Selasa, 14 April 2015

Jatuh Bangun Ida Widyastuti

Judul: Ibu, Ajari Aku dari Surga
Penulis: Ida Widyastuti
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Terbitan: Pertama, 2014
Tebal: 233 halaman
ISBN: 978-602-03-1138-8
Dimuat di: Koran Madura, 27 Maret 2015

Ida Widyastuti telah merasakan kerasnya kehidupan sejak menginjakkan kaki pertama kali di bumi Desa Jatisono, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, pada 30 Oktober 1974. Ibunya meninggal dunia saat melahirkan dirinya karena pendarahan. Di rumah hidup di bawah garis kemiskinan, di sekolah di-billy karena tak memiliki ibu kandung.

Kelas akhir SMP, Mbah Suripah, nenek dari bapak, yang menggantikan peran ibunya merawat, mengasuh, dan membesarkan hatinya menghadap Ilahi. Semakin lengkap penderitaan. Untuk tetap mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, ia tinggal di rumah Bude Mustaqarah, kakak ibunya di Jombang.

Penderitaan tidak hanya sampai di situ. Selepas lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Jombang, ia bertekad kuliah tapi terbentuk biasa. Jalan nekat ditempuh untuk bertahan hidup dengan menjadi karyawan di Batam. Di Batam selama lima tahun, sekalipun sudah memiliki gaji tetap, penderitaan belum berakhir.

Bisnis
Namun, hidup Ida Widyastuti mulai bersinar di Batam. Talenta bisnisnya yang menjadi pintu masuk kesuksesannya mulai terlihat. Ia sambil berbisnis disela-sela menjadi karyawan.

Pada jam istirahat, di ruangan dekat toilet belakang perusahaan, ia biasa menggelar dagangan pakaian. Barang dagangannya dipasok dari Yogyakarta. Jaringan teman-temannya di perusahaan dimanfaatkan sebagai pengembangan marketing. Bisnisnya sekalipun sampingan terus mengalami perkembangan tanpa mengesampingkan tugas utama sebagai karyawan.

Sepulangnya dari Batam, menikah dan mengikuti suami bertugas di Jember. Selain mengasuh anak, ia merintis bisnis emping melinjo basah dengan modal Rp. 600.000. Barang dipasok dari Jawa Tengah. Tiap hari masuk-keluar pasar, dan jerih payahnya menerabas jalan kotor dan becek membuahkan hasil. Dari awalnya kulakan 2-3 kuintal kuintal emping melinjo, dalam waktu tak lama kulakan 2,5 ton karena banyaknya permintaan.

Seiring waktu, ia juga berbisnis beras. Komsumennya selain pelanggan emping melinjo, adalah agen-agen kecil yang berjualan di sekitar pasar dan jalan raya Jember. Dalam waktu singkat, ia berhasil menembus pasar Sidoarjo, Mojokerto, Krian, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, dan Malang (hlm. 133).

Namun, bisnisnya tak selamanya berjalan mulus.Ia sempat terpuruk saat ditipu rekan bisnisnya yang mengajak berbisnis vanili. Uang ratusan juta rupiah yang dikumpulkan dalam beberapa tahun habis seketika.Ia hanya menerima uang Rp 50 juta dan vanili seharga sekitar Rp 43 juta.

Kata Ida, jika kita kuat dalam sebuah usaha, maka kita akan menuai sebuah keberhasilan. Semangat itulah yang membuatnya kembali bangkit dan sekarang menjadi pengusaha sukses hingga manca negara melalui kripik pisang Agung Go Bananos dan opak pisang Bananos, serta telah menerima beberapa penghargaan.

Pendidikan Hidup
Menurut Ida, keterbatasan dan hidup di dunia berbeda, Demak dan Jombang, memberikan gemblengan hidup yang luar biasa dari Tuhan. Kisah hidupnya adalah bukti kebenaran firman Tuhan bahwa habis kesulitan terbitlah kemudian (QS. Asy Syarh: 6).

Dari hidup di desa dengan segala keterbatasan, hingga di kota dengan segala aturan, meninggalkan pelajaran bahwa hidup tak sekadar terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Tetapi esensi serta eksistensi dalam kebermanfaatan kepada orang lain (hlm. 63).

Dari buku Ibu, Ajari Aku dari Surga, pembaca bisa mengambil pelajaran untuk tidak lelah berjuang dan berbagi. Buku setebal 233 membangkitkan semangat. Namun, banyak salah ketik dan pengulangan paragraf dalam buku terbitan Gramedia itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar