Kamis, 23 April 2015

Jangan Jadi Budak Gadget

Judul: Diary Serba "No!"
Penulis: Azizah Hefni
Penerbit: Diva Press
Terbitan: Pertama, Februari 2015
Tebal: 220 halaman
ISBN: 978-602-255-807-1
Dimuat di: Malang Post, 8 Maret 2015

Mengamati gaya hidup masyarakat Indonesia belakangan ini, kebutuhan gadget sepertinya sejajar dengan kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Karena gadget seakan menjadi kebutuhan primer, kapan pun dan di mana pun tak bisa lepas dari genggaman.

Hal itu diperkuat hasil studi yang dilakukan AC Nielsen Global Survey of Consumer and Spending Intentions pada kuartal kedua 2013. Sebagaimana dikutip JagatReview.com, konsumen Indonesia berada di posisi ketiga di dunia dalam membelanjakan dana cadangan untuk berbagai produk teknologi atau elektronik baru.

Indonesia bersama tiga negara Asia Tenggang lainnya menempati posisi empat teratas dari Top 10 sebagai negara terbanyak di dunia dalam belanja berbagai perangkat teknologi baru. Konsumen Thailand menempati posisi pertama sebanyak 35 persen, diikuti Vietnam 32 persen, Indonesia dan Filipina sama-sama 31 persen (www.jagatreview.com).

Melek Teknologi
Hasil survei Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI), jumlah pelanggan seluler di Indonesia per Desember 2011 telah mencapai lebih 240 juta pelanggan, naik 60 juta pelanggan dibanding tahun 2010. Angka itu mendekati jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 258 juta jiwa pada Desember 2010 (Teknojurnal.com).

Sementara riset AC Nielsen menyebutkan, 95 persen pengguna ponsel di Indonesia memanfaatkan alat itu untuk menjelajahi internet. Pada Mei 2014, Indonesia menduduki peringka delapan dunia pengguna internet terbesar. Sebanyak 80 persen penggunanya remaja berusia 15-19 tahun (Data Kemenkominfo triwulan pertama 2014).

Demam gadget menyebar ke mana-mana. Mulai dari tukang becak, sampai konglomerat. Dari anak-anak, sampai kakek-nenek, semua juga sibuk main gadget. Semua pada menikmati enaknya menyusuri dunia maya yang tak terbatas (hlm. 149).

Ada perasaan bangga melihat data di atas. Ini tanda bahwa penduduk Indonesia, khususnya generasi masa depan bangsa, tak gagap beradaptasi dengan perkembangan teknologi, sekalipun masih sebatas sebagai pengguna. Ini modal besar untuk kemajuan Indonesia di masa yang akan datang jika digunakan untuk sesuai yang positif-produktif. Di satu sisi, kita bisa bergaul dengan banyak orang di luar sana, bahkan yang benar-benar jauh dengan kita. Kita juga tahu banyak informasi dan pengetahuan yang mengangumkan (hlm. 151).

Namun miris juga menyaksikan fenomena orang duduk nunggu kendaraan, sebelum tidur, rapat, nongkrong, atau santai di rumah super sibuk pencet gadget. Bahkan, saat lagi mengobrol, kurang memperhatikan lawan bicara karena sibuk dengan gadget. Di balik kemudahan fasilitas gadget, kadang membuat hubungan interpersonal kita mengalami gangguan. Kita pun jadi lebih introver dan suka dengan dunia kita sendiri (hlm. 148).

Agar tidak mabuk kepayang gadget, kita butuh pengendali. Ada dua kesadaran yang harus selalu aktif dalam diri kita, yaitu kesadaran makro dan kesadaran mikro. Kesadaran makro adalah menyadari mengenai siapa diri kita, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan ke mana kita akan pergi.

Kesadaran ini akan membuat kita selalu ingat, bahwa kita orang yang beragama, punya kewajiban dan aturan, dan meyakini bahwa kehidupan yang kita jalani ini adalah sebuah proses pencarian amal kebaikan, untuk bekal di kehidupan selanjutnya (hlm 155).

Sedangkan kesadaran mikro adalah kesadaran dalam keseharian kita. Di sini kita menyadari sepenuhnya apa yang sedang kita lakukan, pikirkan, dan rasakan.

Kesadaran ini akan membuat kita tahu bahwa semua yang kita kerjakan, kita rasakan, dan kita pikirkan haruslah hal-hal yang berguna dan bernilai, baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain (hlm. 156).

Tema gadget adalah salah satu topik penjelasan dalam buku Diary Serba "No!". Azizah Hefni menuntun pembaca mewaspadai semua yang serba "No" untuk memudahkan jalan kesuksesan.

Buku setebal 220 halaman itu sangat cocok untuk para remaja yang sedang dalam proses menggapai cita-cita agar tak terjebak jebakan-jebakan yang serba "No". Bahasanya disesuaikan dengan bahasa remaja sehingga dijamin gak membosankan dengan dilengkapi ilustrasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar