Senin, 16 Februari 2015

Jalan Sunyi Seorang Penulis

Judul: Javier, Cinta yang Tak Lagi Sederhana
Penulis: Jessica Huwae
Penerbit: Bentang
Terbitan: Pertama, November 2014
Tebal: 260 halaman
ISBN: 978-602-291-076-3
 Dimuat di: Radar Madura, 15 Februari 2015

Membaca dan menulis dapat dianalogikan laksana iman dalam hati, ada kalanya pasang dan ada kalanya surut. Konsistensi hidup di jalur literasi bisa dirawat dengan motivasi. Energi yang terus tumbuh dan mendorong untuk selalu mencari dan menuangkan gagasan dalam tulisan.

Cinta adalah energi yang dapat menggerekkan orang untuk menulis. Tema tentang cinta dan asmara tak pernah kering untuk selalu digali dan ditulis. Telah banyak buku tentang percintaan, tapi pembaca selalu memburunya. Banyak penulis jaya dengan tulisan tema asmara.

"Ada dua resep untuk menjadi penulis hebat. Memiliki masa kecil yang tidak bahagia atau kisah cinta yang menyedihkan," kelakar penulis senior kepada Javier saat awal menekuni dunia kepenulisan (hlm. 28).

Pada sisi yang lain cinta juga dapat membunuh. Mengakhiri kreativitas menulis. Pengalaman cinta menyedihkan tak selamanya mengantarkan seseorang menjadi penulis hebat. Setidaknya hal itu menimpa Javier Mahel.

Perceraiannya dengan Duma adalah puncak tumpulnya imajinasi dan matinya inspirasi. Sejak saat itu, Javier yang pernah mengguncang dunia sastra tak pernah terdengar lagi novel barunya. Lesunya kreativitas Javier juga mengundang perhatian Herman Harahap, sang kritikus sastra.

Dalam sebuah koran nasional Herman mempertanyakan apakah fenomena Javier Mahel adalah keberuntungan penulis pemula? Sebab, setelah Javier mengguncang dunia sastra dan produktif pada awal karier tidak bernapas panjang. Tiga tahun sejak buku terakhirnya ditulis, penulis yang pernah diganjar Penghargaan Sastra Asia Tenggang belum juga mengeluarkan karyanya kembali.

"Apakah kisah Javier dapat dikategorikan sebagai keberuntungan pemula, atau justru menjadi titik pembelajaran bagi calon penulis muda yang hendak menjajal dunia ini--bahwa karier kepenulisan tidak abadi dan harus selalu diperjuangkan. Atau, saya terlalu banyak menyimpulkan bahwa kondisi sebenarnya Javier Mahel hanya mati inspirasi sementara?" tulisnya pada paragraf penutup kolomnya (hlm. 18).

Tulisan tersebut membuat telinga Javier memerah. Ia tertantang untuk kembali menulis sebagai jawaban atas kolom Herman bahwa dirinya tak seperti yang dituduhkan, sekaligus untuk bertahan hidup setelah sekian lama terpuruk. Satu-satunya mesin pencetak uang yaitu royalti menulis.

Menulis ibarat senjata tajam. Makin lama tak diasah akan semakin tumpul. Demikian yang dirasakan Javier saat memulai kembali menulis di bawah tekanan deadline. Ia kesulitan mendapatkan inspirasi, dan saat memperoleh sulit menuangkan dalam kata. Tak pernah merasakan kesulitan seperti saat ini dalam merangkai kata menjadi kalimat, paragraf, dan bab.

Bagi sebagian penulis, tempat baru cukup merangsang datangnya inspirasi. Javier mencoba merangsangnya dengan "mengasingkan diri" selama proses penulisan di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat. Seiring dengan itu tenggat waktu menulis makin sempit, namun tempat baru tampaknya tak banyak memberikan pengaruh terhadap produktivitas menulis.

Saat memulai lembaran pertama dengan tulisan "BAB I", inspirasi juga belum datang. Bahkan, outline cerita yang telah dibuat dan disepakti dengan editor dianggap tidak lagi menarik. Javier kebingunan harus memulai dari mana. Pada akhirnya, ia ketemu dengan sebuah buku yang terdapat di rak villa yang disewa.

Menarik satu buku, mencermati beberapa halaman pertama, membolak-baliknya secara asal, sebelum meletakkan kembali ke tempat semula. Tiga puluh menit kemudian, lampu di kepalanya mendadak menyala. Javier setengah berlari segera mengambil laptop. "Aku pikir, aku baru saja melahirkan dan memberi nama pada karakter-karakter baruku" (hlm. 61).

Buku itu berkisah cinta kasih sepasang manusia yang dipaksa berpisah karena status sosial. Kisah Padma, putri jenderal ABRI, dan Bernadus, prajurit militer dari keluarga sederhana. Padma merekam secara detail semua isi hatinya hingga detik-detik menjelang bunuh diri di kamar mandi dalam sebuah buku catatan.

Sayang, Jessica Huwae terlalu terburu-buku untuk mengakhiri tulisannya, sehingga naskah novel Javier yang mendapat sanjungan dari editor dan ditunggu pembaca berakhir dengan nasib tidak jelas. Mungkin Jessica akan melanjutkan kisah tersebut pada buku lain yang akan segera menyusul.

Demikian pula tak jelas hubungan asmara Javier dengan Saosan, teman kepenulisan, yang belakangan menunjukkan rasa cintanya. Tanaya, putri hasil hubungan haram Padma dan Bernadus, yang minta dinikahi saat bertemu di villa tempat ibunya tewas tragis. Dan Duma yang kembali menunjukkan ketertarikannya untuk rujuk.

Membaca buku Javier, Cinta yang Tak Lagi Sederhana, seperti menjalani kehidupan sebagai pengarang. Sekalipun hanya kisah fiksi, sangat bagus untuk menjadi motivasi menulis, khususnya penulis yang masih sering menemukan kebuntuan dalam menulis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar