Selasa, 05 April 2016

Alasan Ulama Memilih Jomblo

Judul : Memilih Jomblo
Penulis : KH. Husein Muhammad
Penerbit : Zora Book
Terbitan : Kedua, November 2015
Tebal : 158 halaman
ISBN : 978-602-71777-5-8
Dimuat di: Pamator

Bagi sebagian kalangan, jomblo adalah pilihan hidup bukan keterpaksaan. Hidupnya tak terasa sepi apalagi hampa sekalipun tanpa didampingi pasangan. Seperti yang dirasakan oleh 21 tokoh dalam buku Memilih Jomblo karya KH. Husein Muhammad ini.

Rabiah Al-Adawiyah, Imam Zamakhsyari, Laila Qais Al Majnun, Ibnu Taimiyah, Jamaluddin Al Afghani, dan Sayyid Qutbh adalah di antara ulama dan cendekiawan terkemuka muslim yang hidup menjomblo hingga akhir hayat. Kegiatan yang menyita waktu membuat mereka tak sempat mencecap nikmatnya pernikahan.

Rabiah Al-Adawiyah adalah sufi perempuan yang hidup melajang hingga akhir hayat. Rabiah tak ingin menikah dengan laki-laki siapa pun. Cintanya pada Allah tak mau dibagi dengan mencintai suami. Hari-hari dan malamnya habis untuk untuk menjalin keintiman bersama Allah. Sehingga tak sempat menjalin keintiman dengan yang lain.

Imam Abu Al Qasim Mahmud bin Umar Al Zamakhsyari Al Khawarizmi, tokoh mazhab muktazilah, menulis alasan melajang dalam sebuah syair. “Aku telah mengamati nasib anak-anak// Aku hampir tak menemukan, anak-anak yang tidak menyakiti ibu dan ayahnya// Aku melihat seorang ayah yang menderita karena mendidik anak-anaknya// Dan dia ingin sekali anaknya menjadi orang yang pintar dan cerdas// Ia ingin mendidik generasi yang cemerlang// Tetapi apa daya, apakah ia menjadi anak baik atau menjadi nakal// Saudaraku menderita karena menjadi beban anaknya// Anak itu begitu nakal// Karena itulah aku tinggalkan menikah// Dan memilih cara hidup sebagai biarawan// Ini bagiku jalan hidup yang baik//” (hlm. 52).

Sementara Ibnu Taimiyah, penganut aliran tekstualis-fundamintalis yang hafal ribuan hadis, oleh pengikutnya disebut tidak menikah bukan karena melawan fitrah manusia, tapi karena lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, dakwah, jihad, kerja transformasi sosial, dan mendidik masyarakat. Di samping itu, ia sering berada di penjara (hlm. 80).

Sayyid Quthb Ibrahim Husein Al Syadzili, ideolog Ikhwanul Muslimin, juga ulama yang membujang hingga wafat. Quthb memilih tidak menikah demi memperjuangkan konsep politiknya, yaitu mendirikan Negara Islam (hlm. 114).

Kisah legendaris Laila Majnun adalah kisah nyata antara laki-laki dan perempuan bernama Laila dan Qais (Majnun). Sekalipun keduanya terjebak dalam cinta yang dalam, hingga akhir hayat tidak bisa mempertemukan cintanya di pelaminan. Keduanya meninggal dalam keadaan jomblo.

Memang Laila secara legal-formal menikah dengan laki-laki lain bernama Ibn Salam, tetapi ia tetap perawan. Ia menolak ajakan suaminya untuk bercinta. Dalam suratnya kepada Qais, Laila menggabarkan hubungannya dengan suaminya di atas ranjang. “Meski aku telah tidur satu rumah dengan suamiku, tetapi kepalaku tak pernah menyentuh kepalanya di atas ranjang (la yajma’u ra’si wa ra’suhu firasy)” (hlm. 136).

Sebagaimana dikutip dari Nizami, Ibn Salam pernah memukul Laila karena ajakannya untuk berhubungan intim ditolak. Laila kemudian bersumpah untuk tidak menyerahkan tubuhnya kepada laki-laki selain Qais (hlm. 139). Namun, kematian memisahkan keduanya sebelum merayakan cinta. Antara siapa yang mati duluan, terjadi kontroversi.

KH. Husein Muhammad menghimpun tokoh-tokoh jomblo dari lintas mazhab, profesi dan keahlian. Namun, beliau mengaku belum menemukan satu pun tokoh dari Indonesia yang diakui dunia yang memilih tidak menikah hingga meninggal dunia.

Selain menjelaskan profil tokoh dan melacak alasan memilih jomblo, pada bagian akhir buku Memilih Jombo sekilas dijelaskan hukum menikah dan mana lebih utama antara menikah dengan ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar