Kamis, 14 April 2016

Menemukan Gaya Belajar Paling Efektif

Judul : Quantum Learning
Penulis : Bobbi DePorter dan Mike Hernacki
Penerbit : Kaifa (Mizan Group)
Terbitan Edisi Baru : I November 2015
Tebal :359 halaman
ISBN : 978-602-0851-24-2
Dimuat di: Tribun Timur, 3 April 2016

Setiap bayi dilahirkan menyukai aktivitas belajar. Tanpa diminta apalagi dipaksa mereka suka belajar dengan sendirinya. Namun bersamaan pertumbuhan usia, biasanya semakin banyak komentar negatif yang diterima. Citra negatif diri ini membuat anak melakukan penghindaran dan akhirnya aktivitas belajar menjadi momok.

Sementara pada saat yang sama sekolah menjadi tempat belajar yang kaku. Proses pendidikan berubah dari global learning masa kanak-kanak menjadi sistem yang menitikberatkan pada kecerdasan kognitif. "Ketidakseimbangan" ini membuat minat belajar banyak anak mengalami mati rasa.

Sebelum orangtua mendesak buah hatinya sering belajar dan guru memberikan banyak tugas tambahan di rumah, yang perlu dilakukan terlebih dahulu mengembalikan minat dan menemukan cara belajar paling efektif.

Kata Bobbi DePorter, hal yang paling berharga dalam belajar adalah bagaimana cara belajar. Oleh karenanya, di Burklyn pada minggu pertama belajar digunakan untuk mempelajari keterampilan belajar (hlm. 2).

Cara belajar akan mempengaruhi minat belajar. Misal, karakter belajar anak auditorial jangan dipaksa menggunakan karakter belajar visual karena hanya akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam belajar. Ketidakcocokan akan menimbulkan perasaan tersiksa dalam belajar dan membuat anak semakin menjauh dari aktivitas belajar.

Untuk orang yang kesulitan mengetahui gaya belajar, DePorter memberi saran memperhatikan perilaku diri ketika menghadiri seminar atau lokakarya untuk mengetahui gaya belajarnya. Cara manakah yang paling efektif dalam menyerap lebih banyak informasi, dari membaca makalah, mendengarkan penjelasan penyaji, atau dengan bergerak dan menyentuh.

Anak yang memiliki gaya belajar visual lebih suka membaca makalah dan memperhatikan ilustrasi yang ditempelkan penyaji di papan tulis. Anak yang memiliki gaya belajar auditorial lebih suka mendengarkan materi dan kadang kehilangan urutan jika mencoba mencatat. Anak yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih suka dalam aktivitas bergerak dan interaksi kelompok (hlm. 114).

Cara lain mengidentifikasi gaya belajar dengan memahami kata-kata khas dan kecepatan bicara. Gaya belajar anak visual bicaranya cepat dan kata-kata khas yang digunakan dalam bicara menyebutkan panca indra penglihatan, seperti “itu kelihatannya baik”.

Gaya belajar anak auditorial kecepatan bicaranya sedang dan kata-kata khas yang digunakan dalam bicara menyebut indra pendengaran, seperti “itu kedengarannya baik”. Sedangkan karakter pelajar kinestetik kecepatan bicaranya sangat lambat dan kata-kata khas dalam bicaranya melibatkan perasaan, seperti “itu saya rasa baik” (hlm. 119-123).

Selain mengamati gaya bicara, gaya belajar anak bisa dikenali dengan perilaku sehari-hari. DePorter menyebut 18 ciri perilaku belajar anak visual, 14 ciri perilaku belajar anak auditorial, dan 11 ciri perilaku belajar kinestetik. DePorter menegaskan ada orang tertentu yang gaya belajarnya tidak tunggal, tapi memiliki kecenderungan paling dominan di antara tiga gaya belajar di atas.

Buku Quantum Learning juga memberikan panduan cara menyenangkan dalam membaca dengan cepat, membuat catatan yang efektif, teknis menulis yang canggih, dan mengembangkan hafalan secara menakjubkan.

20 persen dari isi buku ini merupakan kurikulum SuperCamp, lembaga pelatihan yang telah membuat 80 persen perubahan dalam gaya belajar. Penting dibaca setiap orang yang menaruh perhatian pada masa depan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar