Selasa, 06 September 2016

Mengenalkan Bahaya LGBT pada Remaja

Judul : Lo Gue Butuh Tau LGBT
Penulis : Sinyo
Penerbit : Gema Insani
Terbitan : Pertama, April 2016
Tebal : 124 halaman
ISBN : 978-602-250-303-3
Dimuat di: Majalah Puspa, Edisi 68 September 2016

Sebelum buku Lo Gue Butuh Tau LGBT (Gema Insani, 2016), Sinyo telah menerbitkan Anakku Bertanya tentang LGBT (Quanta, 2014). Buku kedua terbit sebelum Indonesia gempar dengan pemberitaan seputar LGBT pada tahun 2015, sedangkan yang pertama setelahnya. Tentu materi yang disampaikan berbeda.

Dari pemilihan judul pembaca bisa mereka-reka sasaran dua buku itu. Sasaran pembaca buku kedua adalah orangtua. Sedangkan buku pertama menyasar kalangan remaja sehingga penyajiannya disesuaikan dengan karakter usia anak awal baligh.

Sinyo dalam beberapa bukunya membuka tiap awal bab dengan sebuah cerita. Demikian juga dalam buku Lo Gue Butuh Tau LGBT. Melalui tokoh Bintang, penulis mengenalkan macam-macam orientasi seksual pada bab pertama.

Secara fitrah manusia memiliki orientasi seksual heteroseksual, yaitu ketertarikan seksual kepada lawan jenis. Berbagai macam orientasi seksual timbul karena ada banyak faktor yang memengaruhi, mulai dari kondisi psikologis hingga faktor lingkungan tempat tinggal. Dalam konteks Bintang karena trauma dengan laki-laki (hlm. 14).

Remaja yang notabene masih dalam pencarian jati diri dan menyukai sesuatu yang baru rentan mengalami perubahan orientasi seksual. Dalam kasus cerita Reza, ketertarikannya pada sesama jenis bermula dari penasaran akan barang baru, yaitu mengunduh aplikasi gay berdasarkan temannya (hlm. 74).

Cara orang tua menjaga fitrah anak dari perubahan orientasi seksual: pertama, dengan menjadi panutan yang baik bagi anak-anak. Sebab, perubahan orientasi seksual sangat dipengaruhi oleh salah panutan. Dalam kasus Lili, ketertarikannya pada sesama jenis bermula dari perhatian yang didapat dari temannya yang ternyata tertarik pada sesama jenis (hlm. 28).

Untuk mengatasi kondisi keluarga yang tidak lengkap, misal ayah atau ibu sudah meninggal atau bercerai, hal itu bisa diatasi dengan mengambil panutan dari keluarga terdekat seperti kakek dan paman. Kalau tidak ada carilah tetangga atau guru yang baik untuk dijadikan panutan (hlm. 76-77).

Kedua, pertegas identitas dan karakter anak. Caranya dengan memberikan pakaian dan mainan yang sesuai dengan jenis kelamin. Sah-sah saja orang tua memperkenalkan berbagai macam mainan dan permainan, namun jika sudah menyangkut kesukaan dan karakter, orang tua harus menegaskan perdebatan laki-laki dan perempuan (hlm. 80).

Ketiga, menjaga anak dari pelecehan dan kekerasan seksual. Perubahan orientasi seksual terkadang disebabkan trauma terhadap lawan jenis. Sementara Indonesia saat ini sedang darurat pelecehan seksual, sehingga orangtua perlu meningkatkan kewaspadaan.

Keempat, faktur lingkungan juga sangat mempengaruhi. Termasuk dalam konteks ini adalah media (hlm. 77). Anak-anak harus dijauhkan dari pergaulan tidak baik dan pornografi serta pornoaksi sejak ini.

Mari segera periksa anak kita untuk memastikan terhindar dari virus LGBT. Caranya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian akhir buku ini. Yang sangat penting dari buku ini Sinyo memberikan suplemen deteksi dini orientasi seksual.(MK)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar