Kamis, 03 September 2015

Bejalar Manajemen Sekolah dari Athirah

Judul: Pemimpin Cinta: Mengelola Sekolah, Guru, dan Siswa dengan Pendekatan Cinta
Penulis: Edi Sutarto
Penerbit: Kaifa (PT Mizan Pustaka)
Terbitan: I Februari 2015
Tebal: 377 halaman
ISBN: 978-979-433-873-5
Dimuat di: Malang Post, 23 Agustus 2015

Kemajuan sebuah pendidikan sangat ditentukan oleh tiga elemen, yaitu guru, wali, dan siswa. Sekalipun ketiganya memiliki tugas tak sama tapi harus sinergi dan saling menopang. Ibarat sebuah becak, jika di antara ketiganya ada yang tak kompak, jalannya akan terseok bahkan tak akan bisa mencapai tujuan.

Pembenahan tiga elemen tersebut program awal dan utama yang dilakukan Edi Sutarto setelah terpilih sebagai Direktur Sekolah Islam Athirah, Sulawesi Selatan, pada tahun 2011. Sekalipun yang diubah manusia dan karakternya, karena dilakukan dengan cinta dalam waktu cepat menuai keberhasilan.

Awal mula memimpin Sekolah Islam Athirah, 1 April 2011, Edi mengamati sekolah dan perilaku manusianya kurang mencerminkan visi sekolah sebagai lembaga pendidikan unggulan berciri Islam, berjiwa nasional, dan berwawasan global. Sampah berserakan, coretan vandalitas di mana-mana, dan orang-orang terlambat masuk kerja atau sekolah.

Dalam satu hari, di satuan pendidikan Sekolah Islam Athirah, siswa yang telat hadir ke sekolah sebanyak 92 orang dan durasi yang paling lama adalah telat tiga jam. Pada hari kedua 86 orang. Hari-hari berikutnya selama sebulan kondisinya tak membaik. Bahkan, mereka juga senang bolos (hlm. 214).

Konsep aksi perubahan untuk mengubah perilaku tersebut melalui melihat, mengerjakan, dan merasakan atau yang oleh Edi Sutarto diberi nama see-do-get. Prinsip konsep ini: Pertama , apa yang dilihat akan mempengaruhi apa yang akan dilakukan dan apa yang dilakukan akan menjadi apa yang didapatkan.

Kedua, untuk meraih kesuksesan siswa, sikap dan perilaku yang ditampilkan guru semestinya menunjukkan upaya penguatan. Ketiga, pemimpin di sekolah harus menjadi model dan teladan utama bagi guru, karyawan, dan siswa (hlm. 152).

Dari prinsip yang ketiga, Edi sebagai rule model. tak gengsi memungut sampah meski memakai jas dan dasi sejauh mata masih bisa menjangkau. Daripada menginstruksikan guru dan karyawan menegur siswa yang melakukan coretan vandalitas, ia lebih memilih mengajak teknisi dan terlibat langsung mengecat kembali. Saat ini, hal itu semua telah dilakukan dan menjadi kesadaran siswa sendiri.

Untuk memberi contoh kedisiplinan, sebelum pukul 06.30 WITa, Edi telah siap menyalami kedatangan orang-orang di sekolah. Tindakan tersebut lalu diikuti guru dan karyawan. Namun pada awalnya menuai resistensi dari para guru karena kebijakan harus sudah tiba di sekolah pada pukul 06.45 WITa dipandang sangat menzalimi.

Dalam satu semester sejak kebijakan tersebut diterapkan, tak ada lagi guru dan karyawan yang datang terlambat. Dan pada tahun kedua, para guru dan karyawan berkomitmen duduk bersama di ruang guru pukul 06.30 WITa. Selama lima belas menit menunggu masuk kelas, pada hari Senin-Kamis, mereka menghafal Al Qur'an, maksimal menghafal tiga ayat dalam satu hari. Pada hari Jumat tadabur terhadap ayat yang dihafal (hlm. 161).

Aktivitas menghafal Al Qur'an tersebut kemudian menjadi program unggulan sebagai strategi pembentukan karakter siswa. Targetnya, untuk siswa TK mampu membaca dan menghafal surat-surat pendek, SD mampu membaca dengan tartil dan menghafal juz 30, SMP menghafal dan mentadaburi juz 29, SMA menghafal dan mendataburi juz 28 (hlm. 224-225).

Kepada para wali siswa, Edi memberi pelatihan-pelatihan dan kegiatan yang menyentuh langsung untuk lebih peduli dan memberi perhatian special kepada putra-putrinya. Program yang sangat nyata yaitu Sehari Bersama Ayah dan Sehari Bersama Orangtua.

Perubahan tiga elemen tersebut dalam beberapa tahun kemudian sangat mempengaruhi kecerdasan intelektual dengan indikator dalam satu tahun pelajaran Sekolah Islam Athirah berhasil menyabet 81 lomba akademik dan non akademik dari tingkat kota hingga internasional.

Indikator kecerdasan spiritual siswa tercermin dari kesadaran menjalankan sunah Rasul berupa menjaga wudu, salah berjemaah, salat tahiyatul masjid, salat sunah sunah qabliyah dan bakdiyah, salah dhuha, salat tahajud, tadarus harian, sedekah, puasa Senin dan Kamis, dan puasa tiga hari pertengahan bulan.

Kuatnya kecerdasan emosional siswa dapat dirasakan dari kesadaran siswa menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Bahkan, pelaksanaan ujian tak perlu diawasi guru, sepenuhnya dipasrahkan kepada siswa.

Buku Pemimpin Cinta merangkum strategi, dinamika, dan prestasi buah dari seni kepemimpinan Edi Sutarto menjadi Direktur Sekolah Islam Athirah. Membaca buku setebal 377 halaman mengajak imajinasi pembaca menikmati setiap sudut ruangan sekolah Athirah.

Dari membaca buku terbitan Kaifa, pembaca memperoleh wawasan seperti melakukan studi komparatif langsung ke Sekolah Islam Athirah. Dilengkapi pula beberapa lampiran penilaian program yang bisa diadopsi di sekolah lain. Buku kaya pengetahuan yang perlu dibaca pengelola sekolah dan guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar