Rabu, 23 Desember 2009

Berdakwah ala Rasulullah

M. Kamil Akhyari *)

Indonesia yang terdiri dari beragam etnis, ras, suku bangsa, keyakinan dan agama semakin diriuhkan dengan berbuatan dan aksi segelintir orang yang mengaku “tentara” Tuhan, sehingga mereka punya peran dan tanggung jawab untuk mengawasi umat manusia dan menindaknya apabila bersebrangan dengan selera keberagamaanya. Karena anggapan mereka, agama yang paling benar dan yang senantiasa mendapatkan bimbingan dari Tuhan hanya agama mereka.
Atas dasar hal tersebut, mereka bebas berbuat semaunya sesuai selera rasa keberagamaa mereka atas nama perintah dari Tuhan. Mereka tidak peduli apakah merugikan dan menyakitkan orang lain yang dilarang oleh agama, yang terpenting jihad dan berjihad terus menerus sebagai bentuk kongkrit tugas “tentara” Tuhan.
Pada akhir bulan Agustus lalu H. Abd. Kowi MA (Warga Madura tinggal di Yogyakarta) saat asyik menyeruput kopi pada dini hari di kedai kampung kuliner jalan laksda Adi Sucipto, Yogyakarta, tiba-tiba di datangi segerombolan orang berjubah dan beratribut Front Pembela Islam (FPI). Orang-orang itu menuduhnya tengah mabuk. Dan kopiah yang di pakainya juga dicopot paksa karena di anggap tidak sopan dan melecehkan. (Monthly Report on Religiuos Issues, Edisi 23 Oktober 2009).
Lain lagi dengan kabar di Jawa Timur. Pada hari Rabu (2/9/2009) puluhan massa yang mengklain peresentasi beberapa elemen organisasi massa islam Jawa Timur, melakukan aksi demo di kantor Jawa Pos di Jalan A Yani Surabaya. Selain memprotes beberapa pemberitaan yang di turunkan Jawa Pos yang dinilai vulgar. FPI Surabaya salah satu dari puluhan massa islam Jawa Timur tersebut juga mengecam tulisan bos media cetak tersebut, Dahlan Iksan berjudul “Soemarsono Pejuang Kemerdekaan” yang dimunculkan selama tiga edisi berturut-turut. Mereka menolak tulisan tersebut karena dinilai kental dengan dukungan terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). (Monthly Report on Religiuos Issues, Edisi 23 Oktober 2009).
Dari dua peristiwa tersebut, apakah benar mereka “tentara” Tuhan yang telah mendapatkan “idzin” untuk berbuat apasaja? Padahal Tuhan melindungi seluruh makhluknya dan memerintahkan untuk tidak berbuat kerusuhan di muka bumi ini. Atau mereka hanya mengikuti nafsu ammarahnya karena melihat keberagamaan orang lain tidak selera dengan rasa keberagamaannya.
Untuk mengajak orang lain selera dengan rasa keberagaan dan membentengi agama kawan-kawan yang selera dengan agama kita apakah dengan cara seperti itu (menuduh dan mengecam kreatifitas seseorang)?
Dalam islam sudah lengkap tuntunan seruan untuk beragama dengan cara damai, bukan dengan menuduh dan mengecam. Dalam Al Qur'an disebutkan “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik serta debatlah mereka dengan baik. Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk (QS. An Nahl, 16:125)”.
Lalu pertanyaannya sekarang, bagaimana kalau tiga metode dakwah tersebut tidak mempan. Apakah dengan cara anarkisme? Al Qur'an memberi bimbingan untuk tidak memaksa seseorang masuk dalam agama tertentu dengan cara paksa. Sebagaimana disebutkan “Agamamu bagimu dan agamaku bagiku” (QS. Al Kafirun : 06) dan “Tidak ada paksaan dalam agama” (Al Baqarah : 256).
sebelum membuat kerusakan lebih parah lagi dengan dalih agama, mari renungi dakwah Nabi Muhammad yang sukses berdakwah dengan cara yang pertama (hikmah) ini, sehingga dia masuk islam tanpa harus di paksa. Terbukti dengan pada masa beliau, disudut pasar Madinah Al Munawarah terdapat seorang pengemis Yahudi yang buta. Hari demi hari apabila ada orang mendekati beliau ia selalu berkata “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila anda mendekatinya anda akan dipengaruhinya.”
Setiap pagi Rasulullah mendatanginya dengan membawa makanan dan tanpa berkata sepakat katapun Rasulullah menyuapi yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati Muhammad.
Setelah Rasulullah wafat tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi pada pengemis Yahudi itu. Singkat cerita, pada suatu hari Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk seorang pengemis Yahudi. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan kepadanya. Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil teriak, “Siapakah kamu?” Abu Bakar menjawab “Aku orang yang biasa mendatangi.”
“Bukan! Engaku bukan orang yang biasa mendatangiku,” jawab si pengemis. Ketika Abu Bakar memberi tahu orang yang menyuapi tiap hati adalah Muhammad Rasulullah dan beliau telah meninggal. Setelah mendengar cerika tersebut pengemis Yahudi tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar. (Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec, Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, 2009, Hal: 47-147).
Inilah dakwah yang harus dicontoh oleh orang yang mengatasnamakan diri “tentara” Tuhan. Sehingga dakwahnya tidak terlihat ekstrim dan memaksa serta merugikan orang lain. Seperti dengan aksi mengancam dan membakar tempat tertentu yang dinilai bersebrangan dengan rasa keberagamaan.
Aksi kekerasan atas nama agama kalau senantiasa berlanjut, dakwah mereka jangan berharap diterima masyarakat tapi malah akan mendapatkan kecaman dan melanggar undang-undang negara tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang mendapatkan kecaman dari pemerintah. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar