Minggu, 06 Maret 2016

Mengenal Tokoh Nasional dari Sumenep

Judul : Sumenep Menyimpan Segudang Cerita
Penulis : Noevil Delta
Penerbit : Oksana Publishing
Tebal : 108 halaman
ISBN : 978-602-6769-38-1
Dimuat di: Tabloid Mata Sumenep 22 Februari 2016

Stereotipe miring tentang masyarakat Madura secara umum hingga saat ini belum sepenuhnya luntur. Ketika mendengar kata Madura, yang terbayang dibenak orang luar adalah karakter orangnya yang kasar, keras kepala, dan bodoh. Stigma itu membuat sebagian generasi muda Madura merasa minder. Seakan tak ada tokoh yang bisa dibanggakan dari tanah kelahirannya.

Mungkin dulu stereotipe tersebut tidak sepenuhnya salah, namun seiring perubahan waktu masyarakat Madura juga berubah. Atau karena orang-orang hebat dari Madura kurang mendapatkan publikasi. Sumenep, secara khusus, menyimpan segudang tokoh yang patut dibanggakan, tapi mungkin tak banyak yang mengetahuinya bahwa mereka putra pulau garam.

Halim Perdanakusuma, prajurit TNI angkatan udara yang dinobatkan pahlawan nasional adalah putra Sumenep. Namanya diabadikan menjadi nama pangkalan udara di Jakarta, dan Pemkab Sumenep mengabadikannya menjadi nama monumen. Ia lahir di Sampang pada 18 November 1922, namun Halim tumbuh dan besar di Sumenep (hlm. 32).

Halim mengawali pendidikannya di Hollandsoh Inlandsche School di Sumenep (1928-1935). Setelah itu melanjutkan sekolah ke Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs di Surabaya. Setelah itu menempuh pendidikan di Mideelbaar Opleiding School Voo Inlandsche Ambutenaren. Pendidikan militernya Pendidikan Opsir Torpedo di Surabaya dan Royal Canadian Air Forces di Amerika Serikat.

Sepulangnya dari Amerika Serikat, ia diserahi tugas sebagai instruktur navigasi di Sekolah Penerbangan yang dipelopori Agustinus Sutjipto. Halim sempat pulang ke Madura pada 12 Mei 1946 dengan membawa pesawat. Ia meninggal dalam perjalanan udara untuk mendapatkan bantuan senjata dan logistik untuk keperluan perjuangan.

Sementara salah satu akademisi asal Sumenep yang patut dibanggakan adalah Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc. Ph.D. Ahli botani di Indonesia ini lahir di Gapura, Sumenep, pada 1 Januari 1940. Dari 100 lebih jenis tumbuhan baru yang berhasil ditemukan dalam penelitiannya ia menemukan tanaman sejenis pacar air yang hanya ditemukan di Sumenep (hlm. 23).

Berbagai pertemuan ilmiah di dalam dan luar negeri serta jabatan penting pernah diembannya. Buku dan artikel yang telah ditulis mencapai puluhan. Belasan penghargaan bergengsi telah diterima sebagai apresiasi atas kiprah dan pengabdiannya.

Pendekar hukum kebanggaan Sumenep adalah Artidjo Alkostar, Hakim Agung Mahkamah Agung RI. Sekalipun ia lahir di Situbondo, namun kedua orangtuanya berasal dari Sumenep. Sehingga, karakter beliau sangat dipengaruhi karakter Madura. Termasuk ketegasannya dalam menegakkan hukum.

Terpilihnya Artidjo sebagai hakim agung tidak lepas dari peran ulama di Madura. Sebelum beliau menerima jabatan tersebut terlebih dahulu konsultasi ke salah satu kiai di Madura. Kiai tersebut memberikan saran menerima jabatan tersebut, sehingga akhirnya Artidjo mengikuti fit and proper test dan dinyatakan lulus (hlm. 59).

Buku Sumenep menyimpan Segudang Cerita penting dibaca negeri muda untuk memperkenalkan beberapa tokoh nasional asal kabupaten ujung timur Pulau Madura ini. Bahasanya dikemas dengan sederhana dan babnya pendek-pendek, sehingga tak membosankan. Dilengkapi pula foto-foto.

Noevil Delta Dalam buku 108 halaman ini juga menjelaskan filosofi nama-nama desa, beberapa tradisi, dan infrastuktur peninggalan Belanda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar