Selasa, 12 Mei 2015

Pendidikan Pertama untuk Balita

Judul: Tauhid for Teens; Bermula dari Tauhid kembali kepada Tauhid
Penulis: Hamid Muhammad
Penerbit: Marja (Nuansa Cendekia Group)
Terbitan: Pertama, Mei 2014
Tebal: 182 halaman
ISBN: 9792457542
Dimuat di: Kabar Madura, Selasa 3 Maret 2015

Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah. Suci dari menyekutukan Tuhan. Manusia sudah membuat kontrak suci untuk percaya pada Tuhan sejak sebelum keluar dari rahim ibunya (QS. Al A’raf [7]: 172). Ruh manusia bersyahadat bahwa hanya Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Para malaikat membisikkan tauhid di dalam rahim ibunya.

Lalu bayi menangis keras saat semua orang tertawa gembira melihat kelahirannya. Sejak saat itu, manusia memikul ikrar suci dalam perjalanan hidupnya. Tugas manusia menjaga kesucian berjanjian iman dari kekufuran. Setiap pribadi harus berhasil memelihara tauhid hingga ujung hayatnya, untuk dipertanggungjawabkan kelak.

M. Mushthafa meletakkan keimanan bukan sesuatu yang pasif, melainkan aktif. Pengingkaran atas keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, baik atas dasar alasan kebodohan atau ikut-ikutan (taklid), tidak bisa dibenarkan (The Wisdom, Al Mizan: 347).

Menurutnya, ikrar suci bisa ternodai akibat proses pendidikan yang tidak benar oleh orang-orang di sekitarnya. Hal ini diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. Nabi bersabda, “Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci. Orangtuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, atau Nasrani, atau Manusi.”

Tugas orangtua, mengawal fitrah buah hati agar tetap di jalan yang benar. Di tengah situasi zaman seperti sekarang yang cenderung liar, tidak menutup kemungkinan masuknya pengaruh luar yang dapat merusak kesucian tauhid. Oleh karenanya, sangat penting kepada anak-anak, sejak dini, diperkenalkan dasar-dasar keimanan dalam agama sebagai benteng pertahanan dari pengaruh buruk dari luar.

Cara paling mudah memperkenalkan dasar-dasar keimanan kepada anak yang pengetahuan dan nalarnya masih sangat terbatas adalah melalui semesta yang ada di sekelilingnya. Semua peristiwa yang terjadi pada anak dikaitkan dengan tauhid. Segala sesuatu terjadi bukan tanpa disengaja, melaikan telah diperhitungkan.

Hamid Muhammad mencontohkan pendidikan tauhid kepada anak dengan memperkenalkan hakikat dirinya, yang bermula dari janin dalam rahim (hlm. 23). Janin yang tidak bisa mencari makanan sendiri dan tidak pula dapat menolak sakit. Maka melalui tali pusar, sari makanan dan air dialirkan padanya.

Ketika penciptaan telah sempurna, badannya telah kuat, kulitya telah mampu bersentuhan langsung dengan udara luar, dan penglihatannya telah sanggup menerima cahaya, maka tibalah kepada sang ibu masa untuk melahirkan.

Setelah anak itu lahir, makanannya yang semula disalurkan melalui darah, kini beralih menjadi kedua susu ibunya. Bayi menjulurkan lidahnya dan menggerak-gerakkan bibirnya mencari susuan. menetek terus dilakukan selama badannya rapuh, alat-alat pencernaan masih lembut, dan anggota tubuhnya masih lemah. Makanan itu didatangkan tepat pada saat diperlukan.

Kemudian, ketika bayi sudah bisa bergerak dan memerlukan makana yang agak keras untuk menguatkan dan mengeraskan badannya, maka tumbuhlah gigi agar bisa mengunyah makanan sehingga makanan menjadi lembut dan mudah ditelan.

Setiap proses pertumbuhan tersebut bisa menjadi pendidikan tauhid. Apakah kejadian seperti itu terjadi secara kebetulan atau ada yang mengatur di balik semua itu. Bagaimana seandainya darah tidak mengalir pada dirinya ketika berada di dalam rahim? Bagaimana seandainya gigi tidak tumbuh pada waktunya dan harus terus-terusan minum ASI, sehingga badannya tetap lemah dan tidak bisa beraktivitas, sedangkan ibunya juga harus sibuk dengan aktivitas yang lain. Dan pertanyaan lain.

Ini menunjukkan pasti ada yang mencipta dan mengatur. Penciptanya mestilah tunggal. Dialah yang mengatur dan menyusun bagian demi bagian dengan pengaturan sangat baik. Tidak tuhan selain Dia (hlm. 27).

Allah berfirman, “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah langit dan bumi telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai arasy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya’ [21]: 22).

Dalam ayat lain, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa ini adalah kebenaran. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” (QS. Fushshilat [41]: 53).

Buku Tauhid for Teens mengenalkan dasar-dasar keimanan untuk pemula, namun cocok juga untuk manula. Bahasannya logis dan rasional, namun terlalu tinggi untuk anak-anak yang masih berumur belasan tahun. Dalil otoritatif Islam, Al Qur’an dan hadis, digunakan secara harmonis dengan logika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar