalu beramal baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar