Selasa, 30 Juli 2013

Sains Bumi Berbicara Al Qur’an

Judul : History of Earth: Menyingkap Keajaiban Bumi dalam Al-Quran
Penulis : Ir. Agus Haryo Sudarmojo
Penerbit : Bunyan (PT. Bentang Pustaka)
Cetakan : I, Maret 2013
Tebal : xvi + 220 halaman
ISBN : 978-602-7888-18-0
Dimuat di: Madura Channel

Komaruddin Hidayat pernah mengatakan belajar Al Qur'an tidak cukup dengan hanya menguasai bahasa Arab. Tapi membutuhkan disiplin ilmiah. Ketika Al Qur'an bicara laut maka perlu ilmu kelautan, ketika bicara bintang butuh ilmu astronomi, ketika bicara kesehatan butuh ilmu kesehatan.

Namun tampaknya buku-buku tafsir yang mencoba mendialogkan ayat Al Qur'an dengan sains modern masih belum banyak. Agus Haryo Sudarmoko dalam buku History of Earth, mencoba menyingkap keajaiban bumi dalam Al Qur'an dengan tafsir ilmiah.

14 abad yang lalu, Allah telah berfirman: Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi (At thalaq: 12). Sains modern membenarkan firman Allah tersebut. Struktur langit terdiri dari tujuh lapis, troposphere, stratosphere, ozonosphere, mesosphere, ionosphere, exsosphere, dan magnetosphere. Demikian juga bumi, terdiri dari crust (0-60 km), upper (60-400 km), transition region (400-650 km), lower mantle (650-2.700 km), discontinuity (2.700-2.890 km), outer core (2.890-5.150 km), dan inner core (5.150-6.378 km). (hal. 52-53) [hal. 152].

Dan pada Surat As-Sajadah ayat 4, Allah menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dalam enam masa. Pada ayat lain, Surat Fushshilat: 9 menyebut bumi diciptakan dalam dua masa. Berlandaskan pada umur meteorit tertua yang ditemukan, para ahli geologi menyatakan bahwa bumi berusia 4,56 x 109 tahun (hlm. 18).

Perbandingan umur bumi dan langit adalah 2 : 6 = 1 : 3, sehingga bisa dihitung umur langit 4,56 x 109 x 3 = 13,68 x 109 tahun atau 4,56 x 109 : 2 = 2,28 x 109 tahun. Jadi, umur alam semesta sejak pemisahan langit dan bumi versi Al Quran yaitu 6 x 2,28 x 109 tahun = 13,68 x 109 tahun.

Jika dibandingkan dengan versi sains yang mengatakan bahwa umur alam semesta sejak peristiwa Big Bang adalah 13,7 x 109 tahun, maka terdapat selisih sekitar 20 juta tahun. Dalam ilmu kosmologi, perbedaan ini dapat ditoleransi. Berdasarkan perhitungan sederhana tersebut, penulis menyimpulkan bahwa peristiwa Big Bang jelas terkait dengan kehadiran planet bumi yang tercipta kurang lebih sembilan miliar tahun setelah ledakan dahsyat kosmis tersebut (hlm. 19).

Namun, sayang corak perpaduan sains dan agama penulis hanya mendasarkan pada logika, sehingga kerangka penafsiran yang dikembangkan. Tapi buku tersebut tetap perlu diapreasi bahwa Al Qur’an relevan dengan perkembangan zaman. Walahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar