Senin, 08 Juni 2015

Pendidikan Karakter ala KH. Saifuddin Zuhri

Judul :KH. Saifuddin Zuhri Mutiara dari Pesantren
Penulis :Rohani Shidiq
Penerbit : Pustaka Compass
Terbitan : Pertama, April 2015
Tebal : XXII+152 halaman
ISBN : 978-602-14673-7-4
Dimuat di: Koran Jakarta

KH. Saifuddin Zuhri 30 tahun yang lalu telah mengatakan pentingnya pendidikan karakter agar negeri ini tidak hanya dihuni oleh orang yang pintar otaknya tapi mental dan spiritualnya rapuh. Menurutnya, korupsi dan segala bentuk penyimpanan terjadi disebabkan kepintaran yang tidak dikendalikan oleh akhlak.

Pendidikan yang hanya memusatkan perhatian pada kecerdasan intelektual diibaratkan sebuah rumah sakit dengan bangunan gedung kokoh megah dan serba dilengkapi dengan fasilitas modern tapi penghuninya hanya orang sakit. Agar negeri ini sehat, penghuninya harus memiliki kecerdasan intelektual, dengan ditopang kecerdasan spiritual dan emosional.

Inti penting pendidikan menurut KH. Saifuddin Zuhri mencakup tiga hal sesuai dengan anatomi manusia. Pertama, pendidikan jasmani agar siswa memiliki tubuh sehat, cekatan dan riang gembira. Kedua, pendidikan otak agar siswa memiliki kecerdasan berpikir dan mempunyai ilmu pengetahuan. Ketiga, pendidikan rohani agar siswa berakhlak mulia (hlm. 81).

Dalam mewujudkan pelajar yang beriman dan bertakwa (imtak) serta berilmu pengetahuan dan menguasai teknologi (iptek), dibutuhkan kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Urusan pendidikan tak cukup sepenuhnya dipasrahkan kepada guru di sekolah. Pendidikan yang ideal harus dilakukan oleh sekolah dan masyarakat atau dilakukan oleh guru dan wali siswa (hlm. 85).

KH. Saifuddin Zuhri sangat detail memerinci tugas guru dan orang tua siswa. Katanya, tugas guru selain menyampaikan pelajaran juga mendoakan keberhasilan siswanya. Adalah suatu kemustahilan bahwa usaha tanpa dibarengi dengan doa akan mencapai keberhasilan yang sempurna.

Sementara tugas orang tua terhadap anaknya salah satunya adalah memberi perha- tian. Ia mencontohkan mengantar dan menjemput anak salah satu wujud perhatian orang tua terhadap anak (hlm. 85). Juga bisa memanfaatkan waktu di sela- sela makan bersama untuk memberikan perhatian terhadap prestasi anak dengan meminta menceritakan pelajaran yang diterima (hlm. 87).

Orangtua juga perlu mengarahkan waktu anak-anak selama di rumah. Menurut KH. Saifuddin Zuhri, secara garis besar waktu anak- anak dibagi menjadi empat macam, yaitu waktu bermain, waktu membantu pekerjaan orang tua, waktu untuk belajar, dan waktu untuk istirahat (hlm. 88).

Anak perlu diberi waktu bermain agar pertumbuhan rohani, jasmani, dan pikiran rileks. Dari bermain anak memperoleh pengalaman dari berinteraksi dengan teman-temannya. Namun harus tetap dibatasi dan dalam pengawasan orang tua agar tidak ter- jerumus kepada hal-hal yang negatif (hlm. 88).

KH. Saifuddin Zuhri memberikan kritik membangun terhadap ketakutan orang tua ketika anaknya bermain. Orang tua mengekang anaknya bermain sesuai pada hakikatnya sebenarnya ekspresi cinta. Namun cinta yang diekspresikan bukan pada tempatnya akan membuat anak trauma. Oleh kar- enanya, anak perlu diberi kebebasan bermain namun tetap dalam peng- awasan (hlm. 90).

Anak juga penting dibiasakan membantu pekerjaan sehari-hari orang tua. KH. Saifuddin Zuhri menyontohkan menjaga toko, membantu di salah, maupun pekerjaan-pekerjaan rumah. Tujuannya mendidik anak mencintai pekerjaan, bukan memperlakukannya sebagai pekerja atau buruhnya (91).

Pemikiran pendidikan KH. Saifuddin Zuhri sangat penting dikaji dan kontekstual seiring dengan maju mundurnya penerapan Kurikulum 2013 yang notabene berbasis karakter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar