Minggu, 12 Juni 2016

Kisah Hidup Andy F. Noya

Judul : Andy Noya: Kisah Hidupku
Penulis : Robert Adhi Kusumaputra
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Terbitan : XIII, Desember 2015
Tebal : 418 halaman
ISBN : 978-979-709-954-1
Dimuat di: Koran Madura  13 Mei 2016

Nama Andy F. Noya sangat populer. Parasnya mudah dikenali. Orangnya selalu menghiasi layar kaca memandu tayangan Kick Andy di Metro TV. Namun tak banyak publik yang tahu kisah hidupnya. Buku biografi setebal 418 halaman ini adalah buku pertama yang secara lengkap menceritakan lika-liku kehidupannya.

Andy lahir di Surabaya. Di tempat ini tak ada kenangan indah kecuali penderitaan. Hidup serba kekurangan memaksa pria kelahiran 6 November 1960 ini pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya. Yang tidak berubah dari berbagai kontrakan adalah kamar sempit dan pengap.

Perpindahannya ke Jalan Cisadane Surabaya memperkenalkan Andy pada Geng Robur. Kesibukan ibunya bekerja untuk memperbaiki perekonomian keluarga membuat pergaulan anak yang sedang masa puber ini kurang terkontrol. Bergaul dengan geng nakal dan mulai hidup di jalanan. Andy sering ikut mereka mencuri. Di antara sekian kenangan kenakalan Andy adalah mencuri burung dara.

Andy insaf dan keluar dari geng sebelum pindah ke Malang. Namun, sifatnya masih terbawa hingga di tempat baru. Kelas empat ia pindah ke Kota Apel ini. Di kota ini bertemu guru yang kelak menginspirasi kariernya. Kamu punya talenta dalam menulis. Kalau kamu kembangkan, suatu hari kamu bisa jadi wartawan, motivasi seorang guru yang menginspirasi Andy (hlm. 122).

Setahun di Malang kemudian pindah ke Jayapura. Andy besar di kota ini. Tinggal bersama ayah yang berprofesi montir mesin ketik tak mengubah gaya hidupnya. Hidup di satu kamar kontrakan. Seakan sudah menjadi takdirku, dari kecil sampai dewasa, aku selalu tinggal di sebuah kamar bersama orang-orang yang aku cintai, Andy menggambarkan keprihatinan hidupnya di Jayapura (hlm. 157).

Kelas tiga STM, Andy pindah ke Jakarta. Kepergian ayahnya memaksa Andy tinggal bersama saudaranya di Jakarta. Di tempat ini kariernya dimulai. Andy yang dulu di Surabaya nakal dan sempat tidak naik kelas, di Kota Metropolitan ini menjadi siswa rajin dan lulus terbaik. Ia mendapat tawaran beasiswa dengan ikatan dinas ke IKIP Padang, Sumatera Barat.

Sayang, Andy tak menerima beasiswa tersebut dan memilih kuliah di Sekolah Tinggi Publistik (STP). Sekalipun lulusan terbaik, masuk STP bukan tanpa perjuangan. Lulusan STM tidak bisa masuk STP. Andy membuktikan kepandaiannya, sehingga ia tak dikeluarkan dari kampus sesuai kesepakatan awal.

Pada tahun 1985 Andy mulai terjun ke dunia kewartawanan. Kariernya dimulai dengan menjadi reporter paruh waktu di proyek penerbitan buku Apa & Siapa Orang Indonesia. Ada kenangan berkesan Andy bisa menjadi reporter di sini.

Papan pengumuman lowongan kerja yang ditempel di papan pengumuman kampus menggegerkan mahasiswa. Andy enggan ikut mendaftar karena faktor uang. Surat lamaran harus diantar sendiri ke kantor penerbit. Syarat ini membuatku gamang. Pergi ke Pasar Senen tentu memakan ongkos yang tidak sedikit. Belum lagi peluangnya juga kecil mengingat animo mahasiswa yang melamar cukup tinggi, suasana batin Andy pada saat itu (hlm. 205).

Seminggu setelah pengumuman, Andy diajak temannya menemani menyerahkan tulisan hasil penugasan. Disambut seorang sekretaris direksi yang kelak menjadi ibu tiga putra Andy. Pendaftaran pada saat itu sudah ditutup, namun Andy diberi keringanan sehingga masih bisa mendaftar. Pada saat itu juga, Andy melakukan wawancara dan menuliskannya untuk menjadi bahan penilaian. Andy lulus sementara temannya tidak.

Kisah Andy membangkitkan semangat dan pantang putus asa. Pelajaran berharga yang dapat dipetik bahwa kesuksesan adalah hak setiap orang yang mau berjuang, tanpa pandang latar sosial dan ekonomi. Yang tak kalah penting dari buku ini adalah menyerap seni kepemimpinannya dalam mengelola media massa. Separuh terakhir dari buku ini berkisah karier Andy.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar