Rabu, 06 April 2016

Dari Benci Menjadi Empati

Judul : Survival Guide for Moslem Girl in UK
Penulis : Maria Ahmed
Penerbit : Dar! Mizan
Terbitan : Pertama, Desember 2015
Tebal : 203 halaman
ISBN : 978-602-242-825-1
Dimuat di: Radar Madura, 3 April 2016

Cintailah kekasihmu sekadarnya saja, dan bencilah musuhmu sekadarnya saja. Tidak menutup kemungkinan suatu saat nanti, kekasih jadi musuh dan musuh jadi kekasih.

Novel Survival Guide fot Muslem Girl in UK mengisahkan pesan Nabi Muhammad tersebut. Narasi penyesalan perempuan yang terlanjur membenci saudaranya. Musibah mengubah kebencian menjadi perhatian.

Hannah selama 13 tahun merasa hidup tenang, tak pernah kekurangan perhatian dan limpahan kasih sayang orangtua. Namun kehadiran adiknya, Aaliyah, membuatnya cemburu. Perhatian dan kasih sayang orangtua tak lagi utuh hanya untuk dirinya, mulai dibagi dengan sang adik. Bahkan ayahnya mulai sering marah-marah dan ibunya meminta bantuan.

Tangisan Aaliyah semakin memupuk kebencian Hannah. Anak sulung ini ingin keluar dari rumah untuk mencari ketenangan. Terbersit membeli rumah, menumpang sementara di rumah teman, atau tidur di salah satu rumah teman selama satu hari, kemudian di rumah teman yang lain pada hari berikutnya. Namun ide-ide konyol ini tak ada yang benar-benar dilakukan hingga datang sebuah keajaiban yang membuat Hannah berubah 180 derajat.

Aaliyah masuk rumah sakit. Dokter memvonis menderita penyakit Cystic Fibrosis. Ternyata tangisan selama ini akibat penyakit yang tak disadari tersebut. Sejak saat itu Hannah mulai berubah. Ia mengutuk diri karena selama ini telah membenci si bayi yang menangis semalaman. Ia menjadi sangat peduli dan perhatian pada adik kecilnya.

Tidak hanya disitu, Hannah juga menjadi perempuan mandiri dan relegius. Jika selama ini mengandalkan mamanya memasak, sejak mamanya siang-malam ada di rumah sakit menjadi adiknya, Hannah mulai belajar memasak sendiri. Ia juga mulai rutin mengaji dan salat malam. Musibah yang menimpa Aaliyah membawa berkah luar biasa kepada Hannah.

Setali tiga uang dengan Maryam. Jika Hannah membenci adiknya, Maryam membenci kakaknya, Faria. Faria nyaris tak ada nilai baiknya dimata Maryam. Tiada hari bahkan jam Maryam tanpa gangguan Faria. Serangan dan ejekan makanan sehari-hari Maryam. Maryam pernah nyaris jatuh dari tangga akibat didorong Faria (hlm. 76).

Maryam sungguh-sungguh membenci kelakuan kakaknya. Pertanyaan yang selalu muncul: kapan Faria akan menghilang dari hidupnya? Maryam berharap Faria segera menikah dan tinggal di rumah yang terpisah dari orangtua. Mungkin hanya hal itu yang bisa membuat Maryam hidup tenang tanpa ejekan kakaknya.

Namun, kepergian Faria pada sebuah sore membuat Maryam begitu khawatir kondisi kakaknya. Faria keluar rumah tanpa pamit. Rupanya ia berjalan bersama orang yang memiliki masa lalu kelam. Orangnya punya track record jahil. Faria diajak Idrees menemui ibu kandungnya untuk meminta persetujuan menikah.

Pertemuan bukan muhrim antara Faria dan Idrees membuat orangtua Maryam marah besar, apalagi baru datang pukul 22.00. Maryam merasa kasihan kepada kakaknya. Cepat-cepat, ia bangkit, menghampiri, dan memeluk Faria. Saat yang lain marah, Maryamlah tempat Faria bersandar.

Siapakah Idrees? Ia adalah dokter yang menangani Aaliyah di rumah sakit. Saudara tiri Saara yang juga teman Maryam dan Hannah. Dulu Idrees kasar dan pernah melukai kakak-kakaknya. Saara trauma tiap kali mendengar nama kakak tirinya. Akibat kelakuannya, Idrees pergi dari rumah keluarga baru bapaknya.

Di rantau sana ternyata Idrees kuliah, dan saat ini sudah kembali ke daerah orangtuanya. Saara masih merasa takut untuk menghampiri tempat tinggal adiknya akibat trauma, sampai muncul kebencian untuk membantu proses lamaran Idrees dan Faria yang rumit. Idrees saat ini bukan lagi yang dulu dengan karakter kasar.

Cerita tiga tokoh utama dalam novel ini semuanya menggunakan orang pertama (baca: aku). Konflik yang dibangun tak berliku dan bahasanya sederhana, namun sarat makna dengan latar Inggris. Novel ini cocok untuk mendampingi masa pubertas remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar