Senin, 25 Agustus 2014

Rahasia Kewalian Gus Dur

Judul: Bukti-bukti Gus Dur itu Wali
Penulis: Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin
Penerbit: Renebook, Jakarta
Terbitan: Pertama, Januari 2014
Tebal: 235 halaman
ISBN: 978-602-1201-03-9
Dimuat di: Majalah Pasti, Edisi 3, Juli-Agustus 2014

Semasa hidupnya, KH. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dikenal sebagai kiai, penulis, humoris, pemimpin, pembela hak asasi manusia, demokrasi, dan lain sebagainya hingga puncaknya, Gus Dur ditasbihkan sebagai Guru Bangsa.

Belakangan, setelah wafat, Gus Dur dikabarkan bagian dari komunitas wali Allah yang ada di bumi nusantara. Namun, tak banyak tulisan yang secara khusus menuliskan tentang sisi spiritualitasnya tersebut. Mungkin, buku yang berjudul Bukti-bukti Gus Dur itu Wali ini adalah salah satu dari sedikit bukti yang memberikan informasi tentang tanda-tnda kewalian Gus Dur melalui kesaksian beberapa orang yang dituliskan di dalam buku ini.

Tanda-tanda Wali
Berbicara kewalian seseorang, tentunya akan sulit untuk dibuktikan. Sebab, kewalian seseorang hanyalah Allah beserta hambanya yang memiliki derajat serupalah yang benar-benar tahu siapa saja wali-wali Allah tersebut. Namun, bukan lantas tidak bisa dikenali sama sekali. Sebab, Allah juga meletakkan tanda-tanda di mana di antara salah satu tandanya tersebut berupa karamah.

Kolega dan sahabat-sahabat Gus Dur meyakini bahwa Gus Dur memiliki karamah. Karamah merupakan semacam mukjizat, hanya saja, mukjizat adalah milik para Nabi dan Rasul, sementara karamah merupakan kesitimewaaan yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat. Biasanya masyarakat muslim Nusantara mengenal perkara luar biasa yang tidak dimiliki orang pada umumnya dengan kekeramatan.

Secara umum jenis karamah wali Allah ada dua. Pertama, pengetahuan berupa ilmu yang datang langsung dari Allah tanpa harus susah-susah belajar (ladunni) dan atau berupa pengetahuan akan peristiwa yang bakal terjadi. Kedua, perbuatan. Gus Dur diyakini memiliki kedua-duanya.

Mantan Ketua PBNU H. Mustofa Zuhad Mughni meyakini Gus Dur memiliki ilmu ladunni. Contoh saja, terhadap buku-buku yang belum pernah dibaca, cukup melihat daftar isi, referensi, dan kesimpulan buku, Gus Dur sudah menguasai seluruh isinya. Bahkan, tak jarang Gus Dur mengajak mendiskusikan tentang isi buku tersebut denganorang-orang di sekitarnya.

Gus Dur juga dikenal bisa mengikuti jalannya diskusi meski tertidur. Terkait hal tersebut, Andi D. Noya pernah mengonfirmasikannya langsung kepada Gus Dur. Waktu itu, Gus Dur hanya menjawab ia hanya menebak kata-kata terakhir pembicara paling akhir. Sebab, jalannya diskusi pasti tidak akan jauh dari perkataan pembicara terakhir tadi.

Hal tersebut ternyata juga bisa dibuktikan secara ilmiah. Sebuah penelitian dari Universitas Florida menemukan bahwa bayi mampu belajar dan berpikir dalan kondisi tidur. Namun hingga saat ini, belum ada orang yang berani mencoba atau menirunya.

Jika ditelisik dari pendekatan spritual, ternyata ada pula seorang wali yang memiliki kebiasaan aneh, yakni wali tersebut suka tidur. Wali Allah yang sangat terkenal memiliki kebiasaan ini Tengku Ibrahim Wolya dari Aceh. Gus Dur juga pernah hanya tidur saat menemui tamu.

Pengetahuan lain yang Allah berikan kepada kekasinya adalah berupa pengetahuan tentang hal-hal yang belum terjadi. Gus Dur diyakini wali salah satunya karena mengetahui peristiwa yang akan terjadi. Saksi mata akan kebenaran ramalan Gus Dur tak hanya segelintir orang. Salah satu saksinya Kapolri Sutarman dan Ketum PBNU KH. Said Aqil Siradj.

Dalam sisi perbuatan, peristiwa-peristiwa aneh yang terjadi pada diri Gus Dur di antaranya jarak tempuh yang mestinya dijalani selama 3-4 jam, Gus Dur hanya tempuh 1 jam perjalanan saja, awan tersibak memberi jalan pesawat kepresidenan yang ditumpangi Gus Dur datang dan hujan reda sekaligus saat Gus Dur datang.

Karamah-karamah Gus Dur terungkap dalam buku setebal 235 halaman melalui kesaksian 99 orang-orang terdekatnya. Meski hanya berupa cerita, namun secara jurnalistik validitasnya tak perlu disangsikan lagi. Achmad Mukafi Niam dan Syaifullah Amin melacak langsung dari saksi mata.

Namun, angka 99 terkesan dipaksakan. Sebab, ada beberapa kesaksian sama yang diceritakan orang berbeda yang ditulis terpisah padahal bisa disatukan, seperti tentang salam tempel yang disedekahkan semua dengan cerita bantuan Rp 75 juta yang juga serupa.

1 komentar: