Judul: Ibunda: Guru dan Sahabat Menuju Dewasa
Penulis: Maya Mar’atus Shalihah
Penerbit : Marja’ (Nuansa Cendekia Group)
Terbitan : Maret 2013
Tebal : 148 halaman
Dimuat di: era MADINA
Peranan seorang perempuan sangat vital dan penting. Sekalipun hanya bekerja di sektor domestik, peranannya tidak bisa disepelekan. Di balik kesuksesan seseorang selalu ada perempuan hebat yang mengiringi keberhasilannya. Bahkan, ada ungkapan perempuan adalah tiang negara yang akan menentukan masa depan sebuah bangsa.
Islam sendiri sangat menjunjung tinggi martabat perempuan. Ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW menghapus diskriminasi terhadap kaum hawa yang biasa dilakukan masyarakat jahiliyah. Telah bertebaran dalil-dalil dan praktik yang menunjukkan kemuliaan kedudukan perempuan. Menyitir satu dari banyak hadits tentang keutamaan perempuan, Rasulullah pernah mengeluarkan statement, “Surga berada di telapak kaki ibu”.
Dalam pandangan Islam, perempuan memiliki peran yang tidak ringan sekalipun hanya terbatas dalam rumah tangga. Istri sebagai mitra suami bertanggung jawab terhadap isi rumah pada saat suami tidak ada di rumah. Dan sebagai ibu bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak. Masa depan anak sangat bergantung kepada peran ibu.
Inayah Khan mengungkapkan bahwa pengasuhan anak yang diserahkan kepada suami/ bapak hasilnya kurang memuaskan dibandingkan ibu. Pasalnya, seorang laki-laki sepanjang hidupnya hanyalah seorang anak, dan setiap anak selalu membutuhkan bantuan ibu (hal. 130). Dan hal itu tidak bisa dibantah karena ibulah yang dikenal pertama anak.
Dengan demikian, betapa vitalnya peranan seorang ibu. Ibu adalah guru pertama dan utama bagi anak, dan rumah adalah madrasah pertama. Ibu bukanlah seorang baby sitter, lebih dari itu ia adalah murabbiyah. Sehingga menjadi sebuah keharusan menguasai ilmu cara mendidik anak sehingga lahir tunas-tunas bangsa yang berkualitas. Dan untuk melahirkan anak yang saleh dan salehah seorang ibu harus kreatif.
Apa yang dimaksud ibu kreatif? Ibu kreatif adalah ibu sejati yang bisa melebur dengan dunia anak. Bisa mengetahui setiap perkembangan dan kebutuhan anak, serta mampu mengarahkan pada hal-hal yang positif agar menjadi karakter saat kelak dewasa.
Untuk mengoptimalkan peran ibu sejati yang kreatif perlu jalinan komunikasi yang efektif, yaitu memosisikan diri sebagai sahabat yang ada kalanya harus menjadi pembicara dan ada kalanya jadi pendengar. Juga supervisor yang tidak menakutkan. Dengan menjadi pendamping yang tidak mengekang, anak akan lebih mudah mengembangkan potensinya (hal. 55-60).
Seorang ibu kreatif akan mampu mendidik. Problematika pada anak pun tak jadi masalah, malah menjadi bahan pembelajran berharga. Ketika menghadapi anak yang sering berkata kasar atau berbohong misalnya, ibu sudah punya sejurus solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
Buku berjudul “Ibunda: Guru dan sahabat Menuju Dewasa” ini membedah bagaimana cara menjadi ibu yang kreatif yang tentunya disenangi anak. Ibu yang tak berlu mengeluarkan “vitamin C” alias cubitan untuk membujuk anak melakukan atau meningalkan sesuatu.
Bagi pasangan yang akan menikah, khususnya kaum hawa, selain perlu belajar tuntunan mengarungi keluarga sakinah juga harus belajar bagaimana cara mendidik anak secara modern dan islami. Pasalnya, pendidikan anak termasuk perbuatan yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak. Buku setebal 148 tersebut menguraikan hal tersebut, khususnya mendidik anak usia dini. Selamat menjadi ibu kreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar